Damariotimes. Sandur Mandura adalah
salah satu seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Jombang, Jawa Timur.
Seni ini memiliki daya tarik tersendiri karena mengandung nilai budaya dan
sejarah yang kaya. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, Sandur Mandura
mulai mengalami penurunan minat dari penonton. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor, termasuk kemajuan mode dan gaya hidup masyarakat yang semakin modern,
sehingga kesenian tradisional seperti Sandur Mandura mulai tertinggal. Salah
satu masalah utama yang dihadapi oleh Sandur Mandura adalah tidak adanya
regenerasi generasi muda yang tertarik untuk melestarikan seni ini.
Sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut, sebuah program pengabdian kepada masyarakat dari
Universitas Negeri Malang yang dipimpin oleh Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn.,
dengan anggota tim ahli bidang seni dan pendidikan, yaitu Prof. Dr. Ponimin,
M.Hum, dan Dr. Wida Rahayuningtyas, telah dilaksanakan. Program ini bertujuan
untuk mengembangkan potensi seni pertunjukan Sandur Mandura melalui
pengembangan atribut kostum dan teknik gerak. Dengan demikian, diharapkan
Sandur Mandura dapat kembali menarik minat penonton dan tetap relevan di tengah
perkembangan zaman.
Sandur Mandura memiliki akar sejarah
yang panjang dan erat kaitannya dengan cerita-cerita rakyat di Jawa, terutama
cerita Panji. Cerita Panji sendiri mengisahkan petualangan seorang pahlawan
bernama Panji Asmoro Bangun dalam mencari cinta sejatinya. Cerita ini sarat
dengan nilai-nilai moral dan budaya, serta menjadi inspirasi dalam banyak
bentuk seni, termasuk Sandur Mandura.
Sandur Mandura sendiri merupakan
salah satu jenis pertunjukan seni tradisional yang menggabungkan unsur musik,
tari, dan teater. Biasanya, dalam pertunjukan ini, penari mengenakan kostum
khas yang menggambarkan tokoh-tokoh dalam cerita Panji. Meskipun demikian,
dalam perkembangannya, Sandur Mandura mulai menghadapi masalah besar, yaitu
penurunan minat dari penonton dan sulitnya mencari penerus yang mau
melestarikan seni ini.
Berdasarkan pengamatan lapangan yang
dilakukan oleh tim pelaksana program PKM LPPM UM, kondisi Sandur Mandura saat
ini menunjukkan adanya ketertinggalan dalam beberapa aspek. Salah satunya
adalah penggunaan pola tarian yang masih mengandalkan bentuk dan komposisi
lama. Hal ini menjadikan pertunjukan Sandur Mandura terkesan monoton dan tidak
menarik bagi generasi muda yang lebih terbiasa dengan pertunjukan yang lebih
dinamis dan modern. Selain itu, kostum yang digunakan dalam pertunjukan juga
dirasa kurang kreatif dan kurang memperkuat karakter tokoh-tokoh yang ada dalam
cerita Panji.
Tidak berlanjutnya regenerasi penari
dan pelaku seni Sandur Mandura menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan
penurunan minat terhadap pertunjukan ini. Generasi muda yang lebih tertarik
pada hiburan modern seperti musik pop atau film seringkali tidak melihat nilai
dan keindahan dalam seni tradisional seperti Sandur Mandura. Oleh karena itu,
revitalisasi dalam bentuk pengembangan kostum dan teknik gerak sangat
diperlukan untuk membuat seni ini lebih menarik dan relevan bagi penonton masa
kini.
Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan ini adalah dengan melakukan pengembangan atribut kostum dan teknik
gerak. Tim pengabdian yang dipimpin oleh Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn.,
bersama dengan tim ahli, berfokus pada revitalisasi pola gerak pertunjukan dan
pembenahan kostum tarian. Sebagai langkah pertama, tim melakukan observasi dan
analisis terhadap pertunjukan Sandur Mandura yang ada di Sanggar Seni Sandur
Mandura Kabuh Jombang.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
pormasi tarian atau komposisi tarian masih menggunakan pola lama yang kurang
berkembang. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam hal gerakan, agar tarian
lebih dinamis dan menarik. Pembenahan kostum juga menjadi fokus utama. Kostum
yang digunakan selama ini kurang kreatif dan tidak memperkuat karakter
tokoh-tokoh dalam cerita Panji. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembaruan
dalam desain kostum agar lebih menarik dan lebih mencerminkan karakter tokoh
yang dimainkan.
Kostum yang kreatif dan menarik
tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap penampilan, tetapi juga dapat
memperkuat karakter dan emosi yang ingin disampaikan dalam pertunjukan. Oleh
karena itu, pengembangan kostum yang lebih modern dan sesuai dengan
perkembangan mode, namun tetap mempertahankan unsur tradisional, menjadi kunci
utama dalam upaya ini.
Pengembangan kostum dan teknik gerak
dalam Sandur Mandura merupakan langkah positif untuk menjaga kelangsungan seni
tradisional ini. Di samping itu, pengembangan ini juga menjadi peluang untuk
menarik kembali minat penonton, khususnya generasi muda, yang mungkin merasa
tertarik dengan inovasi dalam pertunjukan ini. Revitalisasi dalam seni
pertunjukan Sandur Mandura diharapkan tidak hanya akan membawa kembali
penonton, tetapi juga akan menginspirasi generasi penerus untuk melestarikan
seni ini.
Namun, tantangan yang dihadapi
tidaklah ringan. Selain masalah regenerasi, ada juga tantangan dalam
menggabungkan unsur tradisional dengan inovasi modern. Oleh karena itu,
kolaborasi antara seniman, pendidik, dan masyarakat sangat penting agar
pengembangan Sandur Mandura dapat berjalan dengan sukses dan tetap relevan
dengan perkembangan zaman.
Reporter : H. Gum
Editor : MAH
Posting Komentar untuk "TIM Pengabdian Kepada Masyarakat UM Kembangkan Atribut Kostum dan Teknik Gerak Sandur Mandura di Jombang"