cara mengenakan kain sarung (Foto ist,) |
Damaritotimes.
Sekitar tahun 1962, saat itu saya masih di Sekolah Rakyat (SR/SD). Saya
tergila-gila dengan sarung batik Gajah Modoan yang diproduksi oleh masyarakat
Majanan di Tulungagung. Saat itu saya menggunakan sarung tenun.
Kain
tenun memang sudah dibuat oleh masyarakat Indonesia sejah zaman sejarah atau
pra sejarah. Bila kita mengamati sejarah keberadaan tenun.Tenun adalah teknik dalam pembuatan
kain yang dibuat dengan prinsip yang sederhana, yaitu dengan meng-gabungkan
benang secara memanjang dan melintang. Dengan kata lain, bersilangnya antara
benang lusi dan pakan secara bergantian. Kain tenun biasanya terbuat dari
serat kayu, kapas. Sutra, dan lainnya.
Kain tenun biasanya terbuat dari serat kayu, kapas,
sutra, benang perak, benang emas dan lainnya. Para ahli antropologi menyatakan
bahwa kegiatan menenun sudah ada sejak tahun 500 SM, terutama di daerah
Mesopotamia, Mesir. India, dan Turki. Keberadaan kain tenun tradisional
Indonesia diperkirakan berkembang sejak masa Neolitikum (Prasejarah). Ini
dibuktikan dengan ditemukannya benda-benda prasejarah prehistoris, seperti
tenunan, alat untuk memintal, dan bahan yang terlihat jelas adanya tenunan pada
kain yang terbuat dari kapas, di situs Sumba Timur, Gunung Wingko. Yogyakarta.
Gilimanuk dan Melolo. Kain tenun dan tradisi menenun dengan alat tradisional
merupakan pengetahuan turun-temurun dari nenek moyang ke generasi berikutnya
hingga kini.
Tahun 1986 saya baru melakukan penelitian tentang Batik Sarong Gajah Mada di Tulungagung untuk mencari siapa penciptanya. Penelitian itu bersifat kualitatif, sebagai bagian dari aktivitas Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni : Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Tujuan dari penelitian tersebut adalah menemukan siapa pencipta mula batik sarong Gajah Mada yang populer di tahun 1960-an itu. Selama dua hari upaya mencari tahu di wilayah Desa Majan Tulungagung, aparat desa, dan tokoh masyarakat sebagai informan terpilih.
Semua informan tidak mengetahuinya, termasuk Ki Siswo
Suwondo pimpinan Ketoprak Siswo Budoyo Tulungagung juga tak mengetahui siapa
pencipta mula motif hias batik Gajah Modoan itu. Setelah saya kembali ke
Malang, dan suatu malam saya mengikuti Tahlilan di tingkat RT03 RW01 Tlogomas,
dan penelitian itu saya ceritakan kepada pak Mulyadi yang duduk disamping saya,
beliau memberitahu bahwa pencipta awal motif batik Gajah Modoan itu adalah
pamannya pak Mulyadi, yang namanya adalah H Sapuan, yang alamatnya di dusun Majan
Tulungagung. Sertamerta, akhirnya saya balik ke Tulungagung untuk menemui pak H
Sapuan. Saat itu beliau masih hidup, dan saya mendatangi rumahnya, bertemu
bapak Haji Sapuan. Saya mendapatkan infoermasi kunci tentang Batik Gajah
Modoan, mulai dari awal, sampai produksionya meningkat dan populer di antara
tyajun 1960-an sampai dengan tahun 1970-an. Mulanya batik Gajah Modoan itu
dikerjakan dalam bentuk batik tulis, namun di sekiytar tahun 1968 mulaian
dibuat cap untuk mempermudah produksinya.
Penulis kontibributor : Dr. Mistaram, M.Pd.
Editor : R.Dt.
Posting Komentar untuk "Kebangkitan Batik Sarong/Sarung Untuk Laki-Laki (bagian 1) "