Filosofi dan Makna Ritual Hari Raya Kuningan di Pura Batur Sari dan Pura Dalem Bonkeneng Tonja

 



Pergelaran Wayang Ritual di Hari Raya Kuningan (Sumber Putu)

         Damariotimes. Denpasar Bali, 5 Oktober 2024.Hari Raya Kuningan merupakan salah satu ritual sakral yang dirayakan oleh masyarakat Hindu di Bali sebagai penutup dari rangkaian perayaan Galungan. Kuningan, yang jatuh setiap 210 hari sekali pada kalender Pawukon, menandai puncak dari penghormatan kepada leluhur yang dipercaya turun ke bumi selama perayaan Galungan. Pada hari tersebut, umat Hindu memberikan persembahan sebagai bentuk rasa syukur atas kehidupan dan kesejahteraan yang telah diberikan oleh para leluhur dan dewa. 

Filosofi Hari Raya Kuningan

Dalam tradisi Hindu Bali, Hari Raya Kuningan memiliki makna yang mendalam, terutama terkait dengan hubungan manusia, leluhur, dan para dewa. Filosofi Kuningan erat kaitannya dengan keseimbangan antara alam sekala (dunia nyata) dan niskala (dunia tak kasat mata). Umat Hindu percaya bahwa pada Hari Raya Kuningan, roh-roh leluhur yang telah datang sejak Galungan kembali ke kahyangan, tempat mereka berasal. Oleh karena itu, Kuningan merupakan momen penting untuk menghormati, mengantar, dan memohon perlindungan dari para leluhur serta kekuatan spiritual yang ada di alam semesta.

Kuningan juga menyimbolkan "kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (keburukan)," di mana manusia diingatkan untuk terus menjaga harmoni, keseimbangan spiritual, dan kebajikan dalam hidup sehari-hari. Sesajen yang dibuat berwarna kuning (simbol kemakmuran) dengan hiasan seperti tamiang (lingkaran simbol perlindungan) dan endongan (simbol bekal perjalanan leluhur) menegaskan filosofi bahwa Kuningan merupakan ritual peneguhan rasa syukur atas perlindungan dan kelimpahan yang telah diberikan. Salah satu lokasi Ritual hari raya Kuningan dapat dikemukakan sebagai berikut: 

Pura Batur Sari Pusat Kawitan Arya Tegeh Kori

Pura Batur Sari, yang merupakan pusat Kawitan Arya Tegeh Kori, menjadi salah satu lokasi penting dalam perayaan Hari Raya Kuningan. Sebagai pura kawitan, tempat ini memiliki makna khusus sebagai pura leluhur bagi keturunan Arya Tegeh Kori. Pada hari Kuningan, umat berkumpul di pura ini untuk melaksanakan upacara sembahyang bersama, memohon keselamatan, kesejahteraan, dan berkah bagi keluarga besar mereka.

Di Pura Batur Sari, suasana sakral terasa kuat. Pura dihias dengan berbagai simbol upakara yang dipersembahkan sebagai bentuk rasa syukur kepada leluhur. Upacara diiringi dengan doa-doa yang dipimpin oleh pemangku pura, di mana umat memanjatkan harapan agar hubungan mereka dengan leluhur dan para dewa tetap terjaga dengan baik. 

Pura Dalem Bonkeneng Tonja

Pura Dalem Bonkeneng Tonja, yang terletak di wilayah Tonja, juga merupakan tempat di mana perayaan Kuningan dilaksanakan dengan khusyuk. Pura ini memiliki arti penting dalam kepercayaan Hindu Bali, terutama dalam konteks penghormatan kepada roh-roh suci yang menjaga keseimbangan alam. Pura Dalem secara khusus dikaitkan dengan dewa-dewa pelindung dan leluhur yang telah mencapai kedewaan.

Pada Hari Raya Kuningan, di Pura Dalem Bonkeneng Tonja seringkali diselenggarakan pertunjukan wayang kulit sebagai bagian dari ritual suci. Wayang ini bukan sekadar hiburan, melainkan media spiritual untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan filosofis kepada umat. Lakon yang ditampilkan dalam pertunjukan wayang pada upacara Kuningan biasanya berisi cerita tentang kemenangan dharma atas adharma, serta pentingnya menjaga harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan.

Wayang sebagai bagian dari ritual mengandung filosofi yang mendalam. Wayang merupakan refleksi dari kehidupan manusia yang terhubung dengan dunia roh dan para leluhur. Melalui wayang, umat dapat merenungkan arti dari perjalanan hidup, hubungan mereka dengan leluhur, dan tanggung jawab moral dalam menjalani kehidupan. 

Pertunjukan Ritual: Wayang sebagai Penghubung Spiritual

Salah satu keunikan dalam perayaan Kuningan di Pura Dalem Bonkeneng Tonja adalah adanya pertunjukan wayang sebagai bagian dari ritual. Wayang yang dipentaskan pada Hari Raya Kuningan bukanlah sekadar seni, tetapi sarana penghubung antara dunia manusia dengan dunia spiritual. Dalam kepercayaan Hindu Bali, wayang memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan-pesan moral yang dikemas dalam cerita-cerita epik, seperti Mahabharata atau Ramayana.

Lakon wayang yang dibawakan pada upacara Kuningan sering kali menggambarkan perjuangan antara kebaikan dan keburukan, serta pentingnya menjaga nilai-nilai kebaikan (dharma). Melalui simbolisme tokoh-tokoh wayang, umat Hindu Bali diingatkan untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara aspek-aspek spiritual dan duniawi dalam kehidupan sehari-hari.

Pertunjukan wayang dalam ritual ini juga mencerminkan konsep "tri hita karana," yaitu tiga hubungan harmonis yang harus dijaga oleh manusia: hubungan dengan Tuhan (parahyangan), hubungan dengan sesama manusia (pawongan), dan hubungan dengan alam (palemahan). Wayang dalam konteks Kuningan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sarana meditasi bagi umat untuk merenungkan tugas mereka dalam menjaga harmoni di dunia ini.

Konteributor : Putu Adi Saputra

Editor : R.Dt.

 

4 komentar untuk "Filosofi dan Makna Ritual Hari Raya Kuningan di Pura Batur Sari dan Pura Dalem Bonkeneng Tonja"

  1. Setalah saya membaca artikel diatas dapat disimpulkan bahwa Salah satu keunikan dalam perayaan Kuningan di Pura Dalem Bonkeneng Tonja adalah pertunjukan wayang sebagai bagian dari ritual, yang dikemas dalam cerita-cerita epik, seperti Mahabharata atau Ramayana.

    BalasHapus
  2. Banyak filosofi mendalam terkait hari raya kuningan termasuk simbol akan keseimbangan spiritual, dan kebajikan dalam hidup sehari-hari. Perayaan ini menandai puncak dari penghormatan kepada leluhur yang dipercaya turun ke bumi selama perayaan Galungan. Yang biasa diselenggarakan di Pura Batur Sari Pusat Kawitan Arya Tegeh Kori dan Pura Dalem Bonkeneng Tonja.

    BalasHapus
  3. Nining Atroful Laili10 Oktober 2024 pukul 06.46

    Yang saya ketahui hari raya kuningan adalah sebagai penutup hari raya galungan kuningan, tetapi setelah saya membaca artikel diatas ternyata ada keunikannya yaitu pertunjukan wayang yang menjadi bagian ritual tetapi juga sebagai hiburan. Selain itu juga sebagai sarana meditasi bagi umat untuk merenungkan tugas mereka dalam menjaga harmoni di dunia ini.

    BalasHapus
  4. Revani Berlin Santoso16 Oktober 2024 pukul 02.48

    Artikel diatas membahas tentang Hari Raya Kuningan, sebuah ritual sakral umat Hindu Bali sebagai puncak perayaan Galungan. Kuningan melambangkan keseimbangan spiritual dan penghormatan kepada leluhur, serta kemenangan kebaikan atas keburukan. Upacara di Pura Batur Sari menjadi salah satu wujud penting dalam menjaga hubungan manusia dengan leluhur dan dewa melalui persembahan dan doa.

    BalasHapus