Damariotimes:
Wayang Topeng yang tersebuar di wilayah Malang pada umumnya menggunakan lakon
yang bersumber pada tradisi lisan, artinya lakon-lakon yang dipentaskan tidak
mempunyai sumber tertulis.
Wayang Topeng Malang pentas di halaman rumah (foto ist.) |
Penyajian
pertunjukan wayang topeng mempunyai tata urutan sebagai berikut: Bagian pembuka
(I) Gending Giro yang terdiri dari penyajian (1) gending eleng-eleng, Krangean,
(2) Loro-loro, (3) gending Gondel dan diakhiri dengan (3) gending Sapujagad.
Bagian kedua adalah lakon yang terdiri dari, (1) Pembukaan dengan tari Beskalan
Lanang (topeng Bang-tih), (2) Jejer Jawa (Kediri), (3) Perang Gagal (selingan
tari Bapang), (4) Adegan Gunungsari-Patrajaya, (5) Adegan Jejer Sabrang (Klana
Sewandana), (6) Adegan Perang Brubuh,
yang ketiga adalah Bubaran dengan membunyikan gending Giro Bubaran.
Lakon dalam
penyajian wayang topeng memiliki keterkaitan dengan penyajian wayang topeng
(teknis pementasan). Seperti keberadaan tokoh-tokoh utama yang memiliki
tipologis dan karakteristik yang baku, seperti penggambaran dari Paji
Asmarabangun memiliki kesetaraan dengan Arjuna, Gunungsari memilik kesetaraan
dengan Samba, Sekartaji memiliki kesetaraan dengan Sumbadra/Dewi Sinta, dan
Klana Sewandana yang memiliki kesetaraan dengan Rahwana.
Penulis : Robby Hidajat
Editor :
Muhammad Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Wayang Topeng Malang"