Prilaku pengguna grup WhatsApp (Gambar IA) |
Damariotimes. Grup WhatsApp telah menjadi salah satu sarana komunikasi paling populer di
dunia digital saat ini. Pengguna dari berbagai usia dan latar belakang
memanfaatkan grup ini untuk berbagai keperluan, mulai dari diskusi keluarga,
organisasi kerja, hingga komunitas hobi. Namun, interaksi di dalam grup
WhatsApp tidak selalu ideal dan sering kali mencerminkan dinamika perilaku yang
unik. Berikut adalah beberapa perilaku umum yang sering ditemui dalam grup
WhatsApp.
1. Silent Reader
Salah satu fenomena yang paling umum adalah "silent reader" atau
anggota grup yang hanya membaca pesan tanpa pernah berpartisipasi dalam
percakapan. Mereka cenderung mengamati obrolan tanpa memberikan respons. Meski
dianggap pasif, silent reader sering kali tetap mengikuti perkembangan informasi
di grup dengan cermat. Alasan mereka diam bisa bervariasi, dari ketidakminatan
terhadap topik hingga rasa tidak percaya diri untuk ikut terlibat.
2. Pengirim Pesan Berantai
Beberapa anggota grup WhatsApp terkenal dengan kebiasaan mengirim pesan
berantai, seperti meme, berita, atau pesan motivasi, tanpa memperhatikan
relevansi atau validitas informasi. Perilaku ini sering kali dianggap
mengganggu oleh anggota lain, terutama jika pesan tersebut tidak sesuai dengan
konteks grup. Di sisi lain, pengirim pesan berantai beranggapan bahwa mereka
memberikan kontribusi positif melalui penyebaran informasi atau hiburan.
3. Tukang Chat
Di dalam grup WhatsApp, selalu ada individu yang sangat aktif
berkomunikasi. Mereka sering kali memulai percakapan, merespons setiap pesan,
dan menjadi pusat perhatian. Tipe ini cenderung suka berbicara tentang berbagai
topik, baik yang relevan maupun tidak. Meski kehadiran mereka sering kali
membantu menjaga dinamika grup, terkadang pesan yang terlalu banyak bisa
membuat anggota lain kewalahan.
4. Penyebar Hoaks
Sayangnya, grup WhatsApp juga sering menjadi sarana penyebaran informasi
yang tidak akurat atau hoaks. Individu yang berperan sebagai penyebar hoaks
biasanya kurang teliti dalam memverifikasi sumber informasi dan langsung membagikan
berita yang mereka terima. Perilaku ini dapat membahayakan, terutama jika
informasi yang disebarkan berkaitan dengan kesehatan, politik, atau isu
sensitif lainnya.
5. Penyimpan Dendam Digital
Ada kalanya terjadi konflik di dalam grup, baik disebabkan oleh perbedaan
pendapat atau kesalahpahaman. Beberapa individu mungkin membawa konflik
tersebut keluar dari grup atau menumpuk rasa kesal tanpa menyelesaikannya.
Mereka cenderung tidak langsung mengungkapkan perasaan mereka dan membiarkannya
memburuk, yang pada akhirnya dapat mengganggu keharmonisan grup.
6. Pengatur Grup
Setiap grup WhatsApp biasanya memiliki satu atau beberapa orang yang
mengambil peran sebagai pengatur. Mereka menetapkan aturan, menjaga agar topik
tetap relevan, dan mengingatkan anggota agar menjaga etika komunikasi. Meski
peran ini sangat penting, terkadang pengatur grup bisa terlihat terlalu tegas
atau over-controlling, yang membuat anggota merasa tidak nyaman.
7. Meninggalkan Grup dengan Drama
Meninggalkan grup WhatsApp bisa menjadi peristiwa yang penuh drama,
terutama jika dilakukan secara mendadak tanpa penjelasan. Ada individu yang
memilih keluar dari grup tanpa pamit, menimbulkan spekulasi dari anggota lain.
Di sisi lain, beberapa orang memilih pamit dengan pesan panjang, yang terkadang
memperpanjang perdebatan atau menimbulkan ketegangan baru.
Perilaku di dalam grup WhatsApp sangat beragam dan mencerminkan dinamika
komunikasi manusia di era digital. Untuk menjaga harmonisasi di grup, penting
bagi setiap anggota untuk memahami etika komunikasi digital, menghargai
pendapat orang lain, serta memastikan informasi yang dibagikan akurat. Grup
WhatsApp dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif dan menyenangkan jika
digunakan dengan bijak.
Tim
Damariotimes.
Editor :
R.Dt.
Kalo saya sendiri tergantung anggota yg didalam grup itu siapa, berbeda teman berbeda juga peran yg saya beri haha
BalasHapusMenurut saya tergantung dari konteks apa yang akan di bahas dalam grup WA. Kalau serius ya serius kalau bercanda ya bercanda
BalasHapusDari artikel ini kita bisa merefleksi diri kita masing-masing, seperti apa yang bagus atau semestinya kita berkomunikasi secara digital, supaya apa yang kita lakukan tidak mengurangi kenyamanan orang lain dalam grup tersebut
BalasHapusmenurut saya tergantung dari anggota grup dan masing" individu, apakah saat di grup membahas secara serius atau bercanda
BalasHapus