Menjaga Ludruk Tetap Hidup: Kolaborasi Generasi Lintas Usia dalam Pertunjukan Ludruk LEROK ANYAR – SMA Negeri 1 Turen

 


Siswa SMA N 1 Turen Semangat untuk tampil
(Foto ist.)


Damariotimes. Dalam upaya mempertahankan dan melestarikan kesenian tradisional Ludruk, Cak Marsam Hidayat, seorang seniman Ludruk asal Desa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, tak pernah lelah untuk mengenalkan pengalaman ngeludruk-nya kepada generasi milenial. Melalui berbagai media digital seperti YouTube dan TikTok, serta kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, Cak Marsam terus berusaha membangkitkan minat anak muda terhadap Ludruk. Kali ini, ia mengajak guru dan siswa-siswi untuk bermain Ludruk dalam sebuah pertunjukan bertajuk "Ludruk Lintas Generasi", yang merupakan kolaborasi antara kelompok LEROK ANYAR dan SMA Negeri 1 Turen.

Cak Marsam menyadari bahwa para pemain Ludruk saat ini sebagian besar berusia di atas 50 tahun, sementara masih sedikit anak muda yang tertarik untuk ikut bermain Ludruk. Untuk menjaga agar Ludruk tidak punah, kegiatan "Seniman Mengajar" yang dilakukan oleh Cak Marsam perlu disambut dengan gembira. Kegiatan ini diharapkan dapat membuat anak muda lebih mengenal dan menghargai kesenian Ludruk, yang dulu pernah berjaya dan menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Timur.


Cak Marsam Hidajat semangat melatih (Foto ist.)

Pertunjukan "Ludruk Lintas Generasi" ini merupakan inisiatif Cak Marsam setelah permohonannya dikabulkan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI, yang berkantor di Jl. Majapahit No. 141-143, Trowulan, Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Tema "Ludruk Lintas Generasi" dipilih karena untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian Ludruk, seniman tua dan muda harus bersinergi agar regenerasi Ludruk tidak salah arah. Menurut Cak Marsam, Ludruk tetap harus mempertahankan esensinya, yaitu roh tradisinya harus tetap hidup. Pengembangan Ludruk jangan sampai mencabut akarnya dari tradisi. Ludruk ke depan adalah milik anak muda, namun pertunjukan Ludruk diharapkan tetap mempertahankan pakem yang ada, yaitu diawali dengan Tari Remo, ada kidungan dan Gending Jula Juli, ada lawak, ada lakon, dan pertunjukan tragedi dan komedi yang saling bergantian.

Kegiatan "Ludruk Lintas Generasi" yang akan digelar di Aula SMA Negeri 1 Turen pada hari Sabtu Pon, tanggal 20 Juli 2024, diharapkan dapat membuat seniman Ludruk tua memberi contoh akting dan dialog khas Ludruk yang mencerminkan identitas masyarakat Jawa Timur dengan medhok dialek Suroboyoan, Malangan, Jombangan, dan Madura. Gaya bahasa khas Madura yang menjadi penyedap dalam pertunjukan Ludruk juga akan ditampilkan.

Ludruk adalah bentuk teater rakyat yang paling lentur dan fleksibel, dapat ditampilkan di mana saja, kapan saja, dengan cara dan bahasa apa saja. Kesenian Ludruk memberi ruang kreativitas tanpa batas. Di dalam pertunjukan Ludruk terdapat seni tari, seni karawitan, seni tata busana, seni tata rias, seni tata ruang, seni peran, dan seni penyutradaraan. Elemen-elemen yang ada dalam pertunjukan Ludruk, jika dipelajari secara sungguh-sungguh, tentu akan menjadikan seseorang seniman yang mumpuni (Ngabehi).

Ludruk mengandung berbagai bentuk seni yang bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, regenerasi Ludruk melalui kolaborasi antara seniman tua dan muda sangat penting untuk memastikan kesenian tradisional ini tetap hidup dan berkembang. Dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga kebudayaan, dan masyarakat, sangat diperlukan untuk menjaga agar Ludruk tetap menjadi bagian dari warisan budaya yang berharga.

 

Reporter: Adhitya Jayawardhana

Editor    : MAH

1 komentar untuk "Menjaga Ludruk Tetap Hidup: Kolaborasi Generasi Lintas Usia dalam Pertunjukan Ludruk LEROK ANYAR – SMA Negeri 1 Turen"

  1. Trimksh pak Marsam yg telah merealisasikan apa yg kami cita citakan di sekolah kami

    BalasHapus