warung nasi Briyani yang sedang berjuang (foto ist.) |
Damariotimes. Di Jalan Sulawesi, Kota Malang,
terdapat sebuah lokasi yang dikenal warga sekitar sebagai toko 'sial'. Toko ini
sudah berganti-ganti usaha berkali-kali, namun tak satu pun yang berhasil
bertahan lama. Entah itu warung makan, toko kelontong, atau usaha lainnya,
semua berakhir dengan menutup usahanya. Namun, dalam beberapa bulan terakhir,
sebuah warung nasi briani yang dijalankan oleh seorang pengusaha orang Arab tampaknya
berhasil menyiasati kesialan ini.
Warung Nasi Briyani yang baru buka ini di halaman toko yang selama
ini dianggap 'sial'. Berbeda dengan para pendahulunya, sang pengusaha memilih
untuk berjualan di dalam toko tersebut. Keputusan ini tampaknya menjadi kunci keberhasilan mereka
dalam menarik perhatian pelanggan dan menghindari nasib buruk yang menimpa para
pemilik usaha sebelumnya.
Pada awalnya, warung ini menarik perhatian dengan menggantung beberapa
potong ayam di depan kios mereka. Ayam-ayam ini diharapkan bisa memikat para
pejalan kaki dan pengendara yang melintas di depan pom bensin Sawahan, yang
letaknya tak jauh dari warung ini. Strategi ini ternyata cukup efektif, namun
seiring berjalannya waktu. Pedagangnya memutuskan untuk menyimpan ayam
dan nasi briyani dalam termos besar. Langkah ini diambil untuk menjaga
kehangatan dan kualitas hidangan, sehingga selalu siap disajikan hangat kepada
para pelanggan.
Lokasi warung ini, yang terletak di sebelah selatan Soto Lombok, sudah lama
menjadi misteri. Banyak yang penasaran mengapa toko ini selalu gagal dijadikan
tempat usaha. Apakah ada faktor-faktor mistis yang mempengaruhinya, ataukah
hanya kebetulan semata?
Dengan hidangan nasi briyani yang lezat dan aroma rempah-rempah khas Timur
Tengah yang menggoda, warung ini berhasil menarik banyak pelanggan. Setiap
hari, pengunjung datang untuk menikmati nasi briyani hangat yang disajikan
dengan potongan ayam yang lembut dan penuh cita rasa. Bahkan di pasang poster
harga untuk seporsi nasi briyani Rp. 15.000,- (lima belas ribu). Cukup murah,
jika menambah satu potong ajam, tambah Rp.5000,-.
Penduduk sekitar yang biasa melintasi jalan ini juga mengakui adanya
perubahan. "Dulu toko ini sepi dan selalu tutup. Sekarang, ada banyak
orang yang datang untuk makan di sini. Warung nasi briani ini benar-benar
membawa suasana baru," ujar seorang warga setempat.
Warung Nasi Briyani di Jalan Sulawesi ini tidak hanya menawarkan makanan
yang lezat, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana
menyiasati tantangan dalam bisnis. Dengan sedikit inovasi dan keberanian untuk
mencoba pendekatan berbeda, bahkan tempat yang dianggap 'sial' bisa menjadi
lokasi usaha.
Reporter :
R. Dt.
Editor : MAH
Posting Komentar untuk "Warung Nasi Briyani: Menyiasati Toko 'Sial' untuk Berdagang"