Damariotimes. Suwito. Hs. Pakar ludruk Malang yang sudah malang-melintang
diblantika perludrukan di Malang Raya dan Jawa Timur. Menjadi ludruk
benar-benar sangat sulit, banyak orang yang ingin jadi ludruk pada zaman
dahulu, namun sekarang orang-orang tua sudah melarang anak-anaknya belajar
bermain ludruk.
Pada kesempatan ini berbeda persoalannya,
Suwito, Hs. Merasakan bahwa regenerasi
ludruk benar-benar sangat sulit mencari pemain muda. Sehingga ludruk yang akan
dibawa kekompetisi di Surabaya kali ini harus merekrut generasi muda yang
berlatar belakang tester. Hal ini menjadi tantangan tersendiri, langkah ini
diambil karena ketentuan lomba membatasi usia pemain, yaitu 18-64 tahun. “wah,
saya yang sudah berusia kepala 7 sudah tidak bisa ikut.” Keluh Suwito Hs. sambil
memberikan petunjuk teknik pada anak-anak muda yang mendukung ludruknya.
Suwito Hs. memberikan evaluasi setelah latihan (Foto ist.) |
Secara teknis para pemain teater ini sudah bisa mengekspresikan
ide-ide, tapi dramatur tradisional ludruk ini memiliki kaidah yang berbeda.
Seperti dinamika vokal, teknik dialog yang harus menunjukan spontanitas dan
responsif. Hal ini bukan hal yang mudah. Akan tapi mau tidak mau jika untuk
memasuki dunia perludrukan harus mau melepaskan ego, dan personalitasnya.
Ludruk merupakan representasi dari rakyat yang natural, apa adanya, dan tampil
apa adanya. Sungguhpun penekanan itu benar-benar ingin ditrasformsikan oleh
Suwito Hs. demikian tuturnya dalam kesempatan evaluasi.
Reporter : R. Hidajat
Editor : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Memasukan 'Roh Ludruk' ke Generasi Muda Pada Kompetisi Ludruk se-Jawa Timur"