Gebyar Lustrum XIV Dies Natalis ke-70 UM: Cakramastaka dan Sendratari Ramayana, Simbol Solidaritas dan Kebersamaan Sivitas Akademika


Sendratari Ramayana pada puncak peringatan Lustrum XIV dan Dies Natalis ke-70, (Foto ist.) 


Damariotimes, Malang, tanggal 18 Oktober 2024, Universitas Negeri Malang (UM) akan menggelar puncak peringatan Lustrum XIV dan Dies Natalis ke-70, menandai perjalanan panjang lembaga pendidikan ini dalam berkontribusi terhadap dunia akademik dan masyarakat luas. Acara yang akan berlangsung di Graha Cakrawala ini tidak hanya menjadi ajang formal untuk refleksi pencapaian, tetapi juga menawarkan perayaan budaya yang menyatukan seluruh unsur sivitas akademika melalui pertunjukan seni bertajuk Cakramastaka: Pagelaran Sendratari Ramayana.

Puncak peringatan ini dimulai dengan upacara resmi yang dihadiri oleh seluruh sivitas akademika, termasuk rektor, wakil rektor, dekan, direktur, dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa. Kehadiran para tamu undangan dan tokoh-tokoh penting dari dunia pendidikan juga turut menambah kemegahan acara ini. Namun, yang membuat peringatan kali ini semakin istimewa adalah pementasan sendratari Ramayana pada malam harinya.

Pagelaran sendratari Ramayana yang disutradarai oleh Dr. Karkono, menjuelaskan Ramayana adalah kisah epik Ramayana yang legendaris dipilih untuk menyampaikan pesan tentang kekuatan, kesetiaan, dan kerjasama. Cerita Ramayana, yang mengisahkan perjalanan Rama dalam menjemput kembali Sinta dari tangan Rahwana, menggambarkan bagaimana kebersamaan dan kerja sama menjadi kunci dalam menghadapi tantangan besar. Pemilihan cerita ini merefleksikan semangat yang sama di kalangan sivitas akademika UM, khususnya dalam menyongsong era pendidikan yang semakin kompetitif.

Yang menarik dari pagelaran ini adalah keterlibatan langsung pimpinan UM, mulai dari Rektor hingga mahasiswa, sebagai pemain dalam pementasan. Ini tidak hanya mencerminkan semangat kesetaraan, tetapi juga memperkuat rasa solidaritas dan kebersamaan antar seluruh unsur di universitas. Para pimpinan, yang selama ini dikenal dengan tugas dan tanggung jawab akademiknya, kali ini turut menunjukkan sisi seni dan budaya mereka, bersanding bersama mahasiswa dan tendik di atas panggung yang sama.

Pertunjukan Cakramastaka: Pagelaran Sendratari Ramayana merupakan simbol kuat dari Cakra Sapti Semesta, sebuah filosofi yang diusung UM untuk menegaskan peran universitas dalam menciptakan pendidikan berkualitas dan berdaya saing tinggi. Dengan kesenian sebagai media, pesan tentang kolaborasi, persatuan, dan tujuan bersama disampaikan dengan cara yang estetis dan mendalam.

Dr. Tri Wahyuningtyas sebagai koreografer juga menjelaskan, bahwa kisah Ramayana yang disuguhkan dalam bentuk sendratari ini mengandung banyak simbol penting. Dalam ceritanya, Rama tidak dapat memenangkan perjuangannya sendiri; ia dibantu oleh Hanuman, Sugriwa, serta pasukan kera yang setia dan penuh dedikasi. Gambaran ini menyerupai sinergi yang diperlukan dalam dunia pendidikan saat ini, di mana setiap komponen-mulai dari pimpinan, dosen, hingga tenaga kependidikan dan mahasiswa-harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. UM, melalui pagelaran ini, ingin menekankan bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam mencapai visi universitas.

Melalui pertunjukan ini, UM juga ingin menunjukkan bagaimana warisan budaya tetap relevan dan menjadi bagian integral dari kehidupan akademik. Ramayana, meskipun merupakan kisah kuno, tetap mengandung nilai-nilai universal yang dapat diterapkan dalam konteks modern. Semangat perjuangan, pengorbanan, dan kerja sama yang diceritakan dalam epos ini merupakan cerminan dari apa yang diharapkan UM dari para mahasiswanya: tekad untuk meraih cita-cita bersama, kesetiaan pada nilai-nilai luhur, serta kerjasama dalam menghadapi setiap rintangan.

Hartono, M.Sn. sebagai penata iringan mengemukakan tentang  pagelaran ini dapat memperkuat hubungan antar sivitas akademika di UM. Dengan menyatukan semua komponen dalam sebuah karya seni, acara ini menjadi momentum bagi seluruh warga UM untuk lebih mengenal satu sama lain, serta untuk merayakan keberagaman yang ada dalam lingkungan universitas. Seni budaya, dalam hal ini, menjadi sarana yang mampu menjembatani perbedaan dan memperkuat kebersamaan.

Selain itu, peringatan Lustrum XIV dan Dies Natalis ke-70 ini juga menjadi kesempatan bagi UM untuk menegaskan komitmennya dalam mendukung dan melestarikan seni dan budaya tradisional Indonesia. Melalui sendratari Ramayana, UM menunjukkan bahwa seni tradisional dapat terus hidup dan berkembang, bahkan dalam lingkungan akademik yang modern. Dengan menghadirkan seni dalam puncak peringatan ini, UM ingin menanamkan kepada seluruh sivitas akademika bahwa seni dan pendidikan bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan saling melengkapi dan memperkaya.

Acara ini sekaligus menjadi penutup yang spektakuler dari rangkaian perayaan Dies Natalis ke-70 UM. Dengan semangat Cakra Sapti Semesta, seluruh sivitas akademika diharapkan dapat terus bersatu, bekerja sama, dan berkarya demi mewujudkan visi UM sebagai universitas yang unggul, inovatif, dan berdaya saing global. Sendratari Ramayana yang ditampilkan malam itu akan menjadi simbol kebersamaan yang abadi, mengingatkan semua pihak bahwa kekuatan terbesar UM ada dalam sinergi dan solidaritas seluruh warganya.

 

Reporter : R.Dt.

Editor     : M.Gum

 


5 komentar untuk "Gebyar Lustrum XIV Dies Natalis ke-70 UM: Cakramastaka dan Sendratari Ramayana, Simbol Solidaritas dan Kebersamaan Sivitas Akademika"

  1. Pagelaran Sendratari yang luar biasa, semoga UM dapat terus berkontribusi dalam pelestarian Seni Tradisional.

    BalasHapus
  2. Pergelaran sendratari pada lustrum dies natalis UM ke-70 sangatlah memukau. Semoga 70 tahun UM ini kedepannya bisa semakin maju.

    BalasHapus
  3. Puncak peringatan Lustrum XIV dan Dies Natalis ke-70 Universitas Negeri Malang (UM), yang diwarnai dengan pagelaran sendratari Ramayana bertajuk Cakramastaka. Acara ini tidak hanya menjadi refleksi pencapaian akademik, tetapi juga menekankan kebersamaan dan sinergi seluruh sivitas akademika melalui pertunjukan seni. Pagelaran ini mengusung pesan kolaborasi dan kerjasama, yang tercermin dari partisipasi para pimpinan, dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan, serta menegaskan pentingnya seni dan budaya dalam kehidupan akademik.

    BalasHapus
  4. Pertunjukan yang sangat menarik, kolaborasi antara mahasiswa dengan dosen sangat bagus, serta antusias para penonton juga menambah suasana semakin memukau. Semoga di usia 70tahun ini UM semakin mendunia.

    BalasHapus
  5. Dengan diadakannya pagelaran Sendratari Ramayana tersebut menunjukkan bagaimana warisan budaya tetap relevan dan menjadi bagian integral dari kehidupan akademik. selain itu, keterlibatan langsung pimpinan UM, mulai dari Rektor, Dosen, hingga mahasiswa sebagai pemain dalam pementasan. hal ini menunjukkan bahwa seni tradisional dapat terus hidup dan berkembang, bahkan dalam lingkungan akademik yang modern. Lustrum XIV UM Sehat Bahagia, Prestasi Mendunia

    BalasHapus