Lomba Tari “Punarbhava Singhasari 2024”: Kebangkitan Seni Tari Tradisi dan Kreasi di Kabupaten Malang



Sanggar Seni Danendar dengan koreografi Mahesa Gumregah (Foto ist.)
 

Damariotimes. Hari Minggu, 29 Desember 2024, menjadi momen istimewa di Eks Pendapa Kewedanan Singosari, Kabupaten Malang. Suasana pagi yang sejak semalam di guyur hijan grimas, namun antusiasme peserta dan penonton yang mulai berdatangan sejak pukul 08.00. Pendapa yang biasanya sunyi kini berubah menjadi pusat seni yang meriah.

Di depan pendapa, panggung utama berdiri megah. Latar belakangnya bener acara “Punarbhava Singhasari 2024”: yang merepresentasikan kekayaan budaya Kabupaten Malang. Kursi-kursi penonton tersusun rapi, memadati ruang di pendapa untuk para peserta, memberikan ruang yang nyaman bagi peserta yang datang untuk menyiapkan diri dari 18 peserta lomba Tari Tradisional dan Kreasi Baru. 

Pembukaan yang Penuh Harapan

Acara dimulai dengan sambutan dari Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Malang (DKKM), Suroso, S.Pd. Dengan nada penuh semangat, ia menyampaikan rasa bangganya terhadap keikutsertaan peserta dari berbagai kecamatan. "Hal ini membuktikan bahwa seni tradisional di Kabupaten Malang memiliki tempat khusus di hati masyarakat dan berpotensi besar untuk terus dikembangkan," ungkapnya. Sambutan tersebut disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.

 

Sanggar Tari Gong Production dengan karya Manten Kucing, (Foto ist.)


Dewan Juri yang Profesional

Di sisi panggung, tiga dewan juri duduk dengan serius mengamati setiap detail penampilan. Mereka adalah Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn., Dr. Tri Wahyuningyas, M.Si., dan Tri Idha Rochana, S.P. Dengan pengalaman mereka di bidang seni tari, setiap penilaian dilakukan secara cermat. Mulai dari keindahan artistik, keselarasan gerakan, hingga kemampuan para penari menyampaikan pesan melalui simbolisme gerakan, semuanya diperhatikan dengan teliti.

Sorotan Evaluasi Dewan Juri

Setelah seluruh peserta tampil, Ketua Dewan Juri memberikan evaluasi yang bernuansa edukatif. Beliau menekankan pentingnya penghayatan dalam setiap penampilan. "Seorang penari harus bebas dari sekadar menghafal gerakan. Jiwa dan hati mereka harus menyatu dengan tarian," ungkapnya. Selain itu, ia juga mendorong para koreografer untuk terus merefleksikan karya mereka agar tidak hanya menciptakan tarian yang indah, tetapi juga memiliki kedalaman simbolik yang bisa menyentuh penonton.

Evaluasi dan Catatan Dewan Juri

Di akhir acara, Ketua Dewan Juri memberikan dua catatan penting untuk pengembangan seni tari tradisional di Kabupaten Malang: (1) Penghayatan Penari: Penari diharapkan mampu menampilkan tariannya dengan sepenuh hati, bebas dari sekadar hafalan, dan menjiwai setiap gerakan. Hal ini akan menambah nilai emosional pada setiap penampilan, (2) Refleksi Koreografer: Para koreografer diharapkan terus mengevaluasi karya mereka secara mendalam agar dapat menciptakan tarian yang tidak hanya indah, tetapi juga mampu menyampaikan makna simbolik yang kuat.

Lima Penampilan Terbaik

Dewan juri akhirnya memutuskan lima penampilan terbaik non-rengking, yaitu:

  • Nomor 4: Sanggar Tari Gong Production dengan karya Manten Kucing,
  • Nomor 5: Sanggar Padma Gayatri dengan koreografi Ngilo,
  • Nomor 7: Sanggar tari Mantraloka dengan koreografi Beskalan Putri gaya Jabung
  • Nomor 10: Sanggar Seni Danendar dengan koreografi Mahesa Gumregah,
  • Nomor 11: Sanggar Seni Setyotomo dengan tarian Grebeg Jawa.

Kelima penampilan ini berhasil mencuri perhatian dengan kualitas koreografi dan penghayatan yang memukau. Kelimanya mendapatkan piagam dan tropy. 

Masyarakat yang Antusias

Antusiasme masyarakat terlihat dari sorak-sorai dan tepuk tangan yang menggema di setiap akhir penampilan. Mereka bukan hanya penonton, tetapi juga bagian dari apresiasi terhadap seni tradisional yang terus berkembang. Bahkan, beberapa anak kecil terlihat menirukan gerakan tari di pinggir area, menunjukkan bahwa seni ini mampu menginspirasi penotnon yang juga mengekpresikan diri bersama-sama menari dengan iringan musik mberot. 

Penutupan yang Meriah

Acara lomba ini bukan sekadar kompetisi, tetapi juga bentuk nyata pelestarian budaya. Melalui kegiatan seperti ini, Kabupaten Malang menunjukkan bahwa tradisi dapat terus hidup dan relevan di tengah masyarakat modern. Dengan semangat dan antusiasme yang tinggi, acara ini menjadi bukti bahwa seni tradisional di Kabupaten Malang tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat, hal ini diharapkan di tahun-tahun mendatang dapat tetap digelar di penghujung tahun.

 

Reporter : G. Sam

Editor     > MAH

 

Posting Komentar untuk "Lomba Tari “Punarbhava Singhasari 2024”: Kebangkitan Seni Tari Tradisi dan Kreasi di Kabupaten Malang"