proses latihan tetap harus berjalan lancar (Foto ist.) |
Damariotimes. Malang, 6 Nopember 2024. SMP
Negeri 24 Malang baru saja menggelar latihan kedua adegan “Bengkel Empu
Gandring” sebagai persiapan untuk Festival Singhasari #2. Latihan yang
melibatkan kolaborasi antara siswa dan guru ini penuh semangat, ide-ide
kreatif, serta tantangan dalam penggarapan adegan yang memukau dan kaya makna
sejarah.
Proses
Kreatif dan Dinamika Latihan. Di perjalanan menuju SMPN 24, guru dan siswa memperoleh
inspirasi baru untuk memperkuat penggambaran bengkel Empu Gandring. Kegiatan
yang biasa dilakukan para pekerja bengkel, seperti mengangkat barang-barang,
kali ini menggunakan tas belajar siswa sebagai propertinya. Dalam latihan
mendatang, mereka berencana mengganti barang-barang ini dengan kayu bakar atau
karung beras untuk menambah realisme dan memperlihatkan tantangan fisik para
pekerja.
Dengan peran sebagai
pekerja bengkel, para siswa diinstruksikan untuk bertelanjang dada dan
mengenakan udeng, sementara adegan intensitas fisik bertujuan membuat mereka
benar-benar berpeluh, menghadirkan atmosfer kehidupan keras di bengkel Empu
Gandring. Momen latihan ini tak hanya menguatkan adegan secara visual, tetapi
juga mendekatkan mereka pada atmosfer historis yang ingin dihadirkan.
Syair dan
Konsultasi dengan Ahli Sejarah. Satu aspek menarik dalam
latihan ini adalah penciptaan syair yang diucapkan oleh karakter Empu Gandring.
Di sela perjalanan, muncul ide untuk menyusun syair yang menguatkan peran sang
empu. Konsep syair kemudian dikonsultasikan dengan Suwardono, seorang ahli
sejarah Jawa Kuno, yang langsung merespons dan mengirimkan naskah syair melalui
WhatsApp. Syair tersebut memperkenalkan Empu Gandring sebagai pandai besi yang
setia melayani kebutuhan para tetua dan prajurit di Pakuwon Tumapel,
memperdalam konteks historis tokoh tersebut bagi para penonton dan pemain.
Berikut cuplikan
syair yang akan diucapkan oleh Empu Gandring, diperankan oleh guru M. Fernanda
Adi Pradana, M.Pd., yang pada latihan kali ini digantikan oleh Ibu Noveriana
Kartikasari, S.Pd.:"Aranisun Gandring, Pande Warastra Untuk Kebutuhan Para
Tetua Dan Prajurit Di Pakuwon Tumapel. Lulumbang Tempatku, Di Lereng Timur
Gunung Kawi, Lembah Yang Sepi, Jauh Dari Pusat Pemerintahan..."
Syair ini menambah
kedalaman emosi dan kehormatan dalam peran Empu Gandring, menghadirkan suasana
historis yang autentik dan menguatkan makna dari pementasan.
Ide Baru:
Bambu dan Dinamika Adegan Mendekati sekolah, berhenti sejenak di
sebuah warung kopi. Di depan warung, terlihat bambu-bambu yang menginspirasi
para pekerja untuk menghadirkan bambu sebagai properti baru. Nantinya, para
pekerja bengkel akan mengangkat dan menghentakkan bambu untuk menciptakan
dinamika yang lebih hidup dalam adegan. Ini juga diharapkan dapat menambah
elemen keaktoran serta suasana yang lebih meriah dalam pertunjukan.
Bambu pun menjadi
solusi strategis untuk menyembunyikan adegan Ken Arok yang merebut keris Empu
Gandring—adegan yang sengaja tidak dihadirkan demi menghindari kekerasan yang
tidak sesuai untuk pendidikan. Pertunjukan ini diharapkan mendidik, dan
menginspirasi siswa tanpa memperlihatkan kekerasan fisik di atas panggung.
Tantangan
dan Pembelajaran dalam Latihan Proses latihan tentu bukan tanpa
kendala. Siswa terkadang sulit untuk menjaga fokus karena kebiasaan tertawa
atau bermain, sehingga pengarah adegan harus ekstra sabar. Meskipun mengarahkan
siswa yang terbiasa bercanda menjadi tantangan tersendiri, prinsip yang
dipegang oleh pengarah adalah untuk menjaga proses kreatif tetap berjalan
dengan pendekatan penuh kesabaran dan waktu. Selain itu, art director memilih
untuk tidak menunjukkan emosi keras, mengingat latar belakang mereka sebagai
pengajar yang perlu mengedukasi dengan penuh pengertian.
Kesabaran dan upaya
guru dalam proses latihan ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih
memahami dan menghayati peran yang mereka mainkan. Latihan ini bukan hanya
proses persiapan untuk Festival Singhasari, tetapi juga proses pembelajaran
yang mendidik para siswa dalam berkreasi, bekerja sama, dan menghayati
nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam kisah Empu Gandring.
Latihan kedua ini
memperlihatkan bahwa persiapan
pementasan Festival Singhasari #2 sebagai proses yang melibatkan berbagai aspek pendidikan,
kreativitas, dan penanaman nilai budaya bagi siswa SMPN 24 Malang, dan juga siswa SMP yang lain.
Reporter : R.Dt.
Editor : MAH
Posting Komentar untuk "Latihan Adegan Bengkel Empu Gandring Jelang Festival Singhasari #2: Tantangan Kreatif Siswa dan Guru SMPN 24 Malang"