Lonceng Kematian di Desa Lingkar Jangkar


lonceng di menara berbunyi nyaring (gambar IA)


Damariotimes. Di sebuah desa kecil bernama Lingkar Jangkar, yang terletak di kaki pegunungan Jalan Gantung di Jawa, beredar sebuah legenda mencekam tentang hantu lonceng yang hanya berbunyi tepat pukul 3 dini hari. Desa ini tampak tenang dan damai di siang hari, namun berubah menjadi tempat yang menakutkan saat malam tiba. Kabut tebal sering menyelimuti desa, menciptakan suasana yang semakin misterius dan mencekam.

Setiap malam, ketika jarum jam mendekati pukul 3 pagi, suara lonceng tua yang berkarat bisa terdengar dari sebuah menara gereja tua yang sudah lama ditinggalkan. Lonceng itu konon berbunyi sendiri, tanpa ada satu pun orang  yang menyentuhnya. Warga desa percaya bahwa bunyi lonceng itu menandakan kehadiran arwah penasaran yang meninggal di tempat tersebut bertahun-tahun yang lalu.

Seorang pemuda bernama Legimin , yang baru saja pindah ke desa itu untuk mencari ketenangan setelah mengalami berbagai masalah di kota, tidak terlalu percaya dengan cerita-cerita hantu tersebut. Namun, rasa penasaran membuatnya ingin membuktikan apakah legenda itu benar adanya. Legimin  adalah seorang yang skeptis, lebih percaya pada ilmu pengetahuan daripada mitos dan cerita hantu.

Suatu malam, Legimin  memutuskan untuk menyelidiki sendiri kebenaran tentang lonceng misterius itu. Dengan membawa senter dan perekam suara, ia berangkat ke menara gereja tua. Langit malam itu sangat gelap, hanya diterangi oleh cahaya bulan sabit yang samar. Suara angin berbisik di antara pepohonan, seakan-akan membisikkan peringatan agar Legimin  tidak melanjutkan rencananya.

Sesampainya di menara gereja, Legimin  merasakan udara semakin dingin, seolah-olah ada kehadiran yang tidak terlihat di sekitarnya. Tangga menuju lonceng berada di ujung ruangan yang gelap dan berdebu. Langkah kakinya menimbulkan suara berderak saat ia menaiki tangga kayu tua yang berdecit. Hatinya berdebar-debar, tetapi ia berusaha tetap tenang.

Tepat pukul 3 dini hari, suara lonceng yang mengerikan mulai terdengar. Suara itu begitu keras dan nyaring, menggema di seluruh desa. Legimin  terpaku di tempatnya, merasakan bulu kuduknya berdiri. Tiba-tiba, ia melihat bayangan samar di sudut ruangan. Bayangan itu perlahan-lahan membentuk sosok wanita dengan gaun putih yang sudah usang dan berlumuran darah. Wajahnya pucat, matanya kosong, menatap lurus ke arah Legimin .

Legimin  terperangah, tubuhnya membeku. Sosok wanita itu membuka mulutnya seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi yang keluar hanyalah jeritan memilukan yang memekakkan telinga. Legimin  mundur ketakutan, jatuh terduduk di lantai. Perekam suara yang dibawanya jatuh, merekam semua kejadian itu.

Tanpa berpikir panjang, Legimin  berlari turun dari menara, meninggalkan gereja tua yang angker. Sesampainya di rumah, ia mendengarkan kembali rekaman yang berhasil ia ambil. Jeritan hantu itu jelas terdengar, diikuti oleh suara lonceng yang semakin mengerikan.

Keesokan harinya, Legimin  menceritakan pengalamannya kepada warga desa. Ia menunjukkan rekaman sebagai bukti bahwa legenda hantu lonceng jam 3 dini hari memang nyata. Warga desa semakin percaya bahwa hantu itu adalah arwah seorang wanita yang meninggal tragis di gereja tersebut puluhan tahun lalu, dan lonceng yang berbunyi setiap malam adalah pertanda bahwa arwahnya masih gentayangan, mencari keadilan atas kematiannya.

Legimin  memutuskan untuk tidak lagi mengusik tempat angker itu. Namun, kejadian malam itu mengubah hidupnya. Ia menyadari bahwa tidak semua hal dapat dijelaskan dengan logika dan ilmu pengetahuan. Di desa Lingkar Jangkar, misteri dan legenda masih hidup, bersembunyi di balik kabut tebal pegunungan yang mengelilinginya. Hingga kini, bunyi lonceng kematian itu masih terdengar, mengingatkan warga desa akan kisah tragis yang menjadi bagian dari cerita kelam seorang wanita yang malang nasibnya.

 

Penulis : R.Dt

Editor   : MAH

 

Posting Komentar untuk "Lonceng Kematian di Desa Lingkar Jangkar"