pertarungan terakhir (gambar IA) |
Damariotimes. Di sebuah desa terpencil
yang dikelilingi hutan lebat dan pegunungan yang menjulang tinggi, terdapat
sebuah perguruan pencak silat yang sangat dihormati. Perguruan ini dipimpin
oleh seorang guru yang sangat terkenal, Paimo. Meskipun hanya memiliki tujuh murid,
mereka semua adalah pendekar yang luar biasa, telah menguasai ilmu silat
tingkat dewa yang diajarkan oleh Paimo. Jurus andalan mereka yang sangat
terkenal, Jurus Naga Sakti, sudah mendarah daging dalam tubuh dan jiwa mereka.
Namun, ada satu
hal yang selalu menggelisahkan hati Paimo dan keenam murid lainnya. Seorang
murid yang bernama Jaka, meskipun sangat pandai, telah mempelajari ilmu hitam
dari Setan Gunung. Setiap malam bulan purnama, Jaka diam-diam mendaki gunung
untuk bertemu dengan makhluk gaib itu dan mempelajari ilmu hitam yang dilarang.
Kegelisahan
semakin memuncak ketika Jaka mulai menunjukkan tanda-tanda kejahatan. Energi
hitam mengelilinginya setiap kali dia berlatih. Keputusan harus segera diambil.
Paimo memutuskan untuk menghadapi Jaka dan menyelamatkan muridnya dari jalan
yang gelap.
Pada malam bulan
purnama, Paimo dan keenam muridnya menghadap Jaka di puncak gunung tempat dia
biasa mempelajari ilmu hitam. Jaka sudah menunggu dengan senyum sinis di
wajahnya, dikelilingi aura gelap. Pertarungan pun tak terhindarkan.
Paimo memulai
dengan serangan kilat menggunakan Jurus Naga Sakti. Namun, Jaka mampu
mengimbanginya dengan ilmu hitamnya. Pukulan dan tendangan beradu dengan
kekuatan supranatural yang memancarkan cahaya dan kegelapan. Paimo dan murid-muridnya
bekerja sama dengan sempurna, memanfaatkan setiap jurus yang telah mereka
kuasai.
Jaka semakin
terdesak. Dalam amarah dan keputusasaan, dia memanggil kekuatan Setan Gunung
untuk memberikan kekuatan terakhir. Tapi Paimo, dengan kebijaksanaannya,
menggunakan jurus pamungkas yang hanya dia ketahui: Jurus Cahaya Langit. Cahaya
putih yang menyilaukan mengalir dari tubuhnya, memurnikan energi hitam yang
melingkupi Jaka.
Jaka terjatuh,
tersadar dari pengaruh ilmu hitam. Dengan air mata penyesalan, dia memohon
ampun kepada Paimo dan para saudara seperguruannya. Mereka menerima kembali
Jaka dengan hati yang tulus, mengajaknya untuk kembali ke jalan yang benar.
Di bawah sinar
bulan purnama, desa yang dulu penuh ketakutan kini kembali damai. Perguruan Pencak
Silat Paimo terus melatih murid-muridnya, menjaga tradisi dan kebaikan. Jaka,
dengan sepenuh hati, berjanji untuk mengabdikan hidupnya pada kebaikan dan
melawan kegelapan yang pernah menguasainya.
Nama, karakter, tokoh dalam cerita ini adalah fiktif
Penulis : R.Dt.
Posting Komentar untuk "Pertarungan Terakhir Para Pendekat Sakti di Desa Pencak Silat"