Bentuk Mengikuti Fungsi dalam Seni Pertunjukan: Prinsip dan Penerapannya

 

Wayang Topeng Malang: Raja dan prajurit (Foto ist.)


Damariotimes. Konsep "form follows function" atau "bentuk mengikuti fungsi" tidak hanya berlaku dalam arsitektur dan desain, tetapi juga sangat relevan dalam seni pertunjukan. Prinsip ini menekankan bahwa bentuk atau struktur dalam sebuah karya seni harus mengikuti dan mendukung fungsi utama atau tujuan dari pertunjukan itu sendiri. Dalam konteks seni pertunjukan, fungsi tersebut bisa berupa komunikasi pesan, ekspresi emosi, hingga penyampaian cerita kepada audiens.

Sama seperti dalam desain, prinsip ini menolak elemen-elemen yang dianggap tidak perlu atau hanya hiasan. Setiap elemen dalam sebuah pertunjukan—mulai dari tata panggung, kostum, musik, hingga gerakan aktor atau penari—dirancang untuk mendukung pesan atau makna yang ingin disampaikan. Ini memberikan fokus pada esensi pertunjukan itu sendiri dan memaksimalkan dampak artistik dengan meminimalkan gangguan dari ornamen yang tidak esensial.

Bentuk Mengikuti Fungsi dalam Seni Pertunjukan

Dalam seni pertunjukan, "bentuk mengikuti fungsi" berarti bahwa setiap elemen yang terlihat di panggung harus memiliki tujuan jelas dalam mendukung keseluruhan pengalaman pertunjukan. Sebagai contoh, kostum tidak hanya sekadar hiasan, tetapi juga membantu mendefinisikan karakter, menggambarkan status sosial, atau bahkan mengekspresikan mood tertentu. Begitu pula dengan tata cahaya yang bukan hanya bertugas menerangi panggung, tetapi juga menciptakan atmosfer yang mendukung narasi.

Misalnya, dalam drama tradisional seperti Wayang Topeng Malang di Indonesia, bentuk topeng yang dikenakan oleh para penari bukan hanya dibuat secara estetis, tetapi disesuaikan dengan karakter yang diperankan. Topeng yang menggambarkan seorang raja memiliki desain yang berbeda dengan topeng yang menggambarkan seorang prajurit, dan hal ini membantu audiens untuk memahami narasi secara lebih mendalam tanpa perlu penjelasan verbal yang panjang.

Di teater modern, prinsip ini sering diterapkan dengan cara minimalis. Tata panggung dalam teater kontemporer, misalnya, biasanya dirancang dengan elemen minimal untuk mendorong audiens berfokus pada aksi atau dialog karakter. Sebuah kursi atau meja di panggung bukan sekadar alat peraga, tetapi menjadi bagian dari narasi yang membantu mengkomunikasikan situasi, hubungan antar karakter, atau emosi.

Tokoh yang Mengembangkan Prinsip Ini dalam Seni Pertunjukan

Beberapa tokoh penting dalam seni pertunjukan telah mengadopsi dan mengembangkan prinsip "form follows function", meskipun mungkin tidak menggunakan istilah tersebut secara eksplisit:

  1. Jerzy Grotowski

Grotowski, seorang sutradara dan teoretikus teater asal Polandia, mengembangkan konsep "teater miskin" (poor theatre), yang berfokus pada penghapusan segala sesuatu yang tidak esensial dalam pertunjukan. Baginya, teater harus kembali pada esensi dasar: interaksi langsung antara aktor dan audiens. Oleh karena itu, elemen-elemen seperti tata panggung yang rumit, kostum berlebihan, atau musik tambahan dihilangkan, sehingga yang tersisa hanyalah aksi dan ekspresi aktor yang mendukung fungsi utama pertunjukan. Grotowski menerapkan prinsip "bentuk mengikuti fungsi" dengan tegas dalam setiap produksinya.

  1. Peter Brook

Peter Brook, seorang sutradara teater Inggris, juga merupakan salah satu pengikut prinsip ini. Dalam bukunya The Empty Space, Brook berbicara tentang pentingnya menciptakan ruang pertunjukan yang sederhana dan efektif. Baginya, teater harus memanfaatkan ruang dengan cerdas untuk menyampaikan pesan atau cerita. Setiap elemen visual di atas panggung, dari tata lampu hingga properti, haruslah mendukung tujuan naratif dari pertunjukan, bukan sekadar hiasan yang menambah kerumitan.

  1. Bertolt Brecht

Brecht, seorang tokoh besar dalam teater epik, juga menerapkan prinsip "form follows function" dengan menghindari penggunaan elemen yang terlalu dekoratif dalam karya-karyanya. Ia sering menggunakan teknik seperti "Verfremdungseffekt" (efek keterasingan) untuk memastikan bahwa audiens tetap fokus pada pesan politis dan sosial yang disampaikan. Kostum dan tata panggung Brecht seringkali minimalis dan fungsional, membantu menciptakan jarak emosional yang memungkinkan audiens untuk berpikir kritis tentang apa yang mereka saksikan.

 

Tim Damariotimes.

Editor : R.Dt.

 

3 komentar untuk "Bentuk Mengikuti Fungsi dalam Seni Pertunjukan: Prinsip dan Penerapannya"

  1. HANIFAH GHERIYA_PSP_UM9 Oktober 2024 pukul 07.23

    Artikel "Bentuk Mengikuti Fungsi dalam Seni Pertunjukan" menyajikan pemahaman mendalam tentang bagaimana elemen-elemen dalam seni pertunjukan dirancang untuk mendukung pesan atau tujuan utama. Dengan menghubungkan prinsip "form follows function" dari arsitektur ke seni panggung, artikel ini memberikan contoh menarik seperti penggunaan topeng dalam Wayang Topeng Malang yang memperkuat karakter tanpa perlu penjelasan verbal. Referensi tokoh-tokoh seperti Grotowski, Brook, dan Brecht memperkuat argumen bahwa kesederhanaan dan fokus pada fungsi utama dapat meningkatkan kualitas sebuah pertunjukan.

    BalasHapus
  2. Dari artikel diatas saya dapat mengetahui bahwa konsep “Bentuk Mengikuti Fungsi” menekankan bahwa bentuk atau struktur dalam sebuah karya seni harus mengikuti dan mendukung fungsi utama atau tujuan dari pertunjukan itu sendiri.

    BalasHapus
  3. Nining Atroful Laili10 Oktober 2024 pukul 03.38

    Dalam artikel ini menjelaskan bahwa "bentuk mengikuti fungsi" tidak hanya berlaku dalam arsitektur dan desain tetapi sangat relevan dalam seni pertunjukan. Bahwa bentuk atau struktur dalam sebuah karya harus mengikuti dan mendukung fungsi utama atau tujuan dari pertunjukan Fungsi utama itu bisa berupa komunikasi pesan, ekspresi emosi, dan penyampaian cerita terhadap audiens.

    BalasHapus