kegiatan Proses pembagian bahan batik (Foto ist.) |
Damariotimes. Malang, 5 Oktober 2024 -
Universitas Negeri Malang (UM) kembali melaksanakan program pengabdian
masyarakat yang kedua kalinya. Kegiatan ini ditujukan
bagi santriwati Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Nur Muhammad di Landungsari.
Program ini bertujuan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan kreatif (creativepreneur)
di kalangan santriwati melalui pelatihan keterampilan membatik. Kegiatan ini
diinisiasi untuk menjawab permasalahan mendasar yang dihadapi santriwati, yaitu
rendahnya pemahaman tentang kewirausahaan dan kurangnya pemanfaatan potensi
budaya, seperti seni membatik, dalam membangun identitas dan kemandirian
ekonomi.
Membatik Sebagai Sarana
Kemandirian
Seni membatik bukan
hanya warisan budaya Indonesia yang kaya, tetapi juga memiliki potensi besar
untuk dikembangkan sebagai sumber ekonomi. Namun, pemahaman dan keterampilan
membatik di kalangan santriwati di Pondok Pesantren Nur Muhammad masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, UM melalui program ini berupaya memberikan bekal
kepada para santriwati dengan tujuan agar mereka dapat memanfaatkan seni
membatik sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemandirian ekonomi di
masa depan.
Dr. Ike Ratnawati,
M.Pd., sebagai narasumber dalam program ini, memulai kegiatan dengan presentasi
tentang pengetahuan dasar membatik. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya
seni batik sebagai warisan budaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi, terutama
bagi santriwati yang dapat memadukan keterampilan ini dengan identitas muslimah
mereka. Batik tidak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga bisa menjadi alat
bagi santriwati untuk meraih kemandirian ekonomi.
proses teknik membatik cap (Foto ist.) |
Pelatihan Teknik Membatik
Setelah sesi penjelasan dan presentasi,
santriwati diperkenalkan dengan teknik membatik melalui demonstrasi praktis
yang dipandu oleh Muhammad Affaf Hasiymy, M.Pd. Ia menunjukkan cara mengecap dan hingga memproses dengan alat-alat
batik cap yang
memudahkan teknik yang mudah.
Hal ini memberikan kesempatan bagi santriwati untuk lebih memahami dan
menguasai teknik membatik dengan cara yang lebih efisien, sambil tetap
mempertahankan esensi tradisional dari seni ini.
Antusiasme para
santriwati terlihat selama pelatihan ini berlangsung. Mereka dengan semangat
mengikuti setiap langkah proses mencanting, menciptakan motif-motif batik yang
unik dan kreatif. Pelatihan ini bukan hanya melatih keterampilan, tetapi juga
menjadi sarana untuk menanamkan jiwa entrepreneur di kalangan santriwati.
Dengan menguasai keterampilan ini, mereka diharapkan mampu menciptakan
produk-produk kreatif bernilai jual tinggi yang dapat membantu meningkatkan
ekonomi mereka di masa depan.
Batik dan Potensi
Creativepreneur Santriwati
Dr. Pujiyanto,
M.Sn., ketua kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat dari UM dalam sesi berikutnya memberikan
paparan tentang prospek pengembangan kewirausahaan kreatif di kalangan
santriwati. Ia menjelaskan bahwa seni membatik tidak hanya menawarkan potensi
ekonomi, tetapi juga menjadi media promosi budaya Indonesia yang kaya dan
beragam. Pujiyanto juga mendorong santriwati untuk tidak hanya melihat membatik
sebagai keterampilan semata, melainkan sebagai cara untuk membangun identitas
mereka sebagai muslimah yang kreatif dan mandiri secara ekonomi.
Selain itu, Dr.
Pujiyanto juga memaparkan analisis prospek usaha batik yang bisa dikembangkan
oleh santriwati. Ia menggarisbawahi pentingnya inovasi dalam menciptakan produk
batik yang relevan dengan kebutuhan pasar saat ini, serta bagaimana batik dapat
menjadi simbol dari identitas santriwati yang mengedepankan keunikan dan
nilai-nilai budaya. Santriwati diajak untuk berpikir lebih luas, mengembangkan
keterampilan membatik yang dipadukan dengan sentuhan modern dan nilai estetika
yang tinggi.
Program pengabdian
masyarakat ini diharapkan sebagai
peningkatan keterampilan santriwati dalam membatik, dan juga dapat membangun jiwa
entrepreneur yang tangguh. Dengan keterampilan membatik yang mereka peroleh,
para santriwati diharapkan mampu menciptakan produk-produk kreatif yang dapat
dipasarkan, baik secara lokal maupun global, sehingga mampu mendukung
kemandirian ekonomi mereka di masa depan.
Salah satu
santriwati yang mengikuti program ini mengungkapkan rasa terima kasihnya, “Kami
merasa sangat terbantu dengan adanya pelatihan ini. Membatik ternyata bukan
hanya tentang seni, tetapi juga cara untuk mengembangkan potensi kami sebagai
muslimah yang mandiri dan kreatif.”
Program ini
mendapatkan respons positif dari seluruh santriwati yang terlibat. Mereka
menyadari bahwa melalui keterampilan membatik, mereka tidak hanya mempelajari
warisan budaya yang berharga, tetapi juga membuka peluang untuk mengembangkan
diri dalam dunia kewirausahaan kreatif.
Pelatihan membatik ini menjadi langkah
awal yang penting bagi santriwati dalam membangun kemandirian ekonomi dan
identitas budaya yang kuat, sekaligus menunjukkan bahwa seni dapat menjadi
jembatan bagi pemberdayaan ekonomi di kalangan perempuan muda muslimah.
Reporter : MAH
Editor : H. Gum.
Debora Gabriela
BalasHapussaya sangat setuju dengan kutipan kata kata di atas bahwa membatik ternyata bukan hanya tentang seni, tetapi juga cara untuk mengembangkan potensi kami sebagai muslimah yang mandiri dan kreatif
BalasHapusSaya sangat setuju dengan adanya dorongan untuk mengembangkan jiwa entrepreneur karena pelatihan membatik ini menjadi langkah awal yang penting bagi santriwati dalam membangun kemandirian ekonomi dan identitas budaya yang kuat.
BalasHapussaya setuju dengan acara pengabdian tersebut, selain untuk membangun jiwa kemunduran tetapi juga mengembangkan potensi yang intelektual dan kreatif dalam mewariskan ragam budaya.
BalasHapusSetelah saya membaca artikel ini saya mengetahui bahwa enterpreneur sangat dibutuhkan karena dengan adanya kegiatan membatik ini para siswa dapat membangun kreativitasnya masing masing.
BalasHapus