Rahasia Mitos di Telaga Tujuh Air Terjun

 

Moster di Telaga Tujuh Air Terjun (gambar AI)


Damariotimes. Di balik lebatnya hutan dan kabut yang selalu menyelimuti, tersembunyi sebuah telaga yang dikenal dengan sebutan Telaga Tujuh Air Terjun. Mitos tentang telaga ini telah lama dipercaya oleh penduduk desa sekitar. Konon, siapa pun yang mandi di bawah percikan air dari ketujuh air terjun ini akan dianugerahi awet muda. Namun, di balik keindahan alam yang menakjubkan, ada kisah misteri yang jarang dibicarakan—kisah tentang makhluk mitologi yang menjaga telaga, sosok monster dengan air liur magis yang diyakini sebagai sumber keajaiban itu.

Suatu hari, Andi, seorang penjelajah muda yang selalu mencari tantangan baru, mendengar cerita tentang telaga tersebut dari penduduk desa. Rasa ingin tahunya yang besar membuatnya memutuskan untuk pergi ke telaga itu, meski sudah diperingatkan tentang bahaya yang mungkin mengintai. Penduduk desa mengatakan bahwa tak semua orang yang pergi ke sana kembali dengan selamat. Mereka yang selamat sering kali bercerita tentang suara aneh dan bayangan gelap yang mengintai dari balik air terjun.

Berbekal tekad dan keberanian, Andi mulai menapaki jalan menuju telaga. Perjalanan itu tidaklah mudah. Hutan di sekitarnya begitu lebat, jalur setapak yang dilaluinya penuh dengan tanaman berduri, dan suara hewan-hewan malam sering kali membuatnya berhenti sejenak. Tapi tekadnya tak goyah. Setelah beberapa jam berjalan, akhirnya ia tiba di tepi telaga. Di hadapannya, tujuh air terjun menjulang megah, jatuh dengan gemuruh yang memecah keheningan.

Andi terpana. Airnya jernih, memantulkan cahaya bulan yang menyelinap di antara pepohonan. Sambil mengagumi keindahan alam tersebut, ia segera menuju salah satu air terjun, berharap dapat merasakan kesegaran air yang membawa keajaiban. Tanpa berpikir panjang, Andi menenggelamkan tubuhnya di bawah percikan air, membiarkan air dingin itu membasuh tubuhnya. Saat air menyentuh kulitnya, ia merasakan sensasi aneh, seolah-olah energi mengalir masuk ke dalam dirinya, membuatnya merasa lebih hidup dari sebelumnya.

Namun, saat Andi mulai merasa nyaman, suasana sekitar berubah. Gemuruh air terjun yang awalnya menenangkan, kini terdengar lebih keras, hampir seperti raungan. Andi membuka mata dan menoleh ke sekeliling, namun tak ada siapa-siapa. Hanya kabut yang semakin tebal, menutupi pandangannya. Ia merasa ada yang tidak beres. Suara air terjun semakin keras, dan tiba-tiba, dari balik kabut, muncul sosok yang menyeramkan.

Makhluk itu besar, jauh lebih besar dari manusia. Tubuhnya penuh dengan sisik berwarna hijau kehitaman, dengan mata merah menyala yang memancarkan kebencian. Di ujung mulutnya yang lebar, air liur kental menetes, menimbulkan suara berdecit saat menyentuh tanah. Andi terpaku, tak mampu bergerak. Dia tahu, ini bukan makhluk biasa. Ini adalah monster yang selama ini hanya terdengar dalam cerita-cerita rakyat—penjaga telaga, makhluk mitologi yang dipercayai menumbahkan air liur untuk mengabulkan permohonan awet muda.

"Siapa kamu berani datang ke sini, manusia?" suara makhluk itu berat dan bergemuruh, seolah berasal dari dalam tanah itu sendiri.

Andi gemetar. "Aku... aku hanya ingin tahu tentang telaga ini... Aku tidak bermaksud mengganggumu."

Makhluk itu mendekat, menimbulkan getaran di tanah di sekitar mereka. "Air di sini bukan untuk sembarang orang," ucapnya dengan suara berdesis. "Keabadian dan awet muda yang kamu cari memiliki harga. Air ini hanya bisa memberimu keajaiban jika kau bersedia membayar harganya."

Andi menelan ludah. "Apa yang kau inginkan dariku?"

"Setiap orang yang mandi di sini meninggalkan bagian dari dirinya," makhluk itu tersenyum, menunjukkan deretan gigi tajam yang berkilat dalam cahaya bulan. "Mereka yang bertahan, mereka yang muda kembali, tidak pernah sama lagi. Mereka kehilangan sesuatu—jiwa mereka, ingatan, atau bahkan kehidupan mereka yang sebenarnya."

Andi merasakan ketakutan merayap di tubuhnya. "Aku tidak tahu... aku tidak tahu tentang semua ini..."

Makhluk itu mendekat, lalu dengan satu gerakan cepat, meneteskan air liurnya ke telaga. Telaga yang sebelumnya jernih, tiba-tiba berubah menjadi gelap, hampir hitam pekat. "Inilah rahasia dari keajaiban itu," lanjut makhluk itu, suaranya kini lebih halus namun mengancam. "Air liurku, yang menetes ke telaga, adalah kunci dari keabadian. Tapi bagi mereka yang tamak dan hanya mencari awet muda, mereka akan membayar dengan harga yang paling berharga—mereka akan menjadi bayanganku, hilang dalam kabut telaga ini selamanya."

Andi berusaha melangkah mundur, tapi kakinya terasa berat, seolah-olah ditahan oleh kekuatan yang tak terlihat. Dalam kepanikannya, ia mencoba berlari, namun kabut di sekitarnya semakin tebal, menutupi setiap jalan keluar. Suara air terjun yang tadi memukau kini berubah menjadi bunyi yang memekakkan telinga. Makhluk itu terus mendekat, bayangannya semakin besar, menutupi pandangan Andi.

"Tidak ada yang bisa lari dari takdir telaga ini," makhluk itu berbisik dengan suara mengerikan.

Tiba-tiba, Andi tersadar bahwa ini adalah ujian terakhir. Jika ia menyerah pada rasa takut, maka ia akan menjadi bagian dari mitos yang menghantui telaga ini. Dengan sisa keberaniannya, Andi menutup mata dan memusatkan pikirannya. Ia ingat kata-kata orang desa—rukun, harmoni dengan alam, bukan melawan ketakutan.

Ketika ia membuka matanya, makhluk itu berhenti mendekat, kabut mulai menipis, dan gemuruh air terjun kembali normal. Dengan nafas terengah-engah, Andi perlahan mundur dari telaga. Ia sadar, telaga ini bukan tempat untuk siapa pun yang tamak atau mencari keabadian. Hanya mereka yang tulus dan memahami keseimbangan hidup yang dapat meninggalkan telaga dengan selamat.

Malam itu, Andi berhasil keluar dari hutan, tubuhnya basah kuyup dan gemetar. Tapi ia tahu, meski telaga itu penuh dengan keajaiban, rahasianya terlalu berbahaya untuk dikejar. Dan mitos tentang telaga Tujuh Air Terjun terus hidup, menjadi peringatan bagi siapa saja yang ingin mencari awet muda—bahwa semua keindahan memiliki bayangannya sendiri.

 

Diceritakan oleh: R.Dt.

Editor : MAH

 

1 komentar untuk "Rahasia Mitos di Telaga Tujuh Air Terjun"

  1. percaya tidak percaya, namun cerita ini sangat menarik. dia dapat memberikan amanah bahwa orang yang tamak tidak selalu beruntung sedangkan orang yang tulus akan diberikan kemudahan jalannya

    BalasHapus