Suasana Sarasehan Haul ke-14 Mestero Topeng: Karimoen (Foto ist.) |
Damariotimes. Malang, 17 Feberuari 2024. Sarasehan sederhana diadakan pada tanggal 17 Februari 2024 di Sanggar Asmarabangun Desa Kedungmangga, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dalam rangka memperingati Haul ke-14 Maestro Wayang Topeng Malang, Karimoen, yang wafat pada tanggal 14 Februari 2010. Acara tersebut dihadiri oleh para siswa dan penari yang pernah belajar dengan Karimoen, serta individu-individu yang memiliki hubungan dekat dengannya.
Diskusi dimulai dengan pengungkapan kedekatan dan
pengalaman bersama Karimoen. Lilik Subari, seorang akademisi dan penari,
mengungkapkan bahwa hubungannya dengan Karimoen mirip seperti hubungan orang
tua dan anak. Dia juga berbagi pengalaman tentang topeng Gunungsari yang
dibelinya dari Karimoen dan peristiwa-peristiwa menakjubkan yang dialaminya
bersama sang maestro, baik sebelum maupun setelah beliau meninggal dunia.
Bambang, seorang pelukis, menceritakan bagaimana ia
menghayati dan menerapkan petuah Karimoen dalam karya seninya. Kamdani, seorang
penari yang telah tampil dalam berbagai pementasan termasuk Festival Ulang
Tahun Kota Jakarta pada tahun 1978, juga berbagi pengalamannya dengan Karimoen.
Robby Hidajat, seorang penulis yang karya-karyanya banyak
membahas tentang wayang topeng Malang, terutama wayang topeng Kedungmangga,
turut serta dalam diskusi ini. Begitu juga dengan Nasai (Unyil), seorang wartawan dan aktivis kebudayaan yang senantiasa
menelusuri dunia wayang topeng di Malang.
Ki Demang (Isa Wahyudi) penggagas Kampung Budaya Palawijen(KBP) salah satu relasi dengan keluarga Karimoen melalui cucu-cucunya, baik Tri Handaya atau Suroso. Bahkan kepeduliannya dengan Wayang Topeng diterapkan sebagai salah satu materi pengembangan kesenian di KBP. Pengakuannya sebagai "bakul" topeng memberikan konteribusi yang dapat dicontoh bagi mereka yang memiliki kepedulian dengan kesenian khas Malang, seperti wayang topeng di Desa Kedungmonggo ini.
Galuh, seorang teknolog yang memiliki kedekatan dengan
Karimoen melalui aktivitas kebudayaan, menceritakan peristiwa dramatis di mana
Karimoen mengalami kesulitan finansial akibat perselisihan dengan pemerintah
daerah terkait pesanan topeng yang tidak sesuai dengan harapan.
Kasnam, seorang dalang wayang topeng di Kedungmangga,
juga berbagi pengalamannya serta menyatakan keprihatinannya terhadap sulitnya
regenerasi dalang di lingkungan desa tersebut.
Moderator diskusi, Hery, memberikan pengantar dan
penguatan dari pengalaman para pembicara. Diskusi ditutup dengan selamatan dan
makan bersama sebagai ungkapan rasa terima kasih dan penghormatan kepada
Karimoen.
Tentunya, diskusi ini menjadi momentum untuk mengenang jasa dan kontribusi Karimoen dalam seni budaya wayang topeng Malang, serta untuk merenungkan tantangan dan harapan ke depan bagi pengembangan Wayang Topeng di Malang menjadi wariasan dunia.
Reporter : R. Dayat
Editor : MAH
Posting Komentar untuk "Sarasehan Haul ke-14: Maestro Wayang Topeng Malang; Karimoen"