Damariotimes. Bali, 3
Agustus 2023. Lingkungan pantai Melasti mulai tumbuh dan berkembang sebagai
destinasi wisata yang lebih lega dalam memandangi laut lepas. Para wisatawan
dapat berlama-lama untuk mandi dan berendam di pantai yang tidak langsung
dihempas oleh ombak yang ganas, karena pantainya terhalang oleh hamparan karang
hitam yang luas. Destinasi ini menyuguhkan paduan harmonis antara alam pantai
dan budaya adat seni pertunjukan Bali.
Dr. Robby Hidajat, M.Sn. berfoto bersama dengan aktor Kecak Ramayana di Melasti (Foto ist.) |
Melasti di Desa Ungasan salah satu
distinasi wisata pantai yang berkonsep Harmonisasi Tri Hita Karana. Destinasi
ini berjarak kurang lebih 20 km jika ditempuh dengan kendaraan bermotor dari Bandara
Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.
Sehingga wisatawan dapat langsung menikmati objek wisata alam dan pada
menjelang sore dapat menikmati sajian Kecak Ramayana versi Melasti dengan lakon
Siti Situbanda.
Sajian Kecak Ramayana
berlakon Siti Situbanda di Pantai Melasti memiliki daya tarik tersendiri,
terutama dalam pengemasan. Seniman dari desa Ungasan ini lebih menunjukan
kemampuan akting sebagai seniman kecak, lagu-lagu kecaknya sudah tampak
diaransemen, bahkan koreografinya juga lebih bervariasi. Namun jika penonton
tidak mengetahui cerita Ramayana tentu agak sulit untuk menangkap jalan cerita.
Sungguhpun sudah membaca
buku programa, hal itu hanya memberikan gambaran isi cerita yang
ditampilkan. Namun gaya tampilan berupa ‘wayang’ menjadi tampilan yang berbeda
dengan model kecak ditempat lain yang bergaya sendratari. Tim peneliti dari UM
yang diketuai Dr. Robby Hiajat, M.Sn. dengan anggota peneliti yang terdiri dari
Dr. Pujiyanto, M.Sn., Dr. Joko Sayono, M.Pd.,
M.Hum., yang di dukung oleh anggota dari unsur
mahasiswa Allfa Andranica Devya A. dan Adinda Nur
Ramadhani Haris,
bahkan ada unsur alumni yang secara langsung dapat terlibat sebagai pentolah
data yaitu Muhammad Afaf Hasyimy yang sehari-hari sebagai staf pengajar di SMK
Negeri 7 Malang. Peran alumni di dalam penelitian ini sangat penting, yaitu
menganalisis berdasarkan segi visual, karena dokumentasi yang diambil dapat
didiskusikan secara intensif, baik langsung ataupun dilakukan secara online.
Bahkan
penelitian yang berjudul: Adaptasi Kreatif Karakteristik Tokoh Kepahlawanan
Bersumber Dari Kecak Ramayana Sebagai Tari Persembahan Berciri Kenusantaraan
juga beranggotakan peneliti dan pratisi seni pertunjukan dari Universiti Utara
Malaysia dari Kedah Malaysia; Dr. Syamsul Hirdi Bin Muhid. Akademisi muda berbakat tersebut mengambil peran
sebagai patner dalam mendalami secara global. Pengalamannya dalam bidang seni
pertunjukan di Malaysia dapat melihat lebih holistic dalam segi isu
perkembangan seni tradisi yang terbaharui. Perannya sebagai kolaborator dapat
memberikan penguatan, bahkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan
pengembangan penelitian berlevel internasional. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. juga
menyampaikan, proses penelitian kecak Ramayana di Bali ini akan digunakan
sebagai sumber karya kreatif, berbentuk koreografi kelompok dengan durasi 2
menit, berjudul Yuwawira Dipantara (pahlawan muda Nusantara). Koreografi ini
ternyata mendapat penguasan yang sangat berarti setelah menikmati pertunjukan
Kecak Ramayana di Melasti, yaitu mampu menginspirasi dari segi kekuatan dan
daya tahan seorang wanita, yaitu Dewi Sinta. Selama 12 tahun disekap di
Alengka, sebuah istana emas milik Rahwana. Kegigihan Hanoman, dan semangat Rama
menjadi lengkap ketika kekuatan wanita muda yang hatinya lebih kuat dari karang
hitam di pantai Melasti.
Reporter : H. Gumelar
Editor : S. Narwati
Posting Komentar untuk "Kecak Melasti di Observasi Tim Peneliti dari Universitas Negeri Malang (UM) dengan kolaborator dari Universiti Utara Malaysia (UUM)"