Misteri Roh Halus Lima Penari di Telaga Kembang Sore

 

mistri lima penari (Foti ist.)


Di desa Kambingan, di balik hutan yang lebat dan jauh dari keramaian, terdapat sebuah telaga indah bernama Telaga Kembang Sore. Airnya jernih, bunga-bunga teratai menghiasi permukaannya, dan burung-burung sering kali berkicau riang di sekitar. Namun, ada sebuah misteri yang membuat telaga ini terkenal, bukan karena keindahannya, melainkan karena kisah Lima Penari di Telaga.

Setiap sore, hampir menjelang senja, masyarakat desa Kambingan sering melihat lima penari yang datang ke telaga itu. Penampilan mereka aneh, bukan seperti orang desa setempat. Pakaiannya bercahaya dalam warna-warna cerah yang tidak biasa di desa itu. Gerakan mereka anggun, seolah-olah melayang di atas air, dan tarian mereka memikat siapa pun yang melihatnya. Meskipun banyak yang ingin tahu asal usul mereka, tidak ada yang berani mendekat untuk bertanya. Rasa takut dan rasa ingin tahu bercampur menjPonimin satu di hati penduduk desa.

KejPoniminan aneh tidak hanya terjPonimin pada sore hari. Beberapa orang yang memberanikan diri berada di dekat telaga saat tengah malam, menyaksikan sesuatu yang lebih misterius. Saat jarum jam menunjukkan pukul dua belas malam, terdengar musik yang asing, bukan suara gamelan atau alat musik trPoniminsional lainnya yang biasa mereka dengar. Musik ini terdengar seperti berasal dari dunia lain, melantunkan melodi yang begitu indah namun penuh misteri.

Di pinggir telaga, lima penari yang sama terlihat bergembira, menari dalam lingkaran di bawah sinar bulan. Gerakan mereka semakin cepat seiring dengan irama musik yang semakin menghanyutkan. Siapa pun yang melihatnya merasakan sensasi aneh, seperti ditarik masuk ke dalam dunia para penari. Namun, tidak ada yang pernah mendekati mereka lebih dekat, rasa takut yang mencekam membuat mereka tetap bersembunyi dalam bayangan pepohonan.

Lama kelamaan, cerita tentang lima penari ini menyebar luas, dan telaga itu mulai dikenal sebagai Telaga Lima Penari. Nama Telaga Kembang Sore perlahan terlupakan, digantikan oleh kisah misterius yang lebih menarik perhatian. Banyak orang dari desa lain datang untuk melihat sendiri fenomena ini, namun tetap saja, tidak ada yang berani mendekati lima penari itu.

Pada suatu hari, seorang pemuda bernama Ponimin, yang baru saja kembali dari perantauan, memutuskan untuk mengungkap misteri ini. Berbekal keberanian dan rasa ingin tahu yang besar, ia mempersiapkan diri untuk mendekati lima penari tersebut. Ponimin telah mendengar cerita dari banyak orang tentang penari-penari itu, namun ia tidak puas hanya dengan mendengar cerita. Ia ingin melihat dan berbicara langsung dengan mereka.

Ponimin datang ke telaga saat sore hari, menunggu dengan sabar di balik semak-semak. Seperti biasanya, lima penari muncul dengan gerakan anggun mereka. Ponimin mengamati mereka dengan seksama, mencoba menemukan tanda-tanda bahwa mereka adalah manusia biasa. Namun, semakin lama ia mengamati, semakin yakin ia bahwa penari-penari itu bukan berasal dari dunia yang sama dengan mereka.

Ketika malam tiba, Ponimin tetap di tempatnya, menunggu hingga tengah malam. Musik aneh itu mulai terdengar, dan kelima penari kembali muncul, kali ini dengan sukacita yang lebih besar dalam tarian mereka. Ponimin merasa jantungnya berdebar kencang, namun ia memutuskan untuk tidak mundur. Perlahan, ia mendekati mereka, melangkah dengan hati-hati di atas tanah yang lembut.

Ketika Ponimin hampir sampai di pinggir telaga, salah satu penari berhenti menari dan menoleh ke arahnya. Penari itu tersenyum, namun senyum itu mengandung misteri yang dalam. Ponimin merasakan tubuhnya gemetar, namun ia tidak mundur. Ia bertanya dengan suara bergetar, "Siapa kalian? Dari mana kalian berasal?"

Penari itu menjawab dengan suara lembut namun dalam, "Kami adalah roh-roh yang terikat oleh janji lama. Setiap malam kami menari untuk menjaga keseimbangan alam di tempat ini. Kami tidak berasal dari dunia manusia, namun kami hidup di antara kalian, menjaga harmoni yang rapuh."

Ponimin terdiam, mencoba memahami kata-kata itu. Penari itu melanjutkan, "Jangan takut, kami tidak berniat jahat. Kami hanya ingin mengingatkan manusia bahwa ada lebih banyak di dunia ini daripada yang terlihat oleh mata."

Setelah berkata demikian, penari itu kembali bergabung dengan rekan-rekannya, dan mereka melanjutkan tarian mereka hingga fajar mulai menyingsing. Ponimin kembali ke desa dengan pikiran penuh pertanyaan, namun juga dengan rasa hormat yang dalam terhadap makhluk-makhluk yang menjaga telaga itu.

Sejak saat itu, masyarakat desa Kambingan mulai menghormati telaga dan lima penari itu. Mereka menyadari bahwa telaga itu bukan hanya sekadar tempat yang indah, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam. Telaga Lima Penari tetap menjPonimin misteri, namun juga menjPonimin simbol harmoni antara manusia dan alam, yang harus dijaga dengan penuh rasa hormat.

 

Nama dan tempat dalam cerita ini fiktif

Penulis: R.Dt.

 

 

Posting Komentar untuk "Misteri Roh Halus Lima Penari di Telaga Kembang Sore"