Damariotimes. Kentongan merupakan
alat musik tradisional yang memiliki fungsi penting dikalangan masyarakat Jawa,
mulai dari masyarakat kebanyakan hingga di lingkungan Istana. Selain sebagai
alat musik, kentongan merupakan alat komunikasi tradisional, bahkan keberadaan
kentongan juga memiliki makna simbolis. Bahkan ada kasus yang telah lama
berlalu, yang terkait dengan kentongan. Sebuah kasus yang menunjukan betapa
pentingnya sebuah kentongan dalam lingkungan tradisi masyarakat Jawa.
Kasus
tentang kentongan terjadi di sebuah desa kecil di Jawa Tengah, yaitu desa
Mulyorejo. Desa tersebut memiliki tradisi spiritual yang unik, yaitu Nyadran,
yaitu ritual yang dilakukan untuk menghormati roh para leluhur yang telah
meninggal dunia. Dalam ritual tersebut, masyarakat desa menggunakan kentongan
untuk mengundang masyarakat untuk berkumpul di tempat yang telah ditentukan,
mereka membawa berbagai sesaji dan perlengkapan ritual yang dibutuhkan.
Namun,
pada tahun 2015, Desa Mulyorejo mengalami musibah banjir bandang yang
memporak-porandakan desa, bahkan juga menghanyutkan ‘kentongan’ yang mereka
gunakan untuk mengumpulkan warga waktu ritual nyadran. Banjir bandang
itu telah banyak menelan kurban penduduk, ternak, dan juga harta benda. Akibat
terjadinya banjir yang melanda desa tersebut, warga Desa Mulyorejo menjadi
kehilangan semangat, dan rasa solidaritas melemah. Mereka merasa bahwa kentongan
sebagai penanda ritual nyadran telah lama mereka tinggalkan. Maka
kentongan yang pernah mereka miliki juga ikut terbawa arus banjir, dan
menghilang.
Salah
satu di antara masyarakat Desa Mulyorejo, yang Bernama Pak Sutrisno memiliki
ide untuk membuat kentongan baru. Tentu masyarakat akan bangkit semangat dan
rasa persaudaraan diantara warga desa. Pak Sutrisno dengan semangat mengajak
warga Desa Mulyorejo untuk membuat kentongan baru, yang untuk digunakan sebagai
tanda mengundang masyarakat pada waktu menyelenggarakan ritual Nyadran.
Warga
desa yang pada awalnya telah pusus asa, bahkan ada yang hendak meninggalkan
desa untuk mengadu untung ke daerah yang lain. Karena lingkungan mereka memang
sudah tidak dapat diharapkan lagi untuk mencari penghidupan. Berkat himbauan
pak Sutrisno, warga desa mulai bergotong-royong untuk membuat kentongan yang
baru. Mereka saling membantu dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya untuk
menyelesaikannya. Setelah kentongan selesai, warga Desa Mulyorejo mengadakan
ritual Nyadran seperti tahun-tahun yang lalu, namun pada saat ini
menggunakan kentongan baru sebagai alat komunikasi mengumpulkan warga desa.
Pak
Sutrisno mengatakan; “Kentongan bukan hanya alat komunikasi, namun memilik
makna simbolik persatuan dan kebersamaan. Kentongan ini merupakan warisan
leluhur masyarakat Jawa. Dari pada kentongan ini telah banyak memberikan manfaat
bagi kehidupan masyarakat”.
Penulis : R. Hidajat
Editor
: Muhammad ‘Afaf Hasyimy
sangat setuju dengan Pak Sutrisno Kentongan memiliki makna dan fungsi yang multifaset dalam tradisi orang Jawa. Selain sebagai alat komunikasi, kentongan juga berperan dalam ritual, pendidikan, dan sebagai simbol komunitas. Kehadirannya mencerminkan kearifan lokal dan pelestarian budaya yang menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Jawa.
BalasHapus