Antara Tradisi dan Inovasi: Evaluasi Tampilan Kelompok Bantengan pada Festival Bantengan se Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

 

Tukan Seblak kadang tampil tidak atraktif (Foto ist.)


Laporan Evaluasi (bagian 2)

Damariotimes. Dalam setiap pertunjukan seni tradisional, pertimbangan tentang bagaimana menjaga warisan budaya sambil memperkenalkan inovasi baru adalah kunci untuk mempertahankan daya tarik dan relevansi. Dalam konteks ini, merupakan hasil evaluasi tampilan beberapa Kelompok Bantengan pada Festival Bantengan se Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.

Pertama, Putra Singo Sentono, menghadirkan sebuah pertunjukan yang masih sangat melekat pada naluri tradisional. Meskipun gerakannya tidak menjadi fokus utama, teknik lecutannya cemeti tukang seblak memberikan sentuhan yang khas. Namun, topeng Ganongan yang digunakan kurang memikat perhatian, dan kurang mampu menciptakan dinamika yang lebih menarik.

Kemudian, Raga Surya Mahesa Geni, memberikan sentuhan yang unik dengan memasukkan elemen Babinsa yang tampil dengan seragam Tentara Angkatan Daratnya, dalam penampilannya. Meskipun demikian, penggunaan topeng dan koreografi yang cenderung mengarah pada gaya lama membuatnya kurang memukau sebagai karya seni yang dimungkinkan dapat dikembangkan sebagai sajian pertunjukan yang menarik.

Putra Mahesa Sakti, meskipun menampilkan sajian yang  standar bantengan tradisional, belum mampu menonjolkan keunikan yang lebih menarik. Gerakan yang tidak serempak dan kurangnya pertimbangan tematik dalam musiknya, sehingga  membuat sajian pertunjukan tidak mempunyai daya pikat yang kuat.

Lembu Ageng Sejati, di sisi lain, menghadirkan tampilan yang penuh dengan energi. Namun, kelebihan banyak menghadirkan lecutan cemeti, sehingga membuat beberapa aspek penampilan menjadi kurang teratur. Tampilan tokoh yang diharapkan dapat memberikan penguatan pada tampilan, ternyata kurang dinamis juga, sehingga menjadi hambatan dalam menciptakan kesan visual yang lebih kuat.

Tampilan Putra Jaya Sakti, menunjukkan sentuhan kontemporer yang menarik. Namun, kurangnya pengaturan formasi dan alur yang jelas membuatnya kurang menggugah dalam konteks koreografi ritmik. Utamanya dalam menggunakan musik, musik yang monoton tidak mampu mencipakan dinamika pertunjukan yang dapat diunggulkan sebagai seni pertunjukan wisata.

Secara keseluruhan, evaluasi ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh kelompok Bantengan se-Keamatan Kedungkandang Kota Malang dalam memadukan tradisi dengan inovasi. Meskipun beberapa aspek masih perlu diperbaiki, upaya untuk menghadirkan karya seni yang relevan dengan zaman saat ini patut diapresiasi. Dengan terus mengembangkan teknik dan konsepnya, diharapkan kelompok ini dapat menciptakan penampilan yang lebih menginspirasi dan menghibur bagi penonton masa kini.

 

Evaluator juri : Robby Hidajat

Editor : MAH

 

Posting Komentar untuk "Antara Tradisi dan Inovasi: Evaluasi Tampilan Kelompok Bantengan pada Festival Bantengan se Kecamatan Kedungkandang Kota Malang"