Marsam Hidajat, (Foto ist.) |
Damariotimes. Marsam Hidayat, seorang
seniman Ludruk, memulai perjalanan panjangnya untuk memperdalam ilmu kesenian
dengan tekad yang kuat, yang membawanya ke luar panggung Ludruk. Pada tahun
1986, ia memutuskan untuk belajar kesenian di Padepokan Seni Bagong Kusudiharjo,
yang terletak di Yogyakarta. Keputusan ini bukan tanpa alasan, karena Marsam
ingin memperluas wawasan dan pengetahuannya di luar panggung Ludruk, agar dapat
lebih mengembangkan kemampuannya sebagai seorang seniman.
Selama berada di Padepokan Bagong
Kusudihardjo Yogyakarta,
Marsam mendapat dukungan dari Amin Naryo, yang tetap setia mengelola Ludruk
Persada di Malang. Setiap bulan, Amin Naryo mengirimkan uang melalui pos untuk
membantu biaya pendidikan dan kebutuhan Marsam selama menimba ilmu di
Yogyakarta. Marsam menyadari bahwa pendidikan kesenian adalah investasi yang
membutuhkan ketekunan dan keseriusan, dan ia bertekad untuk menekuninya dengan
sepenuh hati.
Di Padepokan Seni
Bagong Kusudiharjo, Marsam bertemu dengan tokoh-tokoh seni besar, salah satunya
adalah Bagong Kusudihardjo,
seorang maestro tari modern Indonesia. Di bawah bimbingan Bagong Kusudihardjo, Marsam tidak hanya
belajar tentang seni tari, tetapi juga seni musik, kreativitas, serta wawasan
budaya Nusantara yang lebih luas. Ia mulai menyadari bahwa untuk menjadi
seorang seniman yang sejati, diperlukan wawasan yang luas dan pemahaman
mendalam tentang dunia seni. Marsam menyadari bahwa seni bukan sekadar profesi,
melainkan suatu anugerah Tuhan yang harus dijalani dengan penuh dedikasi dan
kesungguhan hati.
Selama berada di Padepokan
Seni Bagong Kusudihardjo,
Marsam bertemu dengan banyak orang dari berbagai daerah, bahkan ada juga yang
datang dari luar negeri, seperti Asia. Pengalaman-pengalaman tersebut semakin
memperkaya perspektif Marsam tentang seni dan budaya. Ia juga menjalin hubungan
erat dengan beberapa tokoh penting dunia seni Yogyakarta, seperti Jujuk
Prabowo, sutradara Teater Gandrik, Bondan Nusantara, seorang pakar ketoprak,
serta Didik Nini Thowok, seorang maestro tari komedian asal Yogyakarta.
Selain itu, dalam
hal kreativitas musik, Marsam mendapat banyak ilmu dari Otok Bhima Sidharta dan
Jaduk Ferianto, dua tokoh penting dalam dunia musik Indonesia. Selama berada di
Yogyakarta, Marsam sering melihat karya-karya Bagong Kusudihardjo, seperti Tari Gema Nusantara dan Tari
Bedaya Gendeng yang sangat terkenal pada waktu itu. Karya-karya ini memberikan
inspirasi besar bagi Marsam untuk terus mengasah kreativitas dan kemampuan
seninya.
Marsam mendapatkan
kesempatan untuk belajar di Padepokan Seni Bagong Kusudihardjo setelah mendapatkan rekomendasi dari
Dewan Kesenian Malang, yang waktu itu dipimpin oleh Mas Yongky Irawan. Berkat
surat pengantar yang dibuat oleh Mas Yongky, Marsam akhirnya dapat melanjutkan
studinya di Yogyakarta dan berguru langsung kepada Bagong Kusudihardjo, seorang tokoh yang telah
banyak memberikan kontribusi terhadap dunia seni Indonesia.
Pada tahun 1987,
Marsam kembali ke Malang setelah selesai menimba ilmu di Yogyakarta. Setelah
kembali, bersama dengan Amin Naryo, ia mendirikan grup Ludruk baru yang diberi
nama Ludruk Sang Saka. Marsam memiliki visi dan misi besar dalam mendirikan
grup Ludruk ini, karena ia ingin menciptakan suatu grup Ludruk yang dapat
menyenangkan seluruh pemain pendukungnya. Ia terinspirasi oleh kesuksesan
Ketoprak Siswo Budoyo yang dipimpin oleh Ki Siswondo Hs., yang menurutnya
merupakan grup kesenian tradisional yang terhormat dan disegani oleh masyarakat
serta pejabat.
Reporter : R.Dt.
Editor : MAH
Posting Komentar untuk "Marsam Hidayat Cantrik Padepokan Bagong Kusudihardjo Yogyakarta dari Kabupaten Malang "