Damariotimes. Kritik sepanjang sejarahnya menjadi sebuah wacana yang
kurang menyenangkan untuk seseorang yang terkena, karena tidak jarang pengertian
kritik selalu dikaitkan dengan persepsi tentang “celaan”, “makian”, “gugatan”, “penelenjangan”
atau “korektif”. Akibatnya orang yang terkena kritik menjadi kesal, merasa
direndahkan, dilecehkan, tidak dihargai, atau dibantai. Kenyataan tersebut ada
benarnya, walaupun kritik tidak selalu bertujuan demikian. Karena setiap
pernyataan atau temuan (thesis) selalu diikuti dengan pernyataan atau temuan
yang baru sebagai anti thesisnya. Ini semacam hukum alam yang terus terjadi
sepanjang sejarah umat manusia. Ini sejalan dengan pemikiran R. C. Kwant dalam
bukunya “Mens en Kritiek” (Manusia
dan Kritik) mengartikan, Kritik adalah penilaian atas kenyataan yang dihadapi
dalam sorotan norma.
Proses Kreatif Koreografer (Foto ist.) |
Beberapa
pengertian yang telah dikemukakan, menunjukan bahwa kritik dibutuhkan dalam
kehidupan, terutama dalam kebudayaan umat manusia. Bahkan secara mendasar
menusia membutuhkan “respon” dan juga “merespon” orang lain. Hanya saja
pengertian yang lebih mengkhusus “kritik” dibutuhkan tata cara atau metode
penyampaian. Bahkan adanya yang menekankan, bahwa kritik yang dilontarkan harus
memiliki kadar subyektivitas dan juga bertanggung jawab.
Kata
kritik tidak selamanya digunakan secara kontinu dibidang sastra atau seni,
bahkan pernah juga dilupakan, setidaknya saat ini. Kritik tidak selalu muncul.
Jika hadir ditengah perbincangan masih condong pada upaya “pencelaan”.
Pada
dasarnya “kritik” merupakan sebuah cara atau metode yang bersifat progresif;
mempertanyakan, mengevaluasi, dan mencari berbagai pemikiraan baru untuk mendapatkan berbagai kemungkian yang lebih
baik. Dalam bidang ilmu pengetahuan, kritik telah dikembangkan oleh Kant salah
seorang filsuf peletak dasar ilmu pengetahuan. Kant merupakan salah satu
pelopor yang mendobrak terhadap dogmatisme di abad XVIII. Tawaran yang diajukan
adalah memaksimalkan kemampuan rasio untuk memecahkan berbagai problematika
kehidupan, ini berarti ada sebuah trobosan kritis untuk memahami kenyataan
lebih rasional.
Pada era Renaissance,
yaitu suatu jaman yang disebut sebagai kebangkitan seni di Eropa. Semangat era
ini mengangkat kembali istilah kritik dengan pengertian semula. Hanya saja
istilah itu menjadi beragam, bahkan ada istilah yang dianggap pengertiannya
tidak berbeda, yaitu istilah Gramaticus
dan philosopihocis. Di samping itu,
seorang pujangga bernama Erasmus menggunakan istilah yang berbeda, yaitu ars critica (seni kritik). Ars critica
dikemukakan untuk tujuan mengkritisi al Kitab (diantaranya adalah naskah-naskah
kuno). Kritikus merupakan orang yang mempunyai kewenangan (kompentensi) untuk
mengkritisi cacat dan kekeliruan dari terbitan naskah-naskah kuno yang berbahasa Yunani atau bahasa Latin untuk
memperbaikinya.
Buku tentang penulisan
kritik yang dianggap paling modern di tulis oleh Julius Caesar Scaliger
(1484-1558), buku yang berjumlah 6 volume itu berjudul “Poetica”. Setelah
terbitnya buku tersebut kemudian penggunaan istilah “kritik” semakin meluas,
terlebih dalam abad XVII. Pada abad itu, tradisi kritik sastra di Inggris menggunakan
istilah “Critic” digunakan untuk
menunjukan orang yang melakukan kritik (kritikus) atau kritik itu sendiri.
Penggunaan istilah kritik yang bersifat umum tersebut, kemudian dipilahkan oleh
Samuel Johnson, yaitu dengan menempatkan isilah Critick untuk menunjukan kritikus, dan istilah critic untuk menunjukan kritik sastra. (istilah bahasa Inggris criticism). “Kritiksme” diartikan
sebagai ilmu pengetahuan tentang bahasa-bahasa yang dulu disebut Gramatika. Penyair
bernama John Dryden dalam bukunya The State
of Innocence (sikap jiwa yang bersih) adalah pengarang pertama yang
menggunakan istilah Criticism yang
digunakan hingga sekarang.
Pada abad XVIII istilah Criticism tidak hanya digunakan secara
meluas, tetapi istilah tersebut menjadi pengertian yang semakin kokoh, bahkan
tumbuh pesat dilingkungan tradisi kesusastraan, bahkan tidak terpisahkan
dengan pendidikan dan pengajaran sastra.
Penulis : Robby Hidajat
Editor : Muhammad ’Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Kritik dan Usaha Merangsang Proses Kreatif Koreografer"