Damariotimes. Rabu, 13 September 2023 pukul 08.00 WIB dilaksanakan
seminar nasional oleh program studi Pendidikan Seni Tari dan Musik (PSTM),
Departemen Seni dan Desain (DSD), Fakultas Sastra (FS), Universitas Negeri Malang
(UM). Kegiatan seminar nasional ini dilaksanakan secara daring.
Pembicara yang ditampilan, yaitu: Prof. Drs. Triyono
Bramantyo Pamudjo Santoso, M.Ed., Ph.D dosen ISI Yogyakarta, Dr. Nur Iswantoro,
M.Hum, dan Dr. Mohammad Amin, S.Sn, M.Sn., M.A.
Paparan salah satu narasumber, yaitu Prof. Drs.
Triyono Bramantyo Pamudjo Santoso, M.Ed., Ph.D tentang seni sebagai ungkapan artistik.
Yaitu: kualitas ‘citra jiwa atau intisari’ terdalam dari perasaan dan budaya (culture)
diartikan sebagai: pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah dalam sebuah komunitas.
Fokus pembicaraan Prof. Drs. Triyono Bramantyo Pamudjo
Santoso, M.Ed., Ph.D adalah menganai music VS musics, apa
maksudnya ?, bahwa dewasa ini, sering menjumpai istilah music ditulis
menjadi musics dan digunakan untuk musik di dalam konteks budaya. Music hanya hanya memiliki
makna estetik semiotik.
Semiotika sebagai suatu ilmu atau metode analisis
untuk mengkaji tanda, lalu jika dihubungkan dengan sejarah, nilai-nilai, teori-teori
ilmu pengetahuan dan teknologi, music hanya bisa dikaji dari ilmu budaya
dan interpretasi atas budaya itu. Music sebagai fenomena tunggal, dihubungkan
dengan biologi manusia, pikiran dan perilaku. Sedangkan musics sebagai jamak,
berhubungan dengan keberagaman, kemajemukan, dan yang tidak diketahui, dengan
demikian music yang lebih umum adalah semua music yang ada di dalam
masyarakat Indonesia. Lalu bagaimana dengan music sebagai “teks budaya”?.
Prof. Bramantyo mengemukakan tentang teks budaya
sebagai kajian interpretatif atas ilmu humaniora yang mana kurang lebih 10-20
tahun yang lalu ilmu humaniora muncul, dikatakan; membaca interpretasi dan menulis
adalah modal dasar kajian-kajian humanitis atau humaniora, termasuk kajian sastra
dan budaya juga harus meliputi hal tersebut. Lalu, apa hubungan antara budaya
dan kompetisi?. Dalam hal ini kita dapat didorong untuk menciptakan inovasi. Akan
tetapi sayangnya pada saat ini, budaya semakin kurang bahkan menghilang, demikian
paparan Prof. Bramantyo.
Sebagaimana pemateri yang lain juga telah
menyampaikan tentang; peran kita sebagai generasi muda penerus bangsa. Generasi
mudah sangat dibutuhkan untuk mempertahankan warisan budaya di Indonesia.
Memperhatikan arus globalisasi yang semakin pesat, oleh karena itu generasi
muda diandalkan sebagai pilar utama dalam pertahanan budaya. Hal tersebut dapat
diawali melalui gerakan budaya atau apresiasi budaya dari tingkat kecil, misal desa,
kecamatan dan seterusnya, serta pemikir kebudayaan harus terjun lebih aktif untuk
mengedukasi.
Kontributor : Allfa Andranica Devya Aprilyawati
Editor : Muhammad Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Generasi Muda Pilar Utama Bangsa: Seminar Nasional Seni Pertunjukan Dan Industri Kreatif PSTM 2023"