Damariotimes.
Transisi penggunaan kendaraan pribadi bertenaga bahan bakar fosil ke kendaraan listrik
semakin kuat menjadi pembicaraan hangat di seluruh negara-negara dunia.
Mengingat bahan bakar fosil mempunyai keterbatasan, bahkan jika berlanjut akan
mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem bumi.
Peningkatan kesadaran tentang
pentingnnya pelestarian lingkungan dan kebutuhan energi terbaru untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca telah mendorong banyak negara dan produsen kendaraan
bermotor mempercepat transisi alih transportasi tersebut.
Sejalan dengan meningkatnya
permintaan pasar untuk penggunaan kendaraan bertenaga listrik, banyak produsen
kendaraan bertenaga listrik mempercepat dan mendorong kebijakan berbagai negara
berkembang. Bahkan, beberapa produsen kendaraan listrik telah mengumumkan
rencana agar sepenuhnya beralih ke produksi kendaraan listrik dalam beberapa
tahun ke depan.
Sungguhpun demikian, transisi
tersebut tidak terjadi secara instan, karena ketersediaan infrastruktur
pengisian listrik yang masih sangat terbatas, bahkan biaya kendaraan listrik
yang masih relatif mahal, selain dari pada itu kebijakan politik juga belum
sepenuhnya mendukung percepatan tersebut.
Walaupun demikian, beberapa
negara maju telah memberikan insentif dan subsidi untuk pembelian kendaraan
listrik, serta membangun infrastruktur pengisian listrik yang lebih terjangkau
oleh penggunaannya, sebagai contoh: Norwegia, sebuah negara di Skondinavia
telah menjadi salah satu pioneer dalam transisi alih kendaraan berbahan bakar
fosil kekendaraan listrik. Dilaporkan telah terdistribusikan sekitar 75%
kendaraan listrik yang terjual dalam lima tahun berselang.
Transisi ini juga memberikan
keuntungan besar untuk mengurangi polusi udara di wilayah perkotaan, karena
bahan bakar fosil terbukti memberikan dapak negatif terhadap meningkatnya polusi
udara, sehingga berdampak terhadap kesehatan manusia. Dengan kendaraan listrik,
dijamin tidak mengeluarkan emisi, sehingga akan mengurangi polusi dan
kebisingan, sehingga kehidupan akan lebih baik. Sungguhpun kebijakan ini masih
terus mendapatkan tantangan, karena ahli penggunaan bahan bakar fosil ke
listrik juga dipertanyakan, mengingat produksi listrik juga masih menggunakan
bahan bakar batu bara.
Secara positif, transisi alih
penggunaan kendaraan bertenaga listrik membuka peluang baru dalam perekonomian,
seperti peningkatan produksi baterai untuk kendaraan listrik, dan pengembangan
teknologi pengisian listrik yang lebih cepat. Karena jika hal tersebut tidak
benar-benar disiapkan akan berdampak pada sistem dunia kerja, baik industri
ataupun jasa.
Ditingkat kebijakan, pencapaian transporasi
penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil ke listrik erat kaitannya dengan
peranan pemerintah, produsen kendaraan, dan masyarakat pengguna. Pemerintah
dapat memberikan insentif dan subsidi untuk pembelian kendaran listrik, dan
pengadaan infrastruktur pengisian listrik yang lebih terjangkau, sementara
produsen kendaraan listrik harus terus meningkatkan teknologi dan menekan biaya
produksinya. Bahkan masyarakat juga dapat berperan dalam tansisi ini dengan
memilih kendaraan listrik sebagai alternatif transportasi pribadi.
Secara keseluruhan, bahwa
transisi penggunaan kendaraan listrik tidak hanya tentang masalah mengurangi
emisi gas rumah kaca, namun juga memberikan untuk membuka peluang baru dalam
perekonomian, dan meningkatkan kualitas Kesehatan manusia diwilayah perkotaan.
Dengan demikian, adanya kolaborasi yang kondusif antara berbagai pihak,
tentunya pencapaian transformasi ini dapat menciptakan dunia yang lebih bersih,
sehat, dan sejahtera.
Penulis : R. Hidajat
Editor : Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Menurut saya sekarang ini sudah banyak peralihan dari fosil ke listrik dimulai dari motor kemudian merambah pada mobil. Jika mobil memakai listrik, saya kira polusi udara akan semakin berkurang.
BalasHapus