tiga wanita penjual buah-buahan (gambar IA) |
Damariotimes. Di pojok pasar yang ramai,
ada tiga perempuan penjual buah yang sudah sangat dikenal oleh pelanggan setia
mereka. Setiap hari, mereka menggelar dagangan di tempat yang sama, tepat di
bawah payung besar yang sudah mulai memudar warnanya. Pagi itu, seperti biasa,
Bu Ani, penjual mangga, Bu Rini, penjual semangka, dan Bu Ida, penjual durian,
sedang asyik berbincang sambil menunggu pembeli.
Bu Ani, yang selalu
tampil ceria dengan senyum lebar, mengangkat satu mangga besar dari
tumpukannya.
“Lihat nih, mangga
saya! Ini mangga arumanis asli! Selain manis dan harum, katanya, kalau makan
mangga ini setiap hari, bisa bikin wajah kita glowing alami. Mau awet muda,
makan mangga! Siapa yang butuh skincare mahal kalau punya mangga?”
Bu Rini, yang sejak
tadi mengamati dengan santai, tak mau kalah. Ia menepuk-nepuk buah semangka
besar yang berkilauan di bawah sinar matahari.
“Bu Ani, glowing
doang nggak cukup! Lihat nih, semangka saya. Segar, besar, dan bikin tubuh
kalian tetap terhidrasi. Bayangkan, pas siang panas-panas, potong semangka,
langsung segar! Ini lebih efektif dari air minum. Orang yang sering makan
semangka pasti lebih tenang, nggak gampang uring-uringan. Jadi, semangka itu
bukan cuma buat segerin badan, tapi juga buat jaga hati tetap adem.”
Bu Ani mengangguk setuju,
tapi ia belum mau mengalah. Sebelum ia sempat membalas, Bu Ida, yang dari tadi
sibuk merapikan durian di meja, tiba-tiba bergabung dalam percakapan.
“Kalian berdua ini
lucu! Mangga buat glowing, semangka buat adem. Tapi tahu nggak, durian saya ini
bukan buah biasa. Ini durian, buah ratu! Sekali orang mencium aromanya,
langsung tahu ini buah istimewa. Bukan cuma buat dimakan, durian ini punya
kekuatan magis.”
Bu Ani dan Bu Rini
mengerutkan dahi, penasaran. “Kekuatan magis? Apa maksudnya, Bu Ida?” tanya Bu
Ani.
Bu Ida tersenyum
lebar, matanya berbinar-binar seperti sedang menyimpan rahasia besar. “Lihat,
ya. Kalau kalian lagi suntuk sama orang yang banyak ngomong atau susah disuruh
pulang, tinggal keluarkan durian ini. Gak perlu ngomong apa-apa. Begitu baunya
tercium, semua orang langsung kabur. Mau tamu atau tetangga yang kepo, semua
hilang!”
Bu Rini tertawa
terbahak-bahak, hampir jatuh dari bangku kecilnya. “Jadi, durian ini senjata
rahasia buat ngusir orang? Bisa jadi pengganti alarm kebakaran juga kali ya!”
Bu Ida mengangguk
sambil tertawa, “Benar! Alarm kebakaran kalah kuat sama durian. Gak usah
repot-repot nyuruh orang pulang, cukup buka durian sedikit, dijamin langsung
sepi!”
Bu Ani, yang masih
memegang mangganya, ikut tergelak. “Wah, berarti durian bukan cuma buah, tapi
alat pertahanan rumah! Kalau gitu, kenapa gak sekalian aja taruh durian di
depan pintu rumah biar pencuri gak berani masuk?”
Bu Ida menepuk
tangan dengan penuh semangat. “Nah, itu dia! Jadi hemat, kan? Daripada bayar
satpam, lebih baik simpan durian di depan pintu. Aman!”
Ketiganya tertawa
terbahak-bahak. Percakapan yang awalnya sederhana soal buah dagangan mereka
berubah menjadi ajang lawakan yang tak terduga. Orang-orang yang lewat di depan
mereka pun ikut tersenyum mendengar celoteh ketiga penjual buah ini.
Salah satu pelanggan
yang datang hendak membeli mangga sempat bertanya, “Bu Ani, beneran ya kalau
makan mangga bisa awet muda?”
Bu Ani, dengan wajah
serius namun matanya penuh canda, menjawab, “Tentu saja! Coba aja, seminggu makan
mangga saya, pasti makin glowing. Kalau nggak, saya kasih bonus semangka dari
Bu Rini buat bikin adem.”
Bu Rini menimpali
sambil terkekeh, “Iya, kalau sudah glowing tapi masih marah-marah, percuma!
Semangka saya solusinya.”
Bu Ida, tak mau
ketinggalan, ikut menambahkan, “Dan kalau semua itu masih kurang, jangan lupa
pakai durian saya. Buah anti-ribet, bisa bikin hidup kalian lebih tenang!”
Hari itu, tak hanya
buah-buahan yang laris terjual, tapi juga tawa dan kegembiraan. Di antara
kesibukan pasar, para pelanggan yang mampir ke meja Bu Ani, Bu Rini, dan Bu Ida
membawa pulang cerita lucu yang akan mereka ingat sepanjang hari. Di pojok
pasar, tiga penjual buah ini terus berbagi canda, membuat suasana pagi menjadi
lebih cerah dan menyenangkan.
Penulis: R.Dt.
Editor : GUM
Posting Komentar untuk "Perbincangan Penjual Buah-Buah dan Kesalahpahaman di Pasar Pagi"