Damariotimes. Malang, 24 November
2023. Pentas seni di Universitas Negeri Malang semakin memikat hati para
penikmat seni budaya dengan kehadiran Cak Rina, kelompok tari kecak yang
mengguncang pelataran Sasana
Budaya Universitas Negeri Malang saat Borobudur Writers & Culture Festival (BWCF). Cak Rina,
yang kini dipimpin oleh Rina sendiri, mencuri perhatian dengan seni pertunjukan yang
memukau, membawa penonton dalam sebuah perjalanan magis ke dalam epik Ramayana.
Klimaks Pertarungan Sugriwa -Subali tampilan Cak Rina di UM (Foto ist.) |
Kelompok
tari kecak yang berjumlah 45
orang datang dari Desa Teges, Peliatan Ubud, Gianyar Bali ini memiliki
sejarah yang tak terlupakan, pernah direkonstruksi oleh maestro tari Sardono
W. Kusumo. Rina yang waktu itu
masih kanan-kanan dilibatkan menjadi kera, yang kini Rina telah menjadi pimpinan kelompok Cak Rina, membuktikan bahwa
kecak Cak Rina adalah keberlanjutan dari tradisi masyarakat Tegal Lalang yang tidak tampil
secara komersial sebagai pertunjukan wisata. Dengan penuh semangat dan
dedikasi, mereka berhasil mempertahankan esensi tari kecak yang memukau. Gerakan penari kecak yang
sederhana, beberapa penari membawa obor yang menyala terang melingkar di
pelataran gedung Sasana Budaya Universitas Negeri Malang.
Pertunjukan
yang disajikan oleh Cak Rina pada BWCF kali ini adalah lakon "Pertarungan
Sugriwa dan Subali," sebuah cerita yang penuh intrik dan emosional dari
epik Ramayana. Dengan gerakan yang dinamis dan penuh kekuatan, para penari Cak
Rina membawakan kisah peperangan antara dua tokoh utama, Sugriwa dan Subali.
Keahlian mereka dalam menggabungkan gerakan tari dan vokal khas kecak
menciptakan atmosfer yang memikat, seakan membawa penonton langsung ke dalam
medan pertempuran.
Koreografi
Rina bersifat alami, sangat ekspresif, dan bersifat simbolik, walaupun
tampilannya representatif. namun benar-benar berbeda dengan kecak yang
disajikan untuk wisatawan di beberapa tempat di Bali.
Pertunjukan
ini tidak hanya menjadi tampilan visual, tetapi juga mengandung makna filosofis
yang mendalam. Pertarungan antara Sugriwa dan Subali menjadi metafora
perjuangan batin manusia, di mana kekuatan dan kelemahan harus dihadapi dan
diterima sebagai bagian dari kehidupan. Pesan moral yang terkandung dalam
pertunjukan ini memberikan nilai tambah yang luar biasa bagi penonton.
Keberhasilan
Cak Rina dalam mempertahankan tradisi tari kecak dan menyajikannya dalam bentuk
yang memukau di BWCF Universitas Negeri Malang adalah bukti nyata bahwa seni
tradisional masih memiliki tempat yang istimewa di hati masyarakat. Melalui
penampilan mereka yang memukau, Cak Rina berhasil memperkenalkan kecak sebagai
warisan budaya yang patut dilestarikan dan dinikmati oleh generasi masa kini.
Dengan
sorotan pada lakon "Pertarungan Sugriwa dan Subali," Cak Rina di BWCF
mengukir kenangan tak terlupakan bagi para penonton. Mereka tidak hanya
menyuguhkan tarian yang memukau, tetapi juga membangkitkan rasa cinta dan
kebanggaan terhadap kekayaan budaya Indonesia. Cak Rina dan pertunjukan
spektakuler mereka di BWCF menjadi bukti bahwa seni tradisional dapat terus
berkembang dan memikat hati penonton di lingkungan perguruan tinggi.
Reporter : R. Hidajat
Editor : Muhammad Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Cak Rina Tampilkan Epik Pertarungan Sugriwa-Subali pada BWCF Di Universitas Negeri Malang"