sarasehan Festival Bantengan di Kecamatan Kedungkandang (Foto ist.) |
Damariotimes. Sarasehan Festival Bantengan di Kecamatan Kedungkandang
(30/4/2024). Dengan narasamber Dwi Cahyono, M.Hum. (ahli historiografi
Jawa Kuno), Dwi
Cahyono, S.E. (ketua PHRI Jawa Timur), dan Dr. Robby Hidajat, M.Sn. (ahli
seni pertunjukan). Memapatkan perihal esensi Banteng, yaitu
hewan yang
kuat dan gagah, telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Jawa
Kuno. Dalam karya sastra klasik Jawa, gambar-gambar banteng dan kata-kata yang
merujuk padanya membawa simbolisme yang dalam dan makna-makna yang kaya. Dalam diskusi tampak adanya jejak banteng dalam
sastra Jawa Kuno dan pahami simbolisme serta makna yang terkandung di dalamnya.
Salah satu karya sastra
yang kaya akan simbolisme banteng adalah Serat Centhini. Dalam Serat Centhini,
banteng sering kali dijadikan simbol kekuasaan dan kemakmuran. Gambar-gambar
banteng yang terukir di dalamnya melambangkan keberanian dan keunggulan para
penguasa zaman dulu. Begitu juga dalam Babad Tanah Jawi, banteng sering
dikaitkan dengan mitos dan legenda yang mengangkatnya sebagai makhluk suci yang
dilindungi oleh kekuatan gaib.
Kidung Sunda, karya
sastra dari Jawa Barat, juga tak luput dari jejak banteng. Di sini, banteng
sering dijadikan metafora yang melambangkan kekuatan alam dan keberanian
manusia dalam menghadapi cobaan. Makna-makna ini tidak hanya sekadar
representasi fisik, melainkan juga mengandung pesan moral dan filosofis yang
dalam.
Simbolisme banteng
dalam sastra Jawa Kuno mengajarkan pada masyarakat
Jawa tentang
keberanian untuk menghadapi rintangan dan tantangan kehidupan. Banteng juga melambangkan
kesuburan dan kemakmuran, menggambarkan harapan akan kelimpahan dan
keberuntungan. Dalam interpretasi yang lebih luas, banteng juga dapat diartikan
sebagai simbol kekuatan yang tak terkalahkan, baik dalam hal fisik maupun
mental.
Dengan memahami jejak
banteng dalam karya sastra Jawa Kuno, dapat lebih menghargai dan memahami
kekayaan budaya nenek moyang bangsa Indonesia. Simbolisme yang
terkandung di dalamnya mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang timeless dan
relevan hingga saat ini. Banteng bukan hanya sekadar hewan, melainkan juga
simbol yang menginspirasi dan mengajarkan makna-makna yang mendalam bagi
generasi-generasi yang akan datang.
Oleh karena itu, camat
Kedungkandang: Drs. FAHMI
FAUZAN A.Z., M.Si. mencanangkan ikon “bantengan” untuk kecamatan
Kedungkandang. Ini merupakan sebuah semangat dan spirit untuk kerja
bersama-sama dengan masyarakat.
Tim
Damariotimes.
Editor : MAH
Posting Komentar untuk "Banteng dalam Sastra Jawa Kuno: Simbolisme dan Kekuatan sebagai ikon Kecamatan Kedungkandang Kota Malang"