Konservasi Lutung Jawa di Coban Talun: Menggabungkan Ilmu dan Seni untuk Kelestarian



Syamsul Subakri (mah Djo) berada di Pusat Pelestarian Lutung Jawa (Foto ist.) 


Damariotimes. Coban Talun, yang terletak di Kota Batu, Jawa Timur, kini dikenal sebagai rumah bagi Pusat Pelestarian Lutung Jawa atau Javan Langur Rescue Center. Awalnya, pusat ini berada di bawah naungan Java Primate Center yang berbasis di Bandung, namun sejak tahun 2010, pusat ini memisahkan diri dan berdiri sendiri dengan fokus utama pada konservasi lutung Jawa (Trachypithecus auratus), atau yang biasa disebut Budeng. Iwan Kurniawan, seorang dosen di Institut Pendidikan Malang (IPM), memimpin upaya konservasi ini. Sebelumnya, ia juga memimpin PPS Petung Sewu (Pusat Pelestarian Satwa) di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Pusat Pelestarian Lutung Jawa di Coban Talun telah melakukan pelepasliaran lebih dari 100 individu lutung Jawa ke habitat alaminya. Langkah ini merupakan upaya nyata dalam menyelamatkan spesies ini dari ancaman kepunahan akibat deforestasi dan perburuan liar. Lutung-lutung yang dilepasliarkan ini berasal dari penyerahan sukarela oleh pemelihara, hasil sitaan dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), serta repatriasi lutung Jawa dari luar negeri.

Upaya konservasi yang dilakukan di Coban Talun tidak hanya sebatas pada pelepasliaran satwa ke alam liar. Iwan Kurniawan, dengan latar belakang akademisnya, membawa pendekatan inovatif dengan menggabungkan media seni dan budaya sebagai sarana edukasi dan konservasi. Beliau percaya bahwa melalui seni dan budaya, pesan-pesan tentang pentingnya konservasi dan pelestarian satwa dapat lebih mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat luas.

Seni dan budaya memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lutung Jawa. Iwan Kurniawan berencana untuk mengadakan berbagai kegiatan seni seperti pertunjukan teater, pameran seni rupa, dan lomba karya seni yang bertemakan konservasi satwa. Melalui kegiatan-kegiatan ini, diharapkan dapat membangkitkan rasa cinta dan kepedulian masyarakat terhadap lutung Jawa dan lingkungan sekitarnya.

Selain itu, Iwan Kurniawan juga aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan konservasi. Misalnya, melalui program adopsi lutung, masyarakat dapat memberikan dukungan finansial untuk perawatan dan rehabilitasi lutung Jawa sebelum dilepasliarkan. Program ini tidak hanya membantu dalam hal pendanaan, tetapi juga membangun hubungan emosional antara masyarakat dan satwa yang mereka dukung.

Penggunaan media sosial juga menjadi salah satu strategi dalam menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Pusat Pelestarian Lutung Jawa di Coban Talun aktif berbagi foto dan cerita tentang kegiatan konservasi mereka melalui Instagram. Melalui platform ini, mereka dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan memberikan edukasi tentang pentingnya konservasi lutung Jawa.

Sejak berdiri sendiri, Pusat Pelestarian Lutung Jawa di Coban Talun telah menunjukkan banyak keberhasilan. Namun, perjalanan mereka masih panjang dan penuh tantangan. Deforestasi dan perburuan liar masih menjadi ancaman utama bagi kelestarian lutung Jawa. Oleh karena itu, dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun masyarakat umum, sangat dibutuhkan untuk memastikan kelangsungan hidup spesies ini.

Dalam upaya pelestarian lutung Jawa, Iwan Kurniawan dan timnya di Coban Talun menunjukkan bahwa pendekatan holistik yang menggabungkan ilmu pengetahuan, seni, dan budaya dapat memberikan dampak yang signifikan. Melalui dedikasi dan inovasi, mereka tidak hanya berusaha menyelamatkan lutung Jawa dari kepunahan, tetapi juga membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian satwa dan lingkungan.

Untuk informasi lebih lanjut serta foto-foto kegiatan konservasi, Anda dapat mengunjungi Instagram mereka di @javanlangurrescue

 

Konteributer : Syamsul Subakri (mah Djo)

Editor                 : R.Dt.

 

Posting Komentar untuk "Konservasi Lutung Jawa di Coban Talun: Menggabungkan Ilmu dan Seni untuk Kelestarian"