Damariotimes. Bapang adalah nama salah satu tokoh dalam lakon Wayang Topeng Malang. Untuk versi Wayang Topeng Malang bagian Timur-Selatan, yaitu pada perkumpulan Wayang Topeng Asmarabangun dari Dusun Kedungmonggo, perkumpulan Wayang Topeng Sekartaji dari Dusun Jambuer, perkumpulan Wayang Topeng dari Desa Lowok, dan perkumpulan Wayang Topeng Madyalaras dari Dusun Jatiguwi tokoh Bapang disebut dengan nama Jayasentika.
Bapang Jayasentika pada setiap lakon
dikaitkan sebagai adik Prabu Kelana Sewandana, yang berkedudukan sebagai adipati di Banjar Patoman. Tetapi tokoh ini
seperti Cakil dalam Wayang Purwa, rasaksa yang tidak ikut berada dalam paseban saat Jejer. Dikelompokkan dalam rasaksa Babrah atau Buta Begal.
Bapang sebagai nama motif gerak terdapat
pada tari gaya Surakarta atau Yogyakarta. Pada gaya Tari Surakarta jumpai motif
gerak dari jenis putra Gagah atau Dugangan, yaitu motif gerak yang kedua tangan
direntang kesamping, lengan tangan kanan ditekuk kearah atas dengan
menengadahkan telapak tangan, tangan kiri ditekuk ke depan dengan mengepalkan
jari tangan, pada umumnya motif gerak ini digunakan oleh tokoh-tokoh seperti
Pragoto atau Dursasana, sementara yang lain digunakan oleh raksaksa.
Pada tari Gaya Yogyakarta istilah Bapang juga menunjuk
pada jenis motif gerak yang bervariasi, yaitu: Bapang Dhengklik Keplok Asta Usap Rawis. Tipe tari putra gagah gaya Yogyakarta khusus untuk para
jin raksasa yang mempunyai watak tidak baik. Bapang Dhengklik Keplok Asta. Tipe tari putra gagah gaya Yogyakarta
untuk peranan-peranan bala tentara raksasa. Kata dhengklik menunjukan
ciri gerak salah satu kaki yang diangkat ke atas dan ditetapkan dengan tekukan
lutut dan tekanan. Untuk bala tentara raksasa digunakan posisi tangan yang yang
disebut keplok asta yang berarti
“bertepuk tangan”. Bapang Kentrog.
Tipe tari putra gagah gaya Yogyakarta khusus untuk tari Bugis gaya Yogyakarta.
Gerak-geraknya bersumber pada Bapang, tetapi ditambah dengan gerak Kentrong
yaitu gerak meloncat-loncat di atas satu kaki.
Pada umumnya para pemangku Wayang
Topeng di Malang menyamakan dengan tokoh Dursasana, adik Prabu Duryudana dari
Kerajaan Hastina dalam lakon-lakon yang tergabung dalam Mahabarata atau
Baratayuda. Sifat dan penangai dari Tokoh Bapang senantiasa di kaitanan dengan
Dursasana yang berwatak ugal-ugalan,
gecul merucul (lucu yang mengakibatkan orang tersinggung), kebat keliwat (tergesa-gesar dalam
memutuskan sesuatu), dhemen nginger
kiblating panembah (menyimpang dari ketakwaan). Hal tersebut ditandai oleh
pemangku tradisi Wayang Topeng di Malang dengan membalik jaman, yaitu Bledekan (Garuda Mungkurnya) ada di
depan, di atas dahi. Sikap menengakan Irah-Irahan tidak sebagai mana mestinya
tersebut, mirip dengan para lelaki yang kalah judi, yaitu secara ekspresif
mengenakan kopiah yang melintang.
Penulis
: R. Hidajat
Editor
: Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Karakteristik Tokoh Bapang"