Simbol dua kekasih dari Desa Minggiran (Foto ist.) |
Damariotimes. Desa Minggiran kulon dan
etan, dipisahkan oleh sungai Jelangkring, memiliki sebuah mitos yang telah ada
sejak zaman dahulu. Menurut legenda, pria dan wanita dari kedua desa tersebut
dilarang untuk saling menikah. Jika ada yang berani melanggar aturan ini, mereka
akan mengalami musibah di hari pernikahan mereka.
Lungarin, seorang
pemuda dari desa Minggiran kulon, jatuh cinta pada Bunganingsih, seorang gadis
dari desa Minggiran etan. Meskipun banyak orang tua dan sanak saudara
mengingatkan mereka tentang mitos ini, Lungarin dan Bunganingsih tidak
menghiraukannya. Mereka yakin bahwa cinta mereka bisa mengalahkan segala
rintangan, termasuk kutukan yang ada.
Menjelang hari
pernikahan mereka, Lungarin dan Bunganingsih memutuskan untuk melakukan tirakat
di bawah pohon Efek yang terletak di tepi sungai Jelangkring. Pohon tersebut
dipercaya memiliki kekuatan mistis dan sering dijadikan tempat untuk
bermeditasi oleh penduduk setempat.
Di malam yang sunyi,
dengan hanya ditemani oleh suara gemericik air sungai dan hembusan angin,
Lungarin dan Bunganingsih memejamkan mata mereka, berharap mendapatkan
petunjuk. Tiba-tiba, mereka mendengar suara lembut yang berasal dari arah pohon
Efek. Suara itu adalah roh dari pengantin pertama yang dikutuk dan mengutuk
kedua desa tersebut.
Roh pengantin itu
menceritakan kisah tragisnya. Dahulu kala, dia dan kekasihnya berasal dari desa
yang berbeda, sama seperti Lungarin dan Bunganingsih. Karena cinta mereka tidak
direstui oleh penduduk desa, mereka memutuskan untuk menikah secara diam-diam.
Namun, di hari pernikahan mereka, mereka mengalami kecelakaan tragis yang
membuat mereka kehilangan nyawa.
Karena marah dan
sedih, roh pengantin tersebut mengutuk kedua desa agar tidak ada lagi yang
mengalami nasib seperti mereka. Namun, roh itu juga memberikan petunjuk kepada
Lungarin dan Bunganingsih tentang bagaimana cara menghilangkan kutukan
tersebut.
Roh pengantin itu
menyuruh Lungarin dan Bunganingsih untuk melakukan ritual khusus pada malam
bulan purnama. Mereka harus menyalakan lilin di bawah pohon Efek dan
mengucapkan janji setia di hadapan arwah pengantin tersebut. Jika mereka
berhasil, kutukan akan terangkat dan mereka bisa menikah tanpa hambatan.
Lungarin dan
Bunganingsih mengikuti petunjuk roh pengantin tersebut. Pada malam bulan
purnama berikutnya, mereka kembali ke pohon Efek dan melakukan ritual tersebut.
Dengan hati yang penuh harapan dan cinta, mereka mengucapkan janji setia di
hadapan roh pengantin.
Keajaiban pun
terjadi. Langit yang gelap berubah cerah, dan kutukan yang selama ini menghantui
kedua desa pun terangkat. Lungarin dan Bunganingsih akhirnya bisa menikah
dengan restu dari kedua desa.
Pernikahan mereka
menjadi simbol bahwa cinta sejati bisa mengalahkan segala rintangan, termasuk
kutukan yang telah ada selama bertahun-tahun. Sejak saat itu, tidak ada lagi
larangan bagi pria dan wanita dari desa Minggiran kulon dan etan untuk menikah.
Cinta Lungarin dan Bunganingsih membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi kedua
desa tersebut, membuktikan bahwa mitos dan legenda bisa berubah oleh kekuatan
cinta.
Nama, tempat, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif
Penulis : R.Dt.
Posting Komentar untuk "Misteri Cinta Terlarang dari Minggiran: Kisah Lungarin dan Bunganingsih"