Spirit Topeng: Seni Pertunjukan Dipersimpangan Tradisi? (Bagian 3)

Inovasi Tradisi Kontemporer
        Damariotimes. Seni pertunjukan memiliki hukum ‘inovasi’ ada keinginan untuk meletakan jejak baru yang diwariskan pada generasi yang akan datang.
Mr. Jodjana tahun 1918 sudah mengembarakan topeng di luar tradisinya (Foto ist.)
        Hal ini merupakan ‘pesan’ yang menjadi misteri untuk dipecahkan secara kreatif. Oleh karena itu, dalam perkembangan budaya, bahwa ‘kontemporer’ itu adalah juga sebuah spirit yang bersifat transformatif. Jika menghayati pemahaman ini, tentunya ‘topeng’ adalah tradisi yang hidup dalam budaya umat manusia, sungguhpun sudah tidak lagi menarik untuk dibicarakan, namun saya yakin, bahwa ‘topeng’ menjadi sebuah ekspresi yang memiliki keunikan dan spirit yang tetap menyertai kehidupan manusia sepanjang kehidupan ini.
Topeng memasuki kehidupan keseharian penarinya (Foto ist.)
Kesimpulan
        Topeng merupakan sebuah wujud yang berbeda dengan wujud mereka yang memakainya, fungsional sifatnya untuk menyembunyikan yang jelas, sungguhpun hadirnya ‘topeng’ yang jelas-jelas dapat ditangkap secara visual di atas panggung adalah sesuatu yang tidak jelas, tidak pernah kita ketahui dengan pasti. Semua itu adalah hasil penafsiran, penghayatan, dan keyakinan bahwa apa yang digambarkan itu hadir seperti yang dilakukan, dengan cara atau seperti apapun wujudnya. Itulah yang disebut sebagai ‘spirit’ (jiwa) yang dihidup dalam. Spirit bersifat abadi, oleh karena itu topeng hadir dengan keabadian sebagai mana hadirnya topeng, hanya perlu diyakini, dihayati, dan ditafsirkan kembali untuk memberikan penguatan sebagai sesuai dengan jiwa zamannya.
 
Penulis : Robby Hidajat

Posting Komentar untuk "Spirit Topeng: Seni Pertunjukan Dipersimpangan Tradisi? (Bagian 3)"