![]() |
menyaksikan persiapan penari kecak dibelakang panggung lebih asik (Foto ist.) |
Damariotimes. Pariwisata
budaya di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan seiring dengan
pertumbuhan sektor pariwisata secara umum. Asal usul pariwisata di Indonesia
dimulai pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1910-1920, ketika pemerintah
Belanda membentuk organisasi pariwisata, yaitu sejak diridikannya Vereniging Toerisme
Verker (VTV)
adalah sebuah organisasi yang didirikan di Belanda pada
tahun 1908, ang berfokus pada pengembangan pariwisata, khususnya di daerah
koloni Belanda, termasuk Indonesia. Organisasi ini memiliki peran penting dalam
mempromosikan pariwisata ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda
Sejak awal, Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan warisan
budaya dan sejarah, yang mencakup beragam etnis, bahasa, dan tradisi. Tulisan Denys Lombard yang berjudul: Nusa Jawa:
Silang Budaya Jilid 1: Batas-Batas Pembaratan (1996, 2000). Lombard menjelaskan tentang
pariwisata di Indonesia, terutama di Jawa bukan merupakan gejala baru. Argumentasinya; pada akhir
abad ke-18 sudah ada buku-buku panduan tentang Jawa. pengunjung yang tertarik
dengan situs-situs bersejarah dan tradisi budaya tertentu, seperti Candi
Borobudur dan Candi Prambanan.
Seperti yang dikemukakan oleh Sunjayadi (2019); pariwisata budaya di
Indonesia pada awalnya lebih terbatas pada pengunjung yang tertarik dengan
situs-situs bersejarah dan tradisi budaya tertentu, utamanya yang ada di Pulau Bali yang dikenal sebagai pusat seni dan kebudayaan.
Pada tahun 1980-an hingga 1990-an, pemerintah Indonesia mulai menyadari
pentingnya pariwisata budaya sebagai sektor yang dapat menunjang perekonomian
daerah. Menurut Wibowo (2017), saat itu Indonesia sudah memiliki berbagai
upacara adat yang menarik, seperti upacara Sekaten di Yogyakarta, Tari Kecak di
Bali, dan upacara Ngaben di Bali. Pemerintah kemudian meningkatkan promosi
terhadap budaya dan warisan lokal ini melalui berbagai festival budaya dan
kebijakan yang mendukung pelestarian budaya. Festival-festival ini tidak hanya
menarik wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara, yang semakin
memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi pariwisata budaya.
Memasuki tahun 2000-an, pariwisata budaya semakin mendapatkan perhatian
besar dengan adanya kebijakan nasional yang lebih mendalam terhadap
pengembangan budaya dan pariwisata. Menurut Sari (2015), Indonesia mulai lebih
gencar mempromosikan destinasi wisata berbasis budaya sebagai bagian dari upaya
untuk membangun daya tarik wisata internasional. Kampanye "Wonderful
Indonesia" yang diluncurkan oleh Kementerian Pariwisata Indonesia menjadi
salah satu strategi untuk menarik perhatian dunia terhadap kekayaan budaya
Indonesia. Dalam kampanye ini, berbagai destinasi budaya, seperti Yogyakarta,
Bali, dan Solo, dipromosikan sebagai pusat kegiatan seni dan budaya yang
mendatangkan banyak wisatawan.
Mengingat pentingnya promosi, ditegaskan dalam artikel yang ditulis oleh Tri Yunita Sari, Heri Kurniab, Isrofiah Laela Khasanahc, Dina Nurayu
Ningtyasd, dengan judul Membangun Identitas
Lokal Dalam Era Globalisasi Untuk Melestarikan Budaya Dan Tradisi Yang Terancam
Punah. Sebagai berikut: Promosi dan pemasaran yang efektif juga merupakan bagian penting dari
pengembangan industri kreatif berbasis budaya dan tradisi lokal. Dalam upaya
ini, pemerintah dan lembaga terkait dapat berperan dalam memperkenalkan
produk-produk kreatif lokal ke pasar domestik maupun internasional. Melalui
strategi pemasaran yang tepat, seperti pameran seni, festival budaya, dan
platform digital, produk-produk kreatif lokal dapat dijangkau oleh khalayak
yang lebih luas, sehingga meningkatkan pengakuan dan daya tarik mereka.
Pengembangan industri kreatif berbasis budaya dan tradisi lokal juga memberikan
dampak ekonomi yang signifikan. Dengan menggali potensi kreatif lokal, industri
ini dapat menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat
setempat. Misalnya, produksi kerajinan tangan tradisional, seni rupa lokal,
atau kuliner khas dapat menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan bagi
komunitas. Selain itu, pengembangan industri kreatif berbasis budaya dan
tradisi lokal juga dapat membantu memperkuat ekonomi lokal, mengurangi
ketergantungan pada industri global yang cenderung seragam.
Selain itu, perkembangan teknologi informasi dan media sosial juga
berperan penting dalam mempromosikan pariwisata budaya di Indonesia. Menurut
Pramono (2016), platform digital memungkinkan wisatawan untuk lebih mudah
mengakses informasi tentang budaya dan tradisi lokal, serta berbagi pengalaman
mereka secara langsung. Hal ini tidak hanya meningkatkan visibilitas destinasi
budaya, tetapi juga mendorong wisatawan untuk lebih menghargai dan memahami
budaya lokal.
Namun, meskipun pariwisata budaya di Indonesia menunjukkan pertumbuhan
yang positif, tantangan tetap ada. Komodifikasi budaya dan dampak negatif dari
pariwisata massal dapat mengancam keaslian dan pelestarian budaya lokal. Oleh
karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bekerja sama dalam
mengelola pariwisata budaya secara berkelanjutan, sehingga warisan budaya
Indonesia dapat terus dilestarikan dan dinikmati oleh generasi mendatang.
Tim Damariotimes.
ternyata peran penting teknologi informasi dan promosi melalui festival budaya jg menjadi kunci dalam meningkatkan daya tarik pariwisata budaya Indonesia di kancah internasional, kereenn!!
BalasHapussaya setiju dengan pendapat rifa krn menurut saya juga melalui fastival budaya dapat menjadi kunci dalam meningkatkan daya tarik pariwisata
HapusArtikel ini memberikan gambaran yang menarik tentang evolusi pariwisata budaya di Indonesia. Penting untuk terus menggali dan melestarikan warisan budaya sebagai daya tarik wisata yang berkelanjutan.
BalasHapusartikel ini sangat menarik melihat bagaimana kekayaan budaya kita terus diangkat lewat festival dan branding kreatif seperti "Wonderful Indonesia"
BalasHapusartikel ini sangat menarik untuk dibaca
BalasHapus