Misteri Lenyapnya di Api Bulan Purnama: Penari Api di Pantai Lebak Lor

 

Penari Api (Foti ist.)


Damariotimes. Di sebuah desa kecil bernama Lebak Lor, yang terletak di tepi pantai terpencil di Jawa Timur, hiduplah seorang penari api yang terkenal, Lusiyani. Setiap malam bulan purnama, Lusiyani menari di tepi pantai, gerakannya yang lincah dan api yang membara di tangannya menarik perhatian penduduk desa dan wisatawan yang datang dari jauh. Namun, di balik keindahan tarian api tersebut, terdapat misteri yang belum terpecahkan.

Lusiyani dikenal sebagai gadis yang pendiam dan jarang berinteraksi dengan orang lain di desanya. Meskipun begitu, ketika malam tiba dan ia menari dengan api, ia berubah menjadi seseorang yang berbeda, penuh semangat dan gairah. Orang-orang sering bertanya-tanya tentang asal-usul kemampuannya yang luar biasa, tetapi Lusiyani tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan.

Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang, seorang wisatawan bernama Lexy  datang ke Lebak Lor. Ia mendengar tentang tarian api Lusiyani dan ingin melihatnya sendiri. Saat ia tiba di pantai, ia terpukau oleh keindahan tarian Lusiyani yang tampak seolah-olah mengendalikan api dengan kekuatan magis. Namun, saat ia mendekat, Lexy  melihat sesuatu yang aneh di mata Lusiyani, seolah-olah ada rahasia yang tersembunyi jauh di dalam dirinya.

Setelah tarian selesai, Lexy  memberanikan diri untuk berbicara dengan Lusiyani. Ia mencoba menanyakan tentang asal-usul kemampuan tarian apinya, tetapi Lusiyani hanya tersenyum samar dan berkata, "Api memiliki roh sendiri, dan aku hanya menjadi perantara mereka."

Jawaban tersebut tidak memuaskan rasa ingin tahu Lexy . Ia memutuskan untuk tinggal lebih lama di Lebak Lor dan mencari tahu lebih banyak tentang Lusiyani. Dalam penelusurannya, ia mendengar cerita dari penduduk desa tentang bagaimana Lusiyani ditemukan di tepi pantai ketika masih bayi, dikelilingi oleh api yang tidak membakar tubuhnya. Orang-orang percaya bahwa ia adalah anak dari dewa api yang dikirim untuk melindungi desa mereka.

Namun, semakin Lexy  menyelidiki, semakin ia merasa bahwa ada sesuatu yang lebih gelap di balik cerita itu. Ia menemukan catatan lama di perpustakaan desa yang menceritakan tentang seorang penari api dari masa lalu yang menghilang secara misterius. Penari tersebut, yang juga bernama Lusiyani, konon menghilang di malam bulan purnama setelah menari dengan api. Tidak ada yang tahu ke mana ia pergi, dan desas-desus mengatakan bahwa ia diambil oleh roh api untuk selama-lamanya.

Dengan rasa penasaran yang semakin membara, Lexy  memutuskan untuk mengamati Lusiyani dari kejauhan pada malam bulan purnama berikutnya. Saat tarian dimulai, Lexy  melihat sesuatu yang mengejutkan. Lusiyani tampak berbicara dengan api, seolah-olah berkomunikasi dengan entitas yang tak terlihat. Tiba-tiba, api di sekelilingnya membesar dan membentuk sosok manusia yang berapi-api. Sosok tersebut mendekati Lusiyani dan membisikkan sesuatu ke telinganya.

Dalam sekejap, api tersebut lenyap dan Lusiyani terjatuh ke tanah. Lexy  berlari menghampiri, tetapi sebelum ia sempat bertanya, Lusiyani membuka matanya dan berkata dengan suara yang tidak seperti biasanya, "Roh api telah memilihku. Aku harus pergi."

Sebelum Lexy  dapat mencegahnya, Lusiyani menghilang dalam kobaran api yang tiba-tiba muncul di sekelilingnya. Api tersebut padam secepat ia muncul, meninggalkan Lexy  dan penduduk desa dalam kebingungan dan ketakutan.

Sejak malam itu, Lusiyani tidak pernah terlihat lagi di Lebak Lor. Penduduk desa tetap mengenang tarian apinya, tetapi mereka juga tidak bisa melupakan malam misterius di mana Lusiyani menghilang. Misteri tentang penari api di tepi pantai Lebak Lor tetap menjadi teka-teki yang belum terpecahkan, dan Lexy , yang kini menjadi salah satu penduduk tetap desa itu, terus mencari jawaban tentang apa yang sebenarnya terjadi pada malam bulan purnama tersebut.

 

Nama, tempat, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif

Penulis: R.Dt.

 

Posting Komentar untuk "Misteri Lenyapnya di Api Bulan Purnama: Penari Api di Pantai Lebak Lor"