Damariotimes.
Setiap cabang seni selalu mengetengahkan aspek interinsiknya berupa getaran
yang mampu membuat penikmatnya merasakan getaran hingga kebantin. Namun sebagai
sebuah karya seni tidak hanya aspek yang bersifat emosional dan empati, namun
daripadanya juga memuat aspek yang disebut dengan simbolis. Seperti tampilan
Relief Candi yang menggambarkan dua ekor kijang yang berada di kanan dan kiri
kalpataru, dan di atasnya ada dua ekor burung. Tampilan tersebut tidak hanya
menyimpan getaran emosional senimannya, namun juga menampilkan aspek
simbolisme.
Relief Candi yang menggambarkan dua ekor kijang yang berada di kanan dan kiri kalpataru, dan di atasnya ada dua ekor burung (Foto ist.) |
Simbolisme
dalam karya seni adalah kerja logika komunikasi yang ditujukan untuk
menyampaikan pesan-pesan tertentu, yaitu yang dikembangkan dari ‘ide’
(gagasan). Seorang seniman tidak hanya mengungkapkan perasaannya semata, namun
dalam upaya tersebut ada faktor yang ingin dikomunikasikan agar penontonnya
juga mengetahui penghayatan terhadap subjek karya seni yang mendekati atau sama
dengan yang dirasakan. Selain itu ada kesengajaan untuk menyampaikan sesuatu
yang menjadi pemahaman tentang hal-hal yang bersifat mendasar atau hakiki,
namun tidak dapat disampaikan secara verbal (wantah) seperti apa adanya. Karena
keindahan itu tidak hanya bersifat ‘indah’ yang identik dengan menyenangkan,
atau dari sesuatu yang bersifat atraktif.
Kerja
seniman bukan kerja mekanik, maka subtansi material seni tidak hanya diolah
secara mekanistik. Daripada itu dilakukan perenungan yang mendalam untuk
menemukan aspek tanda-tanda yang didalamnya dimaksudkan adanya petanda khusus
yang ditujukan untuk mampu dipahami. Sehingga kerja mekanistik itu dilakukan
dengan penuh pertimbangan logika, logika seni bersifat mistrius. Ada aspek yang
tersembunyi dibalik wujud karya seni.
Kondisi
demikian ini menunjukan, bahwa karya seni tidak hanya memamerkan atraksi keterampilan
yang diproses dengan intensif. Ketekunan dan keikhlasan untuk mengungkapkan
sesuatu yang terdalam, dengan kejujuran dan kebersahajaan penghayatan yang
bersifat hakiki. Daripada itu, muncul suatu pengalaman batin yang membuat
seseorang ingin mengalami berkali-kali tentang sensasi dalam tampilan karya
seni, hal tersebut yang dimaksudkan sebagai ‘estetika.’ Estetika bersifat
fungsional, yaitu membuat manusia mampu mengenali aspek yang bersifat hakiki,
alami, dan transcendental. Dengan demikian, estetika digunakan dalam lingkungan
pendidikan seni sebagai pengalaman simbolik.
Estetika
yang ditangkap oleh penontonnya tentunya tidak mudah dipahami, namun harus ada
kerjasama secara sinergis antara perasaan dan logika. Logika menuntuk suatu
upaya yang dikenali melalui tanda-tanda yang muncul dan mendalami maksud yang
disimpan, sifat yang tersimpan itu dimaksudkan adalah sesuatu yang tersembunyi.
Untuk memecahkan misteri itu adalah menggunakan pembacaan simbol yang ada di
dalamnya. Upaya itu dilacak mulai dari hadirnya ‘ide’ atau gagasan, Teknik
pengolahan material, penggunaan prinsip bentuk seni, fungsi yang didalam
masyarakat, dan aspek penyajian
Penulis: R. Hidajat
Editor :Muhammad ‘Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Estetika Simbolik"