Sarasehan Festival Kali Brantas #3 Rekomendasikan Revitalisasi Brantas sebagai Pusat Peradaban

        Damariotimes. Putaran ke dua Festival Kali Brantas #3 kembali di gelar dalam bentuk Sarasehan Kali Brantas serta penampilan tari ritual. Minggu 14/7 bertempat di Latar Seni Winarto Ekram Dusun Ngopet Desa Pendem Kecamatan Junrejo Kota Batu adalah titik paling akhir desa yang di lalui sungai Brantas. Pada kesempatan sarasehan yang di hadiri oleh Pengurus Pokdarwis Kota Malang. Sebelum sarasehan dimulai, sembilan penari dari Malang Dance Winarto Ekram menampilkan performance happening art dalam tarian Mapag Titro Wening di Latar seni Winarto Ekram yang backgroud nya adalah Kali Brantas. Di sini juga baru saja selesai acara Obah Ngedrug Bumi 5 mulai 1-10 Juli beberapa hari yang lalu.
        Dikesempatan Sarasehan Winarto menawarkan konsep River Show untuk Festival Kali Brantas tahun depan "Setiap desa yang dilalui sungai bratas pasti disitu ada sanggar tari, sanggar itu secara bergantian menari di atas sungai, entah di batu batu, membaut getek atau panggung yang aman untuk pentas diatas air sungai". Tak kalah seru gagasan dari Samsul Subakri yang akrab di panggil Mbah Karjo. "Di sungai banyak biota sungai dan hewan hewan di sekitar sungai, anak anak diajari membuat cerita, dongeng, dolanan yang tentang binatang binatang itu". Anak anak pinggir sungai juga bisa diajari tentang kotekan musik dolanan dan sambil bernyanyi.
        Pegiat Sabers Pungli (sapu bersih dan punguti sampah kali) Kota Batu Mad Berlin juga memberikan penguatan dan informasi dari ekspedisi mata air di sungai Brantas wilayah Kota Batu sumber mata air yang mengalir ke sungai brantas ada 310 titik oleh karenanya harus di jaga. Untuk menjaga mata air kini Kota Batu memberikan SK kepada masyarakat juru pelihara dengan sebutan kuwowo dan ulu ulu. "Sungai Brantas ini menjadi sumber peradaban, budaya dan tradisi masyarakat seperti padusan, pangomben, pangonan yang perlu dilestarikan" Karenanya kegiatan ritual tradisi harus di galakkan untuk memberikan contoh bagaimana kita merawat belik, sumber, pancuran agar air ini tetap tejaga. Kegaitan bersih desa harus sinergi dengan bersih bersih kali. Ungkap Mad Berlin.
Arkeolog Dwi Cahyono (foto ist.)
        Sementara itu menurut Arkeolog Dwi Cahyono di sepanjang DAS Brantas ditemukan ratusan tinggalan yang mensejarah. Sumber mata air Brantas selain di Arboretum Jurang Kuwali lereng gunung Anjasmoro yang di sebut dengan sumber wedok ada satu lagi di lereng hunung welirang yang di sebut dengan sumner lanang. Sepanjang sungai brantas banyak di temuka tinggalan arkeologis seperti di Batu saja ada candi Pendem, patung Ganesya, serta tinggalan masa Kanjuruhan dengan beberapa prasarti yang yang mensejarah. Karenanya menut Dwi Cahyono mengusulkan revitalisasi kebudayaan Kali Brantas agar semua data data keluar dan di manfaatkan sebagai salah satu warisa tradisi dan budaya.
        "Brantas itu milik kita semua, siapa saja wajib menjaga agar tidak kena amuk dan bencana, Brantas perlu di revitalisasi dan menjadi khasahan kita semua". Ungkap Dwi Cahyono sekalian menegaskan bahwa Brantas bukan hanya soal kelestarian lingkungan tapi sejarah dan peradaban telah tumbuh dan berkembang dialiran sungai purba ini.
 
 
Kontributor    : KD
Editor             : MAH

Posting Komentar untuk " Sarasehan Festival Kali Brantas #3 Rekomendasikan Revitalisasi Brantas sebagai Pusat Peradaban"