Damariotimes. Gerakan untuk seni tari bersumber dari tubuh manusia. Gerak
tubuh manusia menerjemahkan keinginan dalam hati mereka. Kegiatan motorik
(gerakan menghantar tubuh untuk beraktivitas) itu dipelajari dan dilatih agar
dapat sampai keinginannya pada penonton. Oleh karenanya, gerak sebagai alat
komunikasi dianggap paling tua ataupun paling awal yang dimiliki manusia.
Tubuh bukan sebagai sumber gerak, tetapi alat atau media untuk menyampaikan
gagasan. Tubuh merupakan sesuatu yang utama dalam tujuan koreografi, maka tubuh
bersifat substansial. Bahkan pada tataran yang paling kompleks dari kegiatan
berlatih untuk memfungsikan tubuh
sebagai instrument yang melahirkan gerak berkualitas.
Tubuh yang mampu mewujudkan gerakan tari yang berkualitas adalah
semata-mata hasil dari latihan yang keras dan berkesinambungan, Claire Holt
(1956) menggambarkan proses latihan dari penari-penari untuk menjadi terampil.
Pencapaian tubuh penari agar
berkualitas, tidak ada cara yang sangat efektif kecuali melatih atau
membiasakan tubuh itu bergerak secara terlatih, demikian juga diberbagai sentra
pertumbuhan koreografi diseluruh penjuru dunia. Semua koreografi yang dikembangkan
untuk berbagai fungsi selalu disiapkan berdasarkan pola latihan yang intensif
dan terencana.
Di samping keterlatihan dalam hal fisik, ternyata perlu disadari benar bahwa gerakan-gerakan tarian dari berbapai sentra
tari di dunia selalu bersandar dan memiliki terikat dengan ruang dan waktu
kulturalnya, khususnya tari yang bersifat etnis. Sejarah panjang dari
kebudayaan umat manusia menunjukkan, bahwa tubuh manusia itu bersifat kontekstual
terhadap jamannya. Ini merupakan belenggu yang sangat sukar untuk dilepaskan.
Jika penari tidak dilatih untuk bergerak menjelajah kemungkinan ruang dan waktu
di luar konteks budayanya. Maka dapat dipastikan penari tidak akan mendapatkan
pengalaman kinestetik yang cerdas, dan kreatif.
Komunitas penari diberbagai belahan dunia ini disiapkan sedemikian rupa
agar memiliki kemampuan mengungkapkan
perasaannya melalui gerak, bahkan diharapkan mampu mengembangkan kepribadiannya
secara kompleks. Hanya dengan memperkaya latihan menuju tubuh yang terlatih. Penonton
dapat memahami berbagai sentuhan rasa yang diungkapkan kreatornya. Setidaknya
dalam tataran kreatif dapat memberikan
kontribusi yang positif pada proses pendewasaan dan hubungan sosial antar
individu, antar kelompok, dan bekal untuk komunikasi lintas budaya.
Penulis : R. Hidajat
Editor : Muhammad ’Afaf Hasyimy
Posting Komentar untuk "Koreografi: Tubuh Sebagai Alat"