Jaranan Dor di Kota Malang: Pelestarian Budaya dan Dinamika Sosial dalam Kesenian Tradisional

 


jaranan dor (Sumber sosial media)


Latar Belakang

Jaranan Dor adalah sebuah bentuk seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Jawa Timur, khususnya Kota Malang. Pertunjukan ini melibatkan musik, tari, dan berbagai elemen budaya lokal yang khas. Nama "Dor" merujuk pada suara alat musik bedug besar yang digunakan dalam pertunjukan ini, yang dikenal dengan sebutan "jidor". Jaranan Dor tidak hanya merupakan sebuah pertunjukan hiburan, tetapi juga mengandung nilai-nilai sosial, budaya, dan spiritual yang mendalam bagi masyarakat setempat.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan masuknya berbagai bentuk hiburan modern, keberadaan seni tradisional seperti Jaranan Dor semakin terancam. Generasi muda, yang lebih akrab dengan teknologi dan hiburan modern, mulai menjauh dari kesenian tradisional ini. Hal ini menjadi perhatian serius, karena jika tidak dilestarikan, Jaranan Dor dapat hilang dari budaya Kota Malang. Oleh karena itu, penting untuk melakukan penelitian tentang Jaranan Dor untuk memahami lebih dalam tentang keberadaannya saat ini, faktor-faktor yang mempengaruhi pelestariannya, dan peranannya dalam kehidupan sosial masyarakat Kota Malang.

Penelitian ini memiliki urgensi yang tinggi, mengingat Jaranan Dor merupakan salah satu warisan budaya yang memiliki potensi untuk memperkaya kekayaan seni tradisional Indonesia. Keberadaannya yang semakin terpinggirkan oleh perubahan zaman perlu dicermati agar seni ini tidak punah dan dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana seni Jaranan Dor beradaptasi dengan tuntutan zaman tanpa mengorbankan nilai-nilai tradisional yang terkandung di dalamnya.

Berdasarkan pengamatan, meskipun Jaranan Dor memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri, banyak masyarakat, terutama generasi muda, yang tidak mengenalnya dengan baik. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian terhadap pelestarian seni tradisional di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi. Oleh karena itu, penelitian ini sangat relevan untuk memberikan wawasan lebih luas mengenai kondisi seni Jaranan Dor di Kota Malang, serta mencari solusi yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan dan menjaga kelangsungan seni ini.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk menggali makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam seni Jaranan Dor, serta untuk memahami konteks sosial dan budaya yang mempengaruhinya. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan fenomena Jaranan Dor di Kota Malang secara mendalam dan rinci.

Data penelitian ini diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data, seperti observasi langsung pada pertunjukan Jaranan Dor, wawancara dengan seniman, pengelola komunitas Jaranan Dor, serta masyarakat yang terlibat dalam seni ini. Selain itu, dokumentasi audio-visual dari pertunjukan Jaranan Dor juga digunakan untuk memperkaya data yang ada. Analisis data dilakukan secara induktif, dengan mengidentifikasi tema-tema utama yang muncul dari data yang terkumpul dan menghubungkannya dengan teori-teori terkait pelestarian budaya dan kesenian tradisional.

 

Paparan Data dan Analisis

Jaranan Dor di Kota Malang terdiri dari beberapa elemen penting, di antaranya adalah musik, tari, dan kostum yang digunakan oleh para penari. Alat musik utama yang digunakan dalam pertunjukan ini adalah jidor, sebuah bedug besar yang menghasilkan suara khas yang menjadi ciri khas dari Jaranan Dor. Selain itu, terdapat pula alat musik lainnya seperti cimplung, gong, dan kendang yang turut mengiringi pertunjukan.

Gerakan tari pada Jaranan Dor dipengaruhi oleh gerakan-gerakan hewan, seperti kuda, yang menjadi simbol utama dalam seni ini. Para penari mengenakan kostum yang menyerupai kuda, lengkap dengan atribut seperti caplokan, yaitu ukiran kayu yang menggambarkan wajah hewan atau makhluk mitologis. Setiap tahapan dalam pertunjukan Jaranan Dor, seperti suguh, kembangan, kalapan, dan penutup, memiliki makna simbolik yang mendalam, mencerminkan hubungan masyarakat dengan alam dan kepercayaan-kepercayaan lokal.

Secara sosial, Jaranan Dor tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat hubungan antarwarga. Pertunjukan ini sering kali menjadi ajang pertemuan antar komunitas, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menikmati pertunjukan dan berbagi pengalaman. Hal ini menjadikan Jaranan Dor sebagai bagian penting dalam membangun solidaritas sosial di Kota Malang.

Namun, di balik keindahan dan makna yang terkandung dalam Jaranan Dor, terdapat tantangan yang dihadapi dalam pelestariannya. Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya minat generasi muda terhadap seni ini. Banyak dari mereka yang lebih tertarik pada hiburan modern yang lebih mudah diakses melalui media digital. Selain itu, faktor ekonomi juga turut mempengaruhi kelangsungan Jaranan Dor, karena untuk mengadakan pertunjukan yang berkualitas, dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlu ada upaya dari berbagai pihak untuk mendukung pelestarian seni ini, baik melalui pendidikan, pendanaan, maupun promosi yang lebih luas.

Hasil Penelitian

Penelitian ini menemukan bahwa meskipun Jaranan Dor di Kota Malang masih eksis, keberadaannya semakin terpinggirkan oleh perkembangan zaman. Kelompok-kelompok seni Jaranan Dor yang ada saat ini berusaha untuk mempertahankan kesenian ini dengan berbagai cara, seperti mengadakan pelatihan rutin bagi anggota baru, berkolaborasi dengan kelompok seni lainnya, dan berpartisipasi dalam berbagai festival budaya. Namun, upaya tersebut belum cukup untuk menarik perhatian lebih banyak generasi muda.

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada perubahan dalam struktur pertunjukan Jaranan Dor. Beberapa kelompok seni mulai berinovasi dengan menambahkan elemen-elemen modern, seperti musik elektronik dan koreografi yang lebih kontemporer, untuk menarik minat penonton muda. Meskipun demikian, sebagian besar kelompok seni Jaranan Dor masih berpegang pada tradisi dan menjaga esensi dari kesenian ini agar tetap autentik.

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa Jaranan Dor masih memiliki potensi untuk berkembang, tetapi memerlukan dukungan yang lebih besar dari berbagai pihak. Pemerintah, masyarakat, dan seniman perlu bekerja sama untuk menjaga kelangsungan seni ini, baik melalui pelestarian, pengembangan, maupun promosi kepada generasi muda. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memperkenalkan Jaranan Dor melalui pendidikan seni di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, serta memanfaatkan media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Kesimpulan

Jaranan Dor di Kota Malang merupakan bagian penting dari warisan budaya Indonesia yang kaya akan nilai sejarah, sosial, dan spiritual. Keberadaannya yang semakin terancam oleh perubahan zaman memerlukan perhatian serius agar seni ini tidak hilang begitu saja. Dengan upaya yang terkoordinasi dari berbagai pihak, diharapkan Jaranan Dor dapat terus berkembang dan dikenal oleh generasi mendatang sebagai salah satu kekayaan budaya yang berharga. Pelestarian Jaranan Dor tidak hanya penting untuk menjaga tradisi, tetapi juga untuk memperkuat identitas budaya Kota Malang dalam konteks globalisasi yang semakin berkembang.

 

Tim Damariotimes.

 

1 komentar untuk "Jaranan Dor di Kota Malang: Pelestarian Budaya dan Dinamika Sosial dalam Kesenian Tradisional"

  1. Artikel ini sangat informatif karena membahas pelestarian seni Jaranan Dor di Kota Malang secara mendalam. Penulis menjelaskan elemen-elemen penting seperti musik jidor, tari, dan kostum yang menggambarkan kuda, serta makna simbolik di balik setiap tahapan pertunjukan. Artikel ini juga menyoroti upaya komunitas dan pemerintah dalam mempertahankan kesenian tradisional ini di tengah arus modernisasi.​

    BalasHapus