Damariotimes. Lailatul Qadar, atau Malam penuh berkah dan rahmat Allah.
Merupakan malam yang benar-benar sangat istimewa penuh rahmat Allah bagi umat
Islam yang beruntung mendapatkannnya. Karena barokah yang diperoleh seperti
menjalankan ibadah 1000 bulan.
Bentuk selamatan yang dilakukan orang Jawa (sumber Wikimedia Commons) |
Tradisi ‘Maleman’
ini terjadi pada tanggal-tanggal ganjil, mulai dari malam ke-21 disebut dengan
malam selikuran, hingga malam ke-29 yang disebut dengan malam sanga. Malam yang
penuh rahmat ini diyakini turunnya rahmat dan barokah pahala yang
berlipat-lipat jika melakukan amalan-alaman yang baik.
Tradisi ‘Maleman’
hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa, Indonesia. Masyarakat memiliki tradisi
unik dalam merayakan malam lailatul Qadar.
Selain mengharapkan barokah dan keutamaan rahmat Allah, tradisi maleman
menjadi penting bagi orang Jawa untuk menjalin tali silaturahmi, mengukuhkan
ikatan persaudaraan, perbuatan baik yang dilakukan secara nyata, karena
dilakukan dengan membuat makanan yang berniat untuk ‘selamatan’ (mengharapkan
barokah selamat) pada Allah.
Selamatan pada
ritual ‘Maleman” juga memiliki makna sangat utama, karena dimasksudkan sebagai
upacan syukur pada Allah SWT, atas rahmat, nikmat, dan anugerah yang telah
dilimpahan pada masyarakat setahun yang lalu, dan pada waktu melakukan selamatan
juga dipanjatkan doa agar diberikan anugerah selamat setahun ke depan.
Wujud dari ritual
‘Maleman’ adalah membuat makanan yang dikirimkan ke sanak saudara dan tetangga
dekat, atau ada yang mengundang secara khusus untuk memanjatkan doa di rumah.
Menu makanan yang dihidangkan pada umumnya berupa nasi tumpeng, lauk-pauk,
jajanan, pisang hijau dan kue apem. Tujuannya adalah untuk mengirimkan doa pada
leluhur yang telah meninggal dunia. Hal ini dilakukan oleh orang-orang yang
masih meyakini tradisi kuno.
Penulis : Muhammad ‘Afaf
Hasyimy
Editor
: R. Hidajat
Posting Komentar untuk "Ritual ‘Maleman’ untuk Mengharapkan Barokah Lailatul Qadar dalam Tradisi Masyarakat Jawa"