Eksplorasi adegan pertama :pertapaan Palawijen. (Foto ist.) |
Damariotimes. Malang, tgl 28 Oktober 2024. Dalam
rangkaian persiapan Festival Singhasari #2, SMP 18 Malang sebagai salah satu sekolah pendukung, oleh
karena itu dilakukan eksplorasi, khususnya untuk babak
pertama. SMP 18, tepatnya
di Jl. Soekarno-Hatta, Kota Malang. Acara yang berlangsung di bawah bimbingan Robby Hidajat yang didampingi Bu
Ratih Wayansari, seorang pengajar seni tari yang penuh dedikasi, menjadi ajang
bagi siswa-siswi potensial untuk memperlihatkan kemampuan mereka di atas
panggung. Dalam sesi eksplorasi ini, siswi-siswi
telah menunjukkan
gerakan yang pantas dan terstruktur.
Bersama Bu Ratih,
Robby Hidajat, seorang artdirektor menjajaki potensi seni siswa, memandu proses
kreatif ini. Beliau secara langsung memantau tiap gerakan dan membimbing mereka
dalam mempersiapkan adegan pertama; Pertapan Palawijen. Adegan ini menampilkan sosok Ken
Dedes di masa kecil yang ceria dan polos, bermain di tengah alam yang
digambarkan sebagai Pertapan Palawijen. Dalam latar tersebut, burung-burung dan
sepasang burung merak menambah unsur keajaiban yang menyelimuti panggung.
Robby Hidajat, memberikan pengarahan (Foto ist.) |
Eksplorasi ini
membawa para siswa memasuki imajinasi kisah Ken Dedes, di mana enam siswa
diproyeksikan menjadi hewan-hewan seperti kijang atau domba yang hidup di
sekitar pertapan, sementara tiga siswa lain akan menjadi kuda, simbolik dari
semangat dan kelincahan di masa muda. Adegan berlangsung dengan musik dolanan
“Wis Rahino,” menggambarkan suasana pagi yang penuh keceriaan. Ken Dedes dan
dua temannya duduk bersama, bermain dakon, sembari teman-teman lainnya
berlarian, tertawa, dan bermain di sekitar mereka. Sebagai puncak adegan, Ken
Dedes melepas dua ekor merpati putih, sebuah simbolik sederhana namun penuh
makna akan kebebasan dan perdamaian.
Sesi eksplorasi
singkat ini, yang berlangsung selama dua jam, berhasil membawa siswa-siswi SMP
18 Malang pada pemahaman yang mendalam tentang alur cerita dan karakter yang
akan mereka mainkan. Robby Hidajat mengarahkan tiap langkah dengan cermat,
melihat setiap siswa yang berpotensi untuk terlibat lebih jauh dalam pementasan
besar pada 29 November 2024 di Gedung Gajahyana Malang. Sesi ini menjadi awal
perjalanan yang menjanjikan, membawa siswa-siswi SMP 18 ke dunia seni yang
penuh dengan ekspresi, ketrampilan, dan rasa cinta pada budaya lokal mereka.
Festival ini tidak
hanya menjadi panggung kreatif bagi anak-anak muda, tetapi juga menjadi ruang
bagi mereka untuk terhubung lebih dalam dengan sejarah dan tradisi lokal.
Reporter : R.Dt.
Editor : H. Gum.
Festival Sighasari ini sangat bermanfaat bagi para siswa siswi karena dapat melestarikan budaya lokal yang ada di Indonesia
BalasHapusfestival singhasari ini tidak hanya menjadi panggung kreatif bagi anak-anak muda tetatpi juga menjadi ruang bagi mereka untuk terhubung lebih dalam dengan sejarah dan tradisi lokal
BalasHapusEksplorasi ini membawa para siswa memasuki imajinasi kisah Ken Dedes, di mana enam siswa diproyeksikan menjadi hewan-hewan seperti kijang atau domba yang hidup di sekitar pertapan, sementara tiga siswa lain akan menjadi kuda, simbolik dari semangat dan kelincahan di masa muda.
BalasHapusDengan diadakannya kegiatan ini saya bangga karena Festival ini tidak hanya menjadi panggung kreatif bagi anak-anak muda, tetapi juga menjadi ruang bagi mereka untuk terhubung lebih dalam dengan sejarah dan tradisi lokal.
BalasHapuskegiatan tersebut tidak hanya melatih eksplorasi siswa tetapi jg membawa siswa memasuki imajinasi kisah Ken Dedes dmn siswa diproyeksikan menjadi hewan seperti kijang atau domba dan kuda, ini adalah simbolik dari semangat dan kelincahan di masa muda.
BalasHapusDengan adanya eksplorasi si tersebut dapat menambahman wawasan siswa terhadap alur cerita karakter
BalasHapusArtikel ini dengan sangat baik menyoroti bagaimana SMP 24 Malang menghidupkan kembali nilai-nilai budaya dan sejarah lokal melalui seni drama dalam acara Singosari Culture Parade. Dengan mengangkat cerita rakyat dari Kerajaan Singosari, seperti legenda Ken Arok dan Ken Dedes serta sosok Empu Gandring, pertunjukan ini tidak hanya menjadi wadah bagi siswa untuk mengekspresikan seni peran tetapi juga sarana pendidikan yang memperkenalkan mereka pada sejarah dan filosofi budaya Indonesia.
BalasHapusKegiatan tersebut sangatlah bermanfaat bagi generasi muda untuk melestarikan budaya lokal dan sejarah. Tidak hanya itu, kegiatan tersebut juga menjadi ajang bagi siswa-siswi untuk mengembangkan potensi mereka diatas panggung.
BalasHapusDengan adanya kegiatan tersebut dapat menambah wawasan siswa dan kegiatan tersebut juga bermanfaat bagi siswa dan anak muda untuk tetap melestarikan budaya dan sejarah
BalasHapusDari artikel di atas ini sangat bikin para generasi muda untuk menbangkitkan semangat dalam melestarikan budaya lokal dan sejarah
BalasHapus