Ibu-ibu sedang berlatih; dari kiri: Lusia Suryati, YF. Ketty Wijiati, dan Theresia Sulistiyani (Foto ist.) |
Damariotimes. Malang, 1 Desember 2024. Dalam keheningan sore hari di rumah salah satu anggota St. Elias, gemericik tawa dan langkah ringan menggema di ruang latihan. Ibu-ibu muda, yang merupakan anggota aktif dari komunitas ini, telah menjalani setahun penuh latihan koreografi dengan penuh semangat. Koreografer, Suci Narwati, seorang alumnus ASTI (ISI Yogyakarta), telah membimbing mereka dengan penuh dedikasi dan memperkenalkan cara unik dalam mengajar.
ibu-ibu dan Suci Narwati (koreografer) tampil peringatan Paskah 2023 (Foto ist.) |
Proses penggarapan
koreografi untuk ibu-ibu muda ini mengambil perhatian khusus terhadap pola
pembelajaran gerak yang mempertimbangkan kemampuan teknik mereka. Tidak seperti
siswa-siswa muda yang dapat dengan mudah menguasai teknik dasar, ibu-ibu ini
memiliki batasan tersendiri. Suci Narwati menyadari bahwa pendekatan
konvensional tidak dapat diaplikasikan dengan baik di sini.
Salah satu tantangan
utama adalah usia pembelajaran angrogogi, yang membatasi kemampuan mereka untuk
mengikuti pola gerak yang terlalu kompleks. Namun, sebaliknya, membiarkan
mereka mengikuti kemampuan alami mereka juga bukanlah solusi yang tepat. Itu
dapat menyebabkan tampilan yang terlalu sederhana, mirip dengan gerakan siswa
TK.
Pendekatan baru yang
dihadirkan Suci Narwati adalah fokus pada upaya mencari kondisi di mana para
ibu benar-benar ingin berlatih. Menjauh dari paksaan, proses pembelajaran ini
membangun dasar pada kemauan mereka sendiri. "Kami menciptakan lingkungan
yang mendukung keinginan mereka untuk belajar, sehingga mereka merasa nyaman
dan termotivasi," ungkap Suci Narwati dengan senyuman.
penampilan ibu-ibu di malam tahun baru 2023 di Festival Budaya (Foto ist.) |
Penting untuk dicatat bahwa Suci Narwati telah menyesuaikan metodenya dengan penuh kebijaksanaan. Ia menyadari bahwa para ibu ini tidak dapat dipaksa untuk mengikuti pola gerak ideal tanpa mempertimbangkan kemampuan dan kenyamanan mereka. Sebaliknya, melalui pembelajaran yang mengutamakan keinginan dan kesukaan, suasana peningkatan teknik secara alami muncul.
Meskipun terjadi
penyesuaian dalam pendekatan pengajaran, hasilnya tak dapat disangkal. Ibu-ibu
muda St. Elias Paroki Yohanes Pemandi Janti Malang telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan teknik
mereka. Pertunjukan mereka, baik untuk kegiatan internal gereja maupun tampilan
apresiasi, menciptakan nuansa estetik yang memukau, mencapai kepantasan dalam
menari.
Pemikiran Suci Narwati dan metodenya yang inovatif telah membawa angin segar dalam dunia koreografi lokal. Dengan menempatkan keinginan para ibu sebagai fokus utama, ia telah membuktikan bahwa setiap orang, tanpa memandang usia, dapat menari dengan ikhlas dan mempesona.
Reporter : H.
Gumelar
Editor : R. Dayat
Posting Komentar untuk "Menari dengan Ikhlas: Perjalanan Penggarapan Koreografi untuk Ibu-Ibu Muda di St. Elias, Paroki Yohanes Pemandi Janti Malang"