Humanitas, Spiritual, Dan Estetik Dalam Seni Tari (bagian 4)

Damariotimes. Dalam masyarakat etnik ”tari” dikenali sebagai sebuah bahasa yang bersifat non verbal, ungkapan yang memiliki makna yang lebih luar dari kata-kata. Gerak selain memuat hasil tiruan realitas (alam dan lingkungan) juga mengusung ”simbolisasi” yang dapat menyadarkan manusia tentang hakekat tentang dirinya (individu) dan realitas yang dialami.

Tari yang mengekspresikan spiritualitas (Foto ist.)
Eksistensi seni terhadap individu tidak disadari sepenuhnya, sungguh pun sejarah kehidupan manusia, tari merupakan manifestasi dari individu itu sendiri. Nilai seni tidak banyak bersangkutan-paut dengan keberadaan pencetusnya (pencipta) atau pelakunya (penari). Karena manusia tidak wenang (berhak) memilikinya, tetapi jika mampu menyajikan tari dengan sempurna merupakan kebanggan tersendiri, di mana dia sebagai mahluk telah memuhi kewajiban terhadap penciptanya (tari sebagai sarana peribadatan). Di sini kita dapat memahami ”tari” sebagai sebuah ungkapan yang bersifat spiritual, ungkapan jiwa yang mampu menyampaikan seribu makna dari kata-kata yang disampaikan pada Tuhan.

Tuhan dalam kaitan pemahaman seni tidak selalu merujuk pada sebuah  religi yang boleh atau tidak boleh mengungkapkan diri melalui ”gerak”. Tetapi ”gerak” adalah sebuah pernyataan jiwa yang dalam atas kesadaran diri sebagai manusia.

Tari kontemporer yang telah membebaskan diri dari ikatan adat, tradisi, tata nilai yang menjadi pagar dalam drajat keluhuran dari sebuah komunitas merupakan sebuah jalan yang sangat spesifik untuk melakukan pendekatan diri sebagai realitas imanensi kepada realitas transendental. Indivisu yang bersifat ’humannitas” pada realitas yang bersifat ’spiritualitas”. Ini mengisyaratkan, bahwa tari tidak dipahami sebagai sebuah peresentasi yang ditujukan untuk menghibur, menyemarakkan sebuah perhelatan, berpoya-poya dalam  dunia yang nyata, membangun realasional yang sangat emosional sehingga mempu menghilangkan sekat norma dan etika. Semua itu adalah gambaran yang semu; Nirmakna (tidak bermakna).

Tari adalah sebuah usaha membuat orang menjadi tergugah gairah emosi humanitas dan sekaligus spirutualitasnya  dalam mengenali realitas yang absolut (yang nyata dan yang tidak nyata) sehingga mereka dapat menemukan tempat pencurahan batin  (jiwa) yang paling mendalam, dan sekaligus yang paling hakiki sebagai manusia. Maka tidak mengherankan Romo Dick Hartoko (alm) menyataan ”seni adalah sebuah jalan lain jika manusia ingin bertemu Tuhan”. Tentunya bukan berarti jika manusia ingin bertemu Tuhannya cukup dengan menari.

 

Penulis        : Robby Hidajat

Editor         :  H Gumelar

Posting Komentar untuk " Humanitas, Spiritual, Dan Estetik Dalam Seni Tari (bagian 4)"