seorang nenek yang hidup sendiri (gambar IA) |
Damariotimes. Di sebuah desa terpencil, tersembunyi di balik pepohonan lebat dan suara
angin yang selalu berbisik, hiduplah seorang wanita tua bernama Kitokonimi.
Wajahnya yang penuh keriput menyimpan cerita dari masa lalu yang kelam, sebuah
misteri yang tak pernah terpecahkan. Kitokonimi memiliki tujuh orang anak,
namun tak satupun dari mereka yang menganggapnya layak untuk tinggal bersama
mereka. Dia dibuang, diasingkan, dan ditinggalkan sendirian di sebuah gubuk
kecil di tepi hutan.
Suami Kitokonimi, seorang prajurit tangguh, gugur dalam pertempuran besar
bertahun-tahun yang lalu. Namun, desas-desus di desa mengatakan bahwa roh sang
suami tidak pergi ke alam baka. Mereka percaya bahwa ia telah kembali dalam
wujud seekor anjing hitam besar yang setia menemani Kitokonimi. Anjing itu
selalu ada di sampingnya, mengawasinya dengan mata yang tajam dan penuh
perhatian.
Anak-anak Kitokonimi tidak mengerti apa yang terjadi. Mereka takut pada
anjing itu dan merasa bahwa keberadaannya adalah kutukan. Mereka mengusir
Kitokonimi dengan harapan bisa lepas dari kutukan yang mereka yakini akan
membawa kesialan. Namun, mereka tidak pernah menyadari bahwa tindakan mereka
justru memulai serangkaian peristiwa yang mengerikan.
Pada suatu malam yang gelap, ketika bulan bersembunyi di balik awan tebal,
terdengar suara raungan dari hutan. Suara itu begitu mengerikan, seperti
jeritan dari dunia lain. Anak-anak Kitokonimi merasa ketakutan, tetapi mereka
tetap bertahan di rumah mereka yang hangat dan nyaman. Mereka tidak ingin
kembali ke gubuk tua itu, tempat di mana ibu mereka dan anjing penjaga tinggal.
Namun, satu per satu, anak-anak Kitokonimi mulai mengalami mimpi buruk.
Dalam mimpi mereka, sang ayah muncul dalam wujud manusia, tetapi dengan mata
anjing yang bersinar dalam kegelapan. Dia menatap mereka dengan tatapan marah
dan menyampaikan pesan yang tidak bisa diabaikan. "Kalian telah
mengkhianati ibu kalian," katanya dengan suara yang bergema. "Kutukan
ini akan terus menghantui kalian sampai kalian menebus dosa-dosa kalian."
Anak-anak itu terbangun dalam ketakutan, tetapi mereka tidak berani
membicarakan mimpi mereka satu sama lain. Mereka tidak tahu bahwa setiap dari
mereka mengalami mimpi yang sama. Mereka mulai merasa ada sesuatu yang salah,
bahwa mungkin benar ada kutukan yang mengintai mereka.
Suatu hari, anak tertua, Harumanomi, merasa tidak tahan lagi. Dia
memutuskan untuk kembali ke gubuk tua dan menemui ibunya. Saat dia tiba di
sana, dia melihat Kitokonimi duduk di depan rumah dengan anjing hitam besar di
sampingnya. Anjing itu menatap Harumanomi dengan mata yang dalam dan penuh
pengertian.
"Ibu," kata Harumanomi dengan suara gemetar. "Aku datang
untuk meminta maaf."
Kitokonimi mengangkat wajahnya dan menatap anaknya. Wajahnya tidak
menunjukkan kemarahan atau kebencian, hanya kesedihan yang dalam. "Harumanomi,
anakku," katanya lembut. "Aku telah memaafkan kalian sejak lama. Tapi
kalian harus memahami bahwa dosa-dosa tidak bisa dihapus begitu saja. Kalian
harus belajar dari kesalahan kalian dan menebusnya."
Harumanomi berlutut di depan ibunya dan menangis. Anjing hitam itu
mendekatinya dan menjilat tangannya, seolah-olah memberikan penghiburan. Pada
saat itu, Harumanomi merasa seolah-olah dia benar-benar melihat roh ayahnya di
balik mata anjing itu. Dia merasakan kehadiran yang kuat dan penuh kasih,
seperti pelukan yang hangat di tengah kegelapan.
Setelah itu, Harumanomi mengajak saudara-saudaranya untuk kembali ke gubuk
dan meminta maaf kepada ibu mereka. Mereka semua merasakan perubahan dalam diri
mereka, seolah-olah beban yang berat telah diangkat. Kutukan itu perlahan-lahan
menghilang, digantikan oleh kedamaian yang sudah lama hilang.
Kitokonimi dan anjing hitam itu tetap tinggal di gubuk tua, tetapi sekarang
mereka tidak lagi sendirian. Anak-anaknya sering datang mengunjungi, membawa
cinta dan perhatian yang dulu mereka abaikan. Anjing hitam itu terus menjadi
penjaga setia, mengawasi keluarga itu dengan mata yang penuh pengertian dan
cinta.
Desa itu kembali tenang, tetapi cerita tentang Kitokonimi dan anjing hitam
penjaga tetap hidup dalam bisikan angin. Mereka menjadi legenda, sebuah kisah
tentang kesetiaan, pengampunan, dan cinta yang melampaui batas kehidupan dan
kematian.
Nama, tokoh, dan peristiwa dalam cerita ini adalah
fiktif
Penulis: H. Gumelar
Posting Komentar untuk "Misteri Kutukan Anjing Penjaga"