Estetika dan Perkembangan Kecak Ramayana di Bali

        Damariotimes. Kecak Ramayana merupakan seni pertunjukan yang popular di Bali, Indonesia. Seni pertunjukan bernuansa etnik ini memiliki asal-usul dan perkembangan, serta estetika yang menarik. Karena mampu mengekspresikan nilai-nilai dari pendalaman spiritual Hindu yang diyakini oleh sebagaian besar masyarakat di Bali. 
Adegan Hanoman bertemu Sinta di Alengka (Foto ist.)
Perkembangan Kecak Ramayana
        Kecak berasal dari suara canonis dari penari masal, kurang lebih antara 50-100 orang. Suara cak-cak-cak itu menjadi sebutan untuk menunjukan identitas seni pertunjukan yang membawakan lakon Ramayana. Epos Hindu yang telah beradab-abad berakar dalam masyarakat Jawa dan Bali. Pada mulanya, seni pertunjukan kecak ini digagas pada tahun 1930-an oleh Wayan Limbak dari Desa Bona, Gianyar, dan musisi asal Jerman, Bernama Walter Spies. Karena Walter Spies seringkali membawa orang-orang Eropa berkunjung ke Bali, dan mereka sangat menyukai seni pertunjukan yang memiliki aspek mistis-religius. Karena pertunjukan yang dapat mereka saksikan adalah seni ritual, yaitu Tari Sanghyang. Pertunjukan ini tidak dapat sewaktu-waktu ditampilkan. Dengan demikian, timbul ide untuk membuat seni pertunjukan yang memiliki kemiripan. Kreasi yang kini dikenal dengan tari Kecak itu hingga sekarang sangat diminati oleh wisata domestik dan juga asing.
        Lakon yang ditampilkan dalam pertunjukan Kecak ini adalah epos Ramayana, yaitu kisah perjalanan Rama dan Sinta dalam penculikan Rahwana dari Kerajaan Alengka. Dalam pencarian untuk menggembalikan Dewi Sinta dari Alengka, di bantu oleh bala tantara kera yang dipimpin oleh Hanoman.
        Seni Pertunjukan yang sangat popular sebagai hiburan turis ini tersebar diberbagai destinasi wisata, salah satu yang sangat popular adalah di Pura Uluwatu. Pertunjukan diselenggarakan pada pukul 17.00 hingga 19.00 WITA, dengan harga karcis untuk turis domestik Rp. 100.000,- dan untuk turis asing Rp. 150.000,-.
 
Adegan Hanoman bertemu Sinta di Alengka (Foto ist.)

Estetika Kecak Ramayana
        Setiap seni pertunjukan etnik di Bali mempunyai daya tarik, tidak hanya aspek penyajiannya, namun juga memiliki latar belakang estetika yang bersifat mendalam. Seperti halnya tari Kecak Ramayana, daya tarik artistik seni pertunjukan adalah formasi penari kecak yang melingkar dengan suara berganti-gantian bunyi “cak-cak-cak”. Bunyi pekikan suara penari yang digabung-gabungkan dengan gerakan tangan yang diangkat. Dalam rangkaian musik vocal yang berganti-gantian itu ditampilkan adegan secara kronologis perjalanan Rama dan Sinta di Hutan Dandaka, hingga terjadi penculikan. Kisah ini menunjukan, bahwa perbuatan jahat pada akhirnya akan dapat disirnakan oleh usaha kebaikan.
       Keunikan kecak di Uluwatu adalah penampilan tokoh Hanoman, dan tampilan para abdi dalem Rahwana. Mereka seringkali melakukan adegan interaktif dengan penonton, sehingga penonton benar-benar terhibur.
 
 
 
Reporter : R. Hidajat
Editor      : Muhammad ‘Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Estetika dan Perkembangan Kecak Ramayana di Bali"