![]() |
Moch Soleh Adi Pramono sedang memimpin ritual pemberian nama gamelan Bali di UM (Foto ist.) |
Damariotimes. Gamelan, sebagai alat musik tradisional Indonesia, tidak
hanya berfungsi sebagai instrumen pengiring dalam pertunjukan seni, tetapi juga
memiliki makna simbolis yang mendalam. Dalam konteks budaya Jawa, gamelan
dihadirkan untuk menciptakan hubungan emosional yang kuat antara pemiliknya dan
alat musik tersebut. Tradisi pemberian nama pada gamelan menjadi salah satu
cara untuk menegaskan eksistensi dan identitas alat musik ini dalam kehidupan
sosial dan spiritual masyarakat.
Pada akhir tahun 2024, Laboratorium Pendidikan Seni Tari
dan Musik
(PSTM), Departemen Seni dan Desain (DSD), Fakultas Sastra (FS) Universitas Negeri Malang, (UM) mendapatkan pengadaan barang berupa gamelan Bali. Momen
bersejarah ini ditandai dengan ritual selamatan yang dilaksanakan pada hari Senin Pahing, Tanggal 24 Februari 2025. Dalam acara tersebut, Dr. Tri
Wahyuningtyas, M.Si., selaku Kepala Laboratorium, meminta Moch. Soleh Adi
Pramono;
dalang wayang topeng dari Padepokan Seni Mangundharmo Tumpang untuk memimpin doa dengan menggunakan tradisi Jawa,
sekaligus memberikan nama pada gamelan yang baru saja diterima.
Proses pemberian nama ini tidak sembarangan.
Setelah melakukan perhitungan berdasarkan hari dan pasaran, nama "Kiyai
Bramasta" ditetapkan. Nama ini memiliki arti yang dalam, yaitu menandakan
bahwa eksistensi gamelan Bali tersebut adalah laki-laki. Pemberian nama ini
merupakan bagian dari tradisi yang sudah lazim dilakukan dalam masyarakat Jawa,
di mana setiap alat musik dianggap memiliki jiwa dan karakter tersendiri.
Ritual selamatan untuk gamelan ini melibatkan
berbagai sesajen yang disiapkan dengan penuh makna. Di antaranya adalah ayam
ingkung, nasi tumpeng, lauk-pauk seperti tempe, tahu, dan gudangan, serta air
bunga setaman dan dupa. Tumpeng, yang berbentuk gunungan nasi mengerucut di
bagian atas, melambangkan ketergantungan kita pada orang lain untuk mencapai
kesuksesan. Dalam konteks ini, tumpeng menjadi simbol harapan dan rasa syukur
kepada Tuhan atas segala berkah yang diberikan.
Makna simbolik dalam bahan-bahan selametan ini
menyampaikan pesan yang mendalam: bahwa keberhasilan tidak hanya bergantung
pada usaha individu, tetapi juga pada dukungan dan kerjasama dari orang lain.
Dalam tradisi Jawa, ritual semacam ini menjadi sarana untuk memohon berkah dan
perlindungan dari Tuhan, serta untuk menguatkan hubungan sosial di antara
anggota komunitas.
Gamelan, dengan segala keindahan dan
kompleksitasnya, menjadi lebih dari sekadar alat musik. Ia adalah simbol
eksistensial yang menghubungkan manusia dengan tradisi, budaya, dan
spiritualitas. Melalui ritual pemberian nama dan selamatan, gamelan tidak hanya
diakui sebagai alat musik, tetapi juga sebagai entitas yang memiliki jiwa dan
karakter, yang berperan penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
Dengan demikian, gamelan tidak hanya menjadi
bagian dari pertunjukan seni, tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan
generasi, nilai-nilai budaya, dan spiritualitas. Tradisi ini, yang terus
dilestarikan, menjadi bukti bahwa seni dan budaya memiliki kekuatan untuk
menyatukan dan memperkuat identitas suatu komunitas. Gamelan, dalam konteks
ini, adalah simbol dari perjalanan panjang budaya yang harus terus dijaga dan
diwariskan kepada generasi mendatang.
Redaktur : R.Dt.
Wah, mantap banget! Gamelan Bramastra ini bukti kalau budaya Bali masih kuat dan terjaga. Keren sih, namanya juga punya makna yang dalam.
BalasHapusTradisi pemberian nama gamelan mencerminkan kedalaman budaya, spiritualitas, dan identitas dalam masyarakat Jawa.
BalasHapusAdanya gamelan bali ini menjadi bukti penghubung generasi, nilai-nilai budaya, dan spiritualitas. Bisa juga menjadi wadah untuk generasi muda mengenal budaya-budaya Indonesia yang sangat kaya
BalasHapusArtikel ini sangat menarik karena menunjukkan bagaimana gamelan tidak hanya sekedar alat musik, tetapi pemberian nama pada gamelan bali ini mencerminkan penghormatan dan makna filosofis yang mendalam. Semoga tradisi ini terus lestari dan makin dikenal generasi muda
BalasHapusWahh artikel ini sangat menarik sekali, adanya gamelan ini bukan hanya sebagai jembatan yang menghubungkan generasi, nilai budaya dan spiritualitas saja tetapi nama dari gamelan ini pun menjadi sebuah hal menarik , dengan nama BRAMASTRA yang bukan sekedar nama yang indah dan bagus melainkan memiliki makna filosofi yang mendalam juga.
BalasHapusDengan adanya gamelan Bali ini bukti bahwa seni tradisi tetap harus dilestarikan karena seni dan budaya memiliki kekuatan untuk menyatukan dan memperkuat identitas suatu komunitas. Gamelan Bali yang diberi nama "KIYAI BRAMASTRA" yang memiliki arti mendalam, menandakan bahwa eksistensi gamelan Bali ini adalah laki-laki. Hal ini bukan hanya sekedar nama yang indah tetapi memiliki makna filosofi yang mendalam.
BalasHapuswaww kerenn skalii! dengan adanya gamelan bali yang menjadi koleksi dan kepemilikan baru bagi prodi pstm akan memudahkan mahasiswa apabila ada suatu event, harus hati-hati dan menjaga gamelan bali tersebut karena gamelan bali tifak boleh dibuat mainan atau hal" yang yidak wajar
BalasHapus