Denting Lokomotif Tengah Malam: Legenda Masinis yang Rela Berkorban di Stasiun Palang


Hantu seorang masinis di stasiun (gambar IA)


Damariotimes. Di Stasiun Palang, di ujung jalur kereta yang terabaikan, ada kisah legendaris yang membeku di tengah dinginnya malam. Ini adalah cerita tentang seorang masinis bernama Arif yang pernah menyelamatkan seorang anak kecil dengan mengorbankan nyawanya sendiri.

Malam itu, Arif seperti biasa menjalankan lokomotifnya dengan hati-hati, menjamin keselamatan penumpang dan memastikan perjalanan berlangsung lancar. Stasiun Palang, yang dulunya sibuk namun kini sepi, memiliki aura tertentu—seolah-olah selalu ada sesuatu yang menunggu untuk terjadi.

Pada suatu malam yang gelap dan berangin, seorang anak kecil berlari tanpa arah melintasi rel di depan kantor kereta api. Dengan teriakan panik, Arif melihat anak itu dari kejauhan. Tak peduli pada bahaya yang mengancam dirinya, Arif dengan sigap menarik tuas rem, berusaha menghentikan lokomotif secepat mungkin. Namun, perjalanan yang tak dapat terhindarkan membuat lokomotif tetap melaju, dan Arif dengan penuh keberanian melompat keluar untuk menyelamatkan anak tersebut.

Anak kecil itu selamat, terlindungi oleh Arif yang dengan tubuhnya menyapu ke luar jalur rel, namun nyawanya harus terenggut oleh tabrakan tersebut. Tragisnya, meski anak itu selamat, Arif tidak pernah kembali.

Sejak malam itu, Stasiun Palang menjadi tempat yang dikenal angker. Masyarakat setempat mulai merasakan kehadiran Arif di sana—terutama pada pukul 12 malam. Mereka bisa mendengar bunyi loceng dan deru lokomotif, suara yang mengingatkan mereka pada momen terakhir Arif. Suara itu sering datang tanpa ada kereta yang tampak, hanya lonceng yang berbunyi seperti jari-jari yang mengetuk lembut di malam yang sunyi.

Suatu malam, ketika angin dingin berhembus, seorang pengunjung yang penasaran, Rina, datang ke stasiun dengan harapan untuk membuktikan atau meragukan legenda tersebut. Saat dia berdiri di rel yang sepi, bunyi lonceng mulai menggema di sekelilingnya. Rina merasa seolah ada sesuatu yang meresap ke dalam jiwanya—sebuah ketenangan yang menggerakkan seluruh keberadaannya.

Saat jam menunjukkan tepat pukul 12, Rina melihat sosok samar Arif berdiri di dekat rel, dengan wajah penuh kesedihan dan keberanian. Tanpa suara, Arif tampak seperti sedang mencari sesuatu—mungkin sebuah pengakuan atas pengorbanannya, atau mungkin hanya sebuah cara untuk memberitahu dunia bahwa dia masih ada, bahkan setelah kematian.

Rina merasakan getaran lembut saat dia mencoba berbicara dengan arwah tersebut. Walaupun kata-kata tak terucap, ada pemahaman dalam keheningan malam. Rina kemudian melanjutkan perjalanannya dengan rasa hormat yang mendalam, mengetahui bahwa legenda Arif bukan hanya cerita belaka, tetapi sebuah kenangan nyata dari keberanian dan pengorbanan.

Dan setiap malam, di tengah kesunyian, lonceng masih berbunyi, seperti pengingat bahwa di Stasiun Palang, seorang masinis masih menjaga rel dan anak-anak yang mungkin tidak pernah dia temui lagi.

 

Nama, tokoh, dan cerita ini adalah fiktif

Penulis : R.Dt.

 

Posting Komentar untuk "Denting Lokomotif Tengah Malam: Legenda Masinis yang Rela Berkorban di Stasiun Palang"