Iket sebagai Pola Penutup Kepala Masyarakat Agraris Di Jawa

        Damariotimes. Malang, 10 Juli 2023. Tim peneliti tentang “penutup kepala tradisional di Malang Raya” dalam 10 hari berselang telah melakukan observasi di berbagai tempat, di Wilayah Malang bagian timur, meliputi Jabung, Tumpang, dan sekitarnya oleh Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si., di daerah Malang bagian Barat, meliputi Dinoyo dan Sebagian daerah Batu, oleh Dr. Pujiyanto, M.Sn., di Malang bagian selatan, meliputi daerah Kepanjen dan sekitarnya, oleh Muhammad Afaf Hasyimy, M.Pd.
M. Soleh Adi Pramono menggunakan penutup kepala dari kain batik, ketika melakukan Ruwatan (Foto ist.)
Tim peneliti mendiskusikan hasil data lapangan melalui whatsapp grup sebagai berikut:
        Para dalang di bagian Malang bagian timur, artinya bagian wilayah ini secara geografi dibelah oleh sungai Brantas, artinya para pelaku seni pertunjukan di wilayah lor – etan (Barat daya) pada umumnya menggunakan udeng lembara yang dipola menggunakan bentuk: jeplakan, kemplengan, kodhok bineset, tergantung kebiasaan dan kesukaan masing-masing, sementara masyarakat di bagian lereng gunung Bromo-Tengger-Semeru menggunakan lembar kain penutup kepala dengan cara di ubel-ubel (dibuat dengan cara acak). Tindakan ini dilakukan karena hanya untuk menutup bagian kepala dan telinga dari udara yang dingin. Salah satu narasumber yang ditemui secara acak, yaitu Gatot (69 th.) berasal dari desa Kedungboto, Kecamatan Pakis. Menjelaskan ayahnya dan juga orang-orang desa yang umumnya petani menggunakan penutup kepala kain batik, utamanya jika mereka akan ke sawah atau ke ladang. Seperti yang diperagakannya.
Gatot memperagakan penggunaan penutup kepala dari kain batik seperti orang-orang zaman dahulu (Foto ist.)
        Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si. menjumpai seniman-seniman yang biasa menggunakan penutup kepala, diantarnya adalah M. Soleh Adi Pramono. Dalang wayang Malangan dan pimpinan Padepokan Seni Mangundharmo Tumpang ini mempunyai kebiasaan menggunakan penutup kepala kain batik, cara menggunakannya umumnya berbentuk tutup liwet, dan di bentuk secara rapi. Seperti pada dokumentasi di bawah ini. 
M. Soleh Adi Pramono menggunakan penutup kepala dalam bentuk tutup liwet (Foto ist.)
        Dr. Pujiyanto, M.Sn. mengamati di daerah Malang bagian Barat, tampak masyarakat yang usianya di atas 60 tahun yang pernah atau menggunakan penutup kepala, namun generasi tahun 1970-an sudah tidak lagi mengenal penggunaan penutup kepala dengan kain batik. Sungguhpun pemerintah daerah Kota Batu juga telah mencanangkan penggunaan celana-udeng dengan kain batik bernuansa biru. Diskusi dari temuan sementara ini, bahwa pada dasarnya di Malang Raya umumnya orang memang mengenal penutup kepala.
        Dr. Robby Hidajat, M.Sn. bersama Muhammad Afaf Hasyimy, M.Pd. yang mengamati masyarakat di Malang bagian selatan. Para dalang di bagian selatan sungai Brantas umumnya berasal dari budaya Mataraman, karena berdekatan dengan daerah Blitar -Tulungagung. Maka penggunaan penutup kepala yang digunakan adalah jingkengan, udheng dibentuk seperti blangkon, dan dhestaran. Pada tahun 1940-50-an bentuk penutup kepala yang dicetak sudah banyak dilakukan oleh orang-orang yang dikenal dengan sebutan priyayi, umumnya adalah para guru-guru sekolah. Mereka menggunakan blangkon bergaya Surakarta yang dilengkapi dengan peci pulkah.
 
 
Reporter     : H. Gumelar
Editor          : S. Narwati

Posting Komentar untuk "Iket sebagai Pola Penutup Kepala Masyarakat Agraris Di Jawa"