kalau tidak menulis, ya mikir (Foto ist,) |
Damariotimes. Nama
saya Dr. Robby Hidajat, M.Sn. saat ini masih menjadi staf pengajar pada Program
Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik DSD FS Universita Negeri Malang.
Membagikan pengalaman sebagai penulis.
Menulis buku adalah sebuah perjalanan yang mengalir dari
pengalaman pribadi, sebuah perjalanan yang saya mulai saat masih menjadi
seorang mahasiswa. Awalnya, saya menulis untuk berbagi pengetahuan dengan orang
lain, untuk memastikan bahwa apa yang telah saya pelajari juga dapat bermanfaat
bagi orang lain. Namun, di balik dorongan itu, ada perjuangan yang cukup dalam
untuk menemukan motivasi dan komitmen yang konsisten dalam menulis.
Pada awalnya, saya merasa cemburu terhadap mereka yang
telah berhasil sebagai penulis. Namun, daripada tenggelam dalam perasaan itu,
saya memilih untuk belajar dari mereka. Saya membaca buku-buku dari penulis
berpengalaman, menyerap setiap kata dan pengalaman yang mereka bagikan.
Meskipun cemburu masih menghantui, tapi saya terus berusaha untuk mengasah
kemampuan menulis.
Salah satu momen penting dalam perjalanan menulis saya
adalah ketika saya diberikan buku "Cara Mengarang" oleh seorang dosen
Bahasa Indonesia saat masih menjadi mahasiswa. Meskipun pada awalnya saya
merasa sulit untuk menerima pelajaran menulis di usia yang sudah tidak muda
lagi, saya tetap membaca dan mempelajari buku tersebut. Ini adalah awal dari
perjalanan panjang saya dalam memahami teknik dan seni menulis.
Perjalanan ini semakin menguatkan saat saya mulai
mengamati Butet Kartarajasa, seorang penulis di rubrik Koran Kedaulatan Rakyat
Yogyakarta. Melihat dedikasinya dalam menulis setiap hari, saya terinspirasi
untuk mengikuti jejaknya. Saya mulai menulis untuk berbagai koran di Indonesia,
dan tidak butuh waktu lama untuk saya menerbitkan tulisan pertama saya tentang
tari. Penghargaan pertama saya datang dalam bentuk honorarium yang saya terima
melalui wesel yang dikirim langsung ke kampus saya di ASTI Karangmalang
Yogyakarta.
Dengan semangat yang berkobar, saya terus menulis. Lebih
dari 300 artikel di koran dan 100 artikel lainnya telah saya tulis. Namun, saya
merasa bahwa tulisan-tulisan itu belum memberikan arti yang sesungguhnya.
Inilah saatnya bagi saya untuk menantang diri sendiri dengan menulis buku.
Keputusan ini semakin mantap saat saya melanjutkan studi S2 di STSI (ISI)
Surakarta. Setiap tahun, saya berkomitmen untuk menulis setidaknya satu buku,
sebagai bukti bahwa saya serius dalam mengembangkan kemampuan menulis saya.
Menulis buku bukan hanya tentang menghasilkan kata-kata.
Ini tentang komitmen pada diri sendiri. Saya percaya bahwa setiap orang
memiliki potensi untuk menulis, tetapi yang membedakan adalah komitmen untuk
memulai dan terus melangkah. Saya menyadari bahwa tidak ada penulis hebat yang
lahir begitu saja. Setiap kehebatan itu merupakan hasil dari proses panjang,
dari menemukan waktu, saat, dan momentum yang tepat untuk melahirkan karya yang
hebat.
Jadi, bagaimana cara memicu diri untuk menulis buku? Pertama,
temukan motivasi yang kuat. Apakah itu keinginan untuk berbagi pengetahuan,
mencurahkan ide-ide kreatif, atau menginspirasi orang lain. Kedua,
belajarlah dari para ahli dan praktisi. Buku-buku dari penulis berpengalaman
adalah sumber inspirasi dan pengetahuan yang tak ternilai. Ketiga,
bangun komitmen yang kuat. Tetapkan tujuan yang jelas dan berkomitmenlah untuk
mencapainya, meskipun perjalanan tidak selalu mudah.
Dengan komitmen, motivasi, dan pembelajaran yang
terus-menerus, Anda dapat memicu diri untuk menulis buku dengan cara yang
bermakna dan memuaskan. Inilah inti dari sebuah perjalanan menulis yang
mengalir dari hati dan pengalaman.
Penulis: Robby Hidajat
Artikel ini sangat bermanfaat untuk pembaca yang ingin memulai untuk menulis buku.
BalasHapusArtikel ini sangat bermanfaat untuk pembaca yang ingin memulai untuk menulis buku.
BalasHapus