Damariotimes. Di
Malang Jawa Timur 5-10 tahun terakhir ini sangat marak bermunculan kelompok
seni pertunjukan Bantengan. Mengingat seni pertunjukan ini merupakan salah satu kekayaan budaya
Indonesia, salah satunya memang menjadi ciri khas di Jawa Timur.
Pertunjukan bantengan dengan penonton yang melimpah ruah (foto ist.) |
Asal Usul Bantengan
Bantengan merupakan seni pertunjukan tradisional yang tumbuh
dan berkembang di Jawa Timur. Sebuah tampilan tari kelompok dengan menggunakan
properti menyerupai banteng, di dalamnya dimainkan oleh dua orang yang
masing-masing menjadi kepala memegang kepala banteng, dan yang satu menjadi
ekor.
Seni pertunjukan bantengan selain di Malang,
juga dapat ditemui diberbagai tempat seperti di Probolinggo, Pasuruan, dan Lumajang.
Asal usul Bantengan dapat ditelusuri kembali sejak zaman Majapahit, sekitar
abad ke-14 hingga 15. Meskipun tidak ditemukan data arkeologi yang sangat
mendukung, namun tradisi seni pertunjukan bantengan menjadi bagian penting dari
ritual masyarakat agraris di masa-masa itu.
Bantengan yang
muncul terakhir ini, banyak didukung oleh masyarakat Madura atau pendalungan. Hal
ini menunjukan spirit kekuatan yang dapat mengingat rasa persaudaraan, dan kekerabatan
diantara mereka. Sudah barang tentu, berbagai atraksi bantengan dapat
dipastikan selalu ramai dihadiri oleh masyarakat. Hal ini menunjukan adanya
ikatan batin yang sangat kuat, karena penggambaran binatang banteng ini
mencerminkan kekuatan dan semangat yang kuat dari perjuangan dan usaha untuk
menunjukan eksistensi sebagai masyarakat kelas bawah.
Maraknya
tampilan bantengan pada saat ini, sudah merubah bentuk seni pertunjukan ini
menjadi pertunjukan ‘jalanan’ (carnival) yang melibatkan berbagai perangkat
sound sistem, sehingga tidak sedikit orang menyebut sebagai bantengan android. Karena
musiknya diputar melalui smartphone yang ditampilkan melalui sound sistem yang
diangkut oleh truk. Bunyi musik yang sangat keras merupakan simbul dari
kekuatan bersama, dan semangat yang sangat luar biasa. Hal ini merupakan seni
kolosal yang mampu menyedot masyarakat untuk hadir hingga larut malam.
Reporter : R. Hidajat
Editor : Muhammad Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Bantengan: Potensi dan Kearifan Budaya Lokal Indonesia yang Unik"