Damariotimes, Sukani (75 th.) Pengukir desa Tulus Besar, Tumpang. Latar belakangnya sebagai pengukir mebeler sejak tahun 1978. Pekerjaan kasar sebagai tukang bangunan, dan juga petani desa yang berat, sejak tahun 2008 terus fokus mengukir topeng. Sejak waktu itu terus membuat topeng dengan gaya dan ciri yang khas Sukani.
Sukani dan topeng Panji hasil karyanya (Foto ist.) |
Sukani yang mengaku punya trah topeng dari desa Wangkal, grup dari neneknya; Mbah Sarkawi (1940an) ayah Sukani; Sutomo Kastamun sudah menari diajar oleh kakeknya, waktu itu Sukani masih kecil, dan sangat ingin menari. Sukani juga belajar dan ikut tampil menari, sekitar tahun 1963. Waktu itu bersama-sama dengan penari senior. Pada tahun 1978 juga ikut menari Topeng Massal di Stadion Brantas Batu Malang. Semua penari topeng Se-kabupaten Malang tampil dengan berbagai gaya.
Sukani yang fokus membuat topeng adalah anugerah yang sangat disyukuri, karena semua ini karena bakat yang mengalir dari leluhurnya. Sukani yang dianugerahi 7 anak, cucu 12, buyut 3. Diantara mereka sebagian besar juga mengikuti jejaknya sebagai penari topeng. Putranya yang cukup menonjol dalam berkesenian adalah Amin Karyanata. Sudah punya komunitas, dan juga guru tari diberbagai sekolah.
Sukani yang dijumpai di rumahnya menceritakan pengalaman membuat topeng, pelanggannya sangat banyak, seperti alm. dalang Raspan, yang juga pedagang barang antik, museum Topeng Gubuk wayang di Arjosari, Alm. Yongki Irawan, Yudit Pradananto; kolektor topeng, dan seniman seniman. Namun 3 tahun terakhir ini peminat menurun, sehingga memutuskan untuk rehat, menghabiskan produk topengnya yang masih sekitar 150 topeng. Jika stok topeng itu laku, nanti akan memproduksi lagi. Pokoknya akan terus membuat topeng.
Reporter : R. Hidajat
Editor : Muhammad Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Sukani; Pengukir Topeng Sudah 3 Tahun Tidak Mengukir, Peminat Topeng Menurun"